Senin, 25 Juni 2018

PROBLEMATIKA MADRASAH DAN ALTERNATIF SOLUSINYA Oleh M Ihsan Dachofany

PROBLEMATIKA MADRASAH DAN
ALTERNATIF SOLUSINYA
Oleh M Ihsan Dachofany
1. PENDAHALUAN
UU No 20/2003 menyiratkan peluang yang sama kepada madrasah dan pesantren yang bukan sekolah umum berciri khas Islam untuk mendapat pengakuan, penghargaan dan tidak didiskriminasikan. Namun, ditingkat implementasi pengelolaan, penyelenggaraan madrasah, apakah terjadi yang sedemikian atau sebaliknya ? Apakah tidak muncul tarik menarik terkait dengan kewenangan pengelolaan secara sentralisasi atau desentralisasi? mencuat pandangan dominan bahwa ketertinggalan pendidikan di madrasah disebabkan oleh perlakuan diskriminasi pemerintah. Benarkah demikian ?
Di era persaingan global ini, trend pendidikan mengalami pergeseran orientasi yang menempatkan pembangunan manusia seutuhnya melalui pendidikan dan latihan dengan beragam jenis, jenjang, sifat dan bentuknya. Pendidikan manusia Indonesia seutuhnya diidealisasikan menjadi titik puncak tercapainya pendidikan nasional yang sampai saat ini menjadi dambaan bangsa Indonesia. Sosok pribadi yang diidolakan belum juga dihasilkan, maka lembaga pendidikan dijadikan ekspektasi alternatif, sebagai instrumen utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan, yaitu menghargai dan memberi kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi. Penghargaan yang demikian adalah benih yang mulai tumbuh, dan sebagai sebuah proses kebebasan terus-menerus diperjuangkan.
Bagaimana mungkin bisa menjadi manusia yang sesungguhnya, kalau dalam realitasnya memang pendidikan Islam sebagai subsistem dinilai masih kering dari aspek pedagogis, dan lebih mekanistik dalam menjalankan fungsinya sehingga terkesan hanya akan melahirkan peserta didik yang ”kerdil” karena tidak memiliki dunianya sendiri. Menurut Ma’arif, konsep pendidikan telah dipaksa untuk menuruti konsep development-kapitalis yang terelaborasi sedemikian rupa, demi memenuhi kebutuhan industrialisasi, sehingga pendidikan yang seharusnya menjadi media pemberdayaan malah menjadi sarana pembodohan yang sistematis, penciptaan robot-robot intelektual yang terprogram secara maraton dan monoton.
Pendidikan dalam Islam pada hakekatnya adalah untuk semua (education for all), sebagai hak individu warga negara dan juga warga dunia memiliki hak memperoleh pendidikan secara adil. Ternyata, hal yang semestinya merupakan hak tersebut kini tergantikan oleh pendidikan sebagai barang dagangan. Pendidikan menjadi ritus masyarakat yang membodohkan karena mereka yang tidak sekolah dianggap bodoh. Bahkan pendidikan menjadi penyebab terjadinya ketidakadilan, karena masyarakat yang mampu sekolah adalah golongan elite yang kaya sedangkan mereka yang tidak mampu sekolah adalah masyarakat miskin.
Di sisi lain, menurut Fadjar dalam Rahardjo menyatakan bahwa kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya bukan kerena telah terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga pendidikan Islam yang ada kurang menjanjikan masa depan dan kurang responsif terhadap tuntutan dan permintaan saat ini maupun mendatang. Padahal, paling tidak ada tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan, yaitu nilai (agama), status sosial dan cita-cita.
11. LATAR BELAKANG
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia, muncul dan berkembang seiring masuk dan berkembangnya Islam di negeri ini. Madrasah mengalami sejarah panjang pasang surut perkembangan seirama perkembangan Bangsa Indonesia. Baik sejak masa kesultanan, penjajahan hingga kemerdekaan. Perkembangan ini mengubah pendidikan dari bentuk awal seperti pengajian di rumah, mushalla dan masjid menjadi lembaga formal sekolah berbentuk madrasah yang dikenal saat ini.
Pada era kolonialis Belanda, perkembangan madrasah dimulai dari semangat reformasi yang dilakukan masyarakat Muslim. Faktor penting yang melatarbelakangi kemunculan madrasah adalah karena adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam tradisional dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat. Dan adanya kekhawatiran atas kecepatan perkembangan persekolahan Belanda yang akan menimbulkan pemikiran sekuler di masyarakat. Untuk menyeimbangkan perkembangan sekulerisme, para reformis kemudian memasukkan pendidikan Islam dalam persekolahan melalui pembangunan madrasah.
Pada era Orde Lama, pengaturan dua sistem pendidikan ini kemudian diupayakan untuk dihapus. Paling tidak ada tiga usaha yang dilakukan. Pertama, memasukkan pendidikan Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum di sekolah negeri maupun swasta melalui pelajaran agama. Kedua, memasukkan ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum pendidikan di madrasah. Ketiga, mendirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk memproduksi guru agama bagi sekolah umum maupun madrasah.
Awal pemerintahan Orde Baru (1966), Indonesia mengembangkan dua sistem pendidikan, yaitu pendidikan umum dan keagamaan. Dualisme sistem pendidikan ini sebenarnya produk dari masa kolonialis Belanda. Sistem pendidikan ini pula yang melahirkan dua dasar politik utama, yaitu kekuatan Islam dan nasionalisme. Pada perkembangannya, Pemerintah Indonesia berusaha menyatukannya dalam satu ideologi Pancasila.
Awal pemerintahan Orde Baru, pendekatan legal formal yang dijalankannya tidak memberikan dukungan pada madrasah. Tahun 1972 Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34 Tahun 1972 dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 15 Tahun 1974 yang mengatur madrasah di bawah pengelolaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)-sebelumnya, dikelola Menteri Agama.
Tanggapan yang muncul di kalangan muslim sangat beragam dan cenderung keras. Kebijakan itu dinilai sebagai usaha sekulerisme dan menghilangkan madrasah dari sistem pendidikan di Indonesia. Merespon reaksi tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan keputusan bersama antara Mendikbud, Menteri Agama (Menag), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Isinya, mengembalikan status pengelolaan madrasah di bawah Menteri Agama, tetapi harus memasukkan kurikulum umum yang sudah ditentukan pemerintah.
111. PERMASALAHAN
Secara legal, madrasah sudah terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional sejak di-berlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Madrasah, juga pendidikan Islam lainnya, terus menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara kebutuhan keagamaan dan kebutuhan duniawi. Di satu sisi, madrasah dituntut bisa berfungsi meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu agama dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam. Sementara di sisi lain lembaga ini dituntut berfungsi menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat keduniawian.
Demikian pula dari materi pendidikannya, Semula hanya belajar mengaji Alquran dan ibadah praktis, melalui sistem madrasah materi pelajaran mengalami perluasan seperti tauhid, hadits, dan balaghoh. Dalam perkembangannya kemudian, madrasah juga mengadopsi pelajaran umum seperti di sekolah di bawah Dikbud. Dengan begitu, selain terjadi integrasi ilmu agama dan umum, madrasah memberikan program pendidikan yang setara dengan pendidikan yang diberikan Depdikbud. Melalui proses panjang dan sering melibatkan ketegangan politik antara eksponen yang berbeda pandangan, kecenderungan untuk menyintesiskan dua kutub pendidikan ‘nasional’ dan pendidikan Islam tampaknya semakin terbukti. Perkembangan ini tecermin dalam UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN).
Perubahan kurikulum madrasah itu lebih didasari kebutuhan masyarakat pengguna jasa madrasah, karena tuntutan zaman. Munculnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah memberi legitimasi teologis perubahan kurikulum madrasah. Dari sini mulai berkembang gagasan integrasi ilmu agama dan iptek yang selama ini dikelompokkan ke dalam ilmu umum atau ilmu sekuler. Muncul kemudian berbagai model madrasah terpadu yang mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama ke dalam satuan kurikulum madrasah.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang dikelola Depag sejak awal kehadiran departemen ini. Namun dengan disahkannya UU No 22/1999 tentang Pemda dan UU No 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, muncul dilema mengenai status madrasah. Ketentuan UU No 22/1999 menyatakan, kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan. Pertanyaannya apakah madrasah termasuk dalam bidang pendidikan atau agama? .
Sebagai bagian dari system pendidikan di Indonesia, perhatian pemerintah pada pendidikan di madrasah sangat diperlukan. Apalagi, pendidikan madrasah menyumbang 20 persen dari total siswa yang ada di sekolah. Di tingkat SLTP atau madrasah tsanawiyah jumlahnya mencapai sekitar 35 persen dari total siswa. Jumlah ini tentu saja sangat signifikan untuk mendukung penuntasan program wajib belajar 9 tahun.
Jika melihat Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bisa dikatakan bahwa agama menjadi salah satu jiwa dan tujuan pendidikan. Pendidikan, sebagaimana klausul pada Bab II adalah bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi: Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Berakhlak mulia; Sehat; Berilmu; Cakap; Kreatif; Mandiri; Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Arah pengembangan madrasah adalah memperkuat dan memberi makna terhadap pengakuan, madrasah adalah sekolah umum berciri khas Islam. Guna memberikan ciri khas itu, tidak cukup hanya ciri formal dalam kurikulum. Karena itu, ditetapkan tiga program utama yaitu iptek bernuansa Islam; pelajaran agama bernuansa iptek; penciptaan suasana keagamaan di madrasah.
Menghadapi abad ke 21, pembenahan madrasah harus diawali dengan tekad untuk mewujudkannya sekolah unggulan yang mampu memadukan kekuatan iptek. Salah satu ciri Umat Islam Indonesia adalah menyiapkan anak didik yang dapat memadukan iptek dan imtak. Nilai plus madrasah terletak pada pendidikan keimanan yang menekankan kepekaan hati dan ketajaman akal. Dengan nilai plus ini diharapkan madrasah tampil sebagai pioneer proyek reintegrasi ilmu Islam.
Dalam realitasnya, entah karena beban berat yang disandangkan dalam kurikulum madrasah, secara makro, atau karena kurangnya perhatian pemerintah (tidak sebagaimana pada pendidikan / sekolah umum), terjadi kesenjangan prestasi antara madrasah dan sekolah umum, hingga tak sedikit sejumlah pihak menyarankan agar pemerintah mengembalikan madrasah ke bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Mereka menilai, di bawah naungan Depag, keberadaan madrasah justru semakin termarginalkan, karena tanggung jawab Depag yang tidak pendidikan ansich. Namun, Departemen Agama (Depag) menilai, pengembalian ini justru akan mematikan sebagian besar madrasah, yang umumnya berstatus swasta, dengan sejarah panjang yang menyertai tumbuh kembangnya masyarakat.
IV.PEMBAHASAN
Pengakuan keberadaan madrasah yang demikian (sampai saat ini), akan membuka peluang kebhinekaan lembaga pendidikan keagamaan, namun dalam status diakui sebagai bagian dari sisdiknas. Dengan demikian sebagian berpendapat, tidak diperlukan lagi aktivitas ujian ekstra, ujian persamaan dan sejenisnya bagi madrasah yang bukan sekolah umum untuk mengikuti kurikulum sekolah.
Mencuatnya pandangan dominan bahwa ketertinggalan pendidikan di madrasah disebabkan oleh perlakuan diskriminasi pemerintah, berdasarkan pemetaan, terpapar sbb : Perhatian pemerintah terhadap madrasah sangat minim dibandingkan perhatian mereka pada sekolah umum, misalnya dalam mengadakan sarana dan prasarana pendidikan bagi madrasah. Akibatnya, madrasah beroperasi dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas dan kurang. Ironisnya, pemerintah lebih banyak melakukan intervensi terhadap kekhasan pendidikan madrasah, selain intervensi mereka terhadap kurikulum.
Dalam menetapkan anggaran pendidikan, Madrasah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal yang lebih menitikberatkan visi dan misi kepada model pendidikan agama, selama ini, hanya dijadikan salah satu sektor saja, karena dikategorikan sebagai lembaga keagamaan, unit cost madrasah jauh di bawah sekolah umum, demikian juga halnya dalam hal subsidi dan lain-lain. Apakah perlakuan ini merupakan bias dari pandangan dualistik dalam pendidikan, yang sebenarnya merupakan warisan dari pemerintahan kolonial Belanda? Bantuan dana pendidikan bagi siswa madrasah negeri ternyata jauh lebih kecil dibandingkan siswa sekolah umum di semua tingkatan. Bahkan guru honorer di lingkungan madrasah negeri pun dan guru swasta sama sekali tidak mendapat bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Beberapa pendapat bahwa akibat dari perbedaan perlakuan tersebut berimplikasi pada kredibilitas lembaga pendidikan agama itu sendiri. Akibat dari kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan pendidikan umum di tanah air ini, lembaga pendidikan madrasah menjadi semakin marginal dan cenderung tidak berdaya. Padahal, kalau kita mau jujur melihat, lembaga pendidikan yang disebut madrasah itu telah banyak memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan kualitas bangsa ini dalam sebuah paradigma pendidikan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas beragama dan berbangsa.
Padahal, diakui atau tidak, Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjalankan fungsi filterisasi terhadap pengaruh yang dibawa oleh arus globalisasi. keberadaan madrasah adalah sebuah wujud partisipasi masyarakat yang menyadari betapa pentingnya madrasah untuk mempersiapkan peserta didik yang siap menantang tantangan perubahan zaman yang berimplikasi pada perubahan sikap dan tingkah laku yang semakin global.
Masalah krusial lain yang dihadapi madrasah, berkaitan dengan kompetensi mengajar dari para guru yang masih kurang relevan. Demikian pula dengan tingkat pendidikan para guru madrasah, masih harus ditingkatkan. Apalagi UU Guru dan Dosen mewajibkan guru minimal berpendidikan S-1 (Untungnya, saat ini Depag telah memberikan solusinya dengan memberikan bea siswa)
Masalah lainnya adalah kesenjangan kesejahteraan guru madrasah dan sekolah umum pun belum terselesaikan. Guru yang berada di bawah Depag tidak mendapat bantuan seperti guru sekolah umum lain, terutama guru madrasah swasta. Guru-guru madrasah negeri juga tidak sedikit mengalami masalah karena banyak yang belum naik kepangkatannya, meski sudah puluhan tahun mengabdi.
Terjadinya ketidakseimbangan dalam proses menjalankan kebijakan di bidang pendidikan menyebabkan jurang kesenjangan dan ketimpangan antara lembaga pendidikan umum dengan madrasah terus terbuka. Bahkan, bentuk-bentuk kesenjangan masih terus terjadi hingga hari ini. termasuk adanya anggapan madrasah hanya sebuah lembaga pendidikan kelas dua alias tidak memiliki kesesuaian standar kualitas mutu pendidikan.
Padahal, madrasah adalah institusi pendidikan yang juga memberi pencerahan kepada anak bangsa melalui proses penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Karena sistem pendidikan madrasah merupakan subsistem dari sisdiknas, seharusnya penjenjangan pendidikan madrasah sama dengan sistem persekolahan nasional. Rentetan ini membuat keberadaan madrasah semakin terjepit di tengah berbagai bentuk keprihatinan dan ketidakberdayaan dan tuntutan yang selama ini menimpanya.
Sebenarnya, dalam konteks otonomisasi pendidikan, pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan hendaknya sudah menjadikan pemerintah pada posisi sebagai fasilitator dan bukan pengendali. Sehingga, pemeran utama pembelajaran adalah guru sebagai pengajar dan murid sebagai yang belajar. Murid atau peserta didik hendaknya diberi hak untuk mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukan sesuai dengan potensi dan prestasinya
Dalam upaya menghadapi permasalahan itu, ada beberapa alternatif yang mungkin dilakukan beserta segala konsekuensi antara lain :
1. Pemikiran yang paling simple ditingkat kebijakan, namun bisa bervariasi ditingkat implementasi, yakni menginginkan pendidikan madrasah tetap di bawah Depag secara struktural. Namun, pengelolaan di tingkat daerah diotonomikan sejalan diberlakukannya UU tersebut.
2. Kalau sentralisasi tetap sebagai pilihan maka Depag masih secara langsung menyelenggarakan pembinaan madrasah seperti selama ini. Pilihan ini mengandung makna, Depag memandang madrasah berada dalam kategori sektor agama sebagaimana tertuang dalam UU NO. 22/1999. Sumber dana yang diberikan untuk melakukan pembinaan dapat langsung dikelola Depag. Kekuranganya: anggaran berasal dari sektor agama yang relatif kecil; pemda merasa tidak bertanggung jawab terhadap madrasah; masyarakat kurang terlibat dalam pendidikan; dan tentunya birokrasi berbelit-belit.
3. Melakukan lobi. tinggal bagaimana political will antara pemerintah, DPR, Depdiknas dan Depag serta masyarakat. Pemda setempat memberikan perhatian cukup besar, termasuk anggaran terhadap madrasah dan pesantren. Hal ini secara kalkulasi politik tentu saja akan menguntungkan pembangunan daerah.
4. Menyerahkan pembinaan madrasah ke Pemda tingkat II sehingga satu atap dalam penyelenggaraan. Kelebihannya, antara lain pengakuan madrasah sebagai bagian dari sisdiknas semakin kuat sehingga memperoleh perlakuan sejajar dan tidak ada diskriminasi termasuk dalam masalah anggaran. Kekurangannya; dikhawatirkan Depdiknas kurang memiliki SDM yang mengerti spirit madrasah, sehingga ciri khas Islam berkurang bahkan hilang. Apalagi bila masyarakat sudah cuci tangan dalam pengelolaan sekolah.
Dari beberapa catatan kecil tersebut, perlu disampaikan beberapa pokok pikiran yang harus segera direspons secara terbuka dan dicarikan solusi konkret terhadap permasalahan yang mengemuka.
• Pertama, bagaimana semua pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan pendidikan ini secara serius memperhatikan sarana penunjang pendidikan yang dibutuhkan anak didik di madrasah. Di antaranya, rasio kebutuhan buku paket/buku pegangan siswa, laboratorium, dan sarana pendukung lainnya seperti perpustakaan yang selama ini sangat minim dibanding lembaga pendidikan umum.
• Kedua, merancang pola rekrutmen guru dalam rangka menyediakan tenaga guru yang memenuhi standardisasi, kualifikasi, dan kompetensi di bidang pendidikan, serta berdedikasi tinggi.
• Ketiga, tampaknya perlu mulai dipikirkan subsidi silang, ’’swastanisasi” terhadap sekolah-sekolah negeri (umum) yang sudah mapan dalam penyelenggaraan pendidikannya. Sehingga, berbagai bentuk subsidi dapat dialokasikan secara seimbang kepada sekolah-sekolah yang masih terpinggirkan, khususnya kepada madrasah yang selama ini lebih banyak bergantung kepada swadaya masyarakat.
• Keempat, tidak ada lagi dikotomi antara lembaga pendidikan umum dengan madrasah. Sebab, itu akan menimbulkan kekeliruan pemahaman di kalangan masyarakat luas, yang pada akhirnya menghambat proses penyelenggaraan pendidikan nasional yang sama-sama bertujuan mencerdaskan anak bangsa.
• Dan kelima, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memosisikan diri, peran, serta partisipasinya dalam penyelenggaraan pendidikan secara utuh, sebagaimana pada awal-awal keberadaan madrasah, apalagi bila mampu menyediakan orang tua asuh bagi siswa yang kurang mampu.
Dengan mengurai berbagai permasalahan pendidikan keagamaan di Indonesia, kita menjadi lebih cermat, peduli dan nampaknya, hal penting lain perlu diingat pula sbb : Sebenarnya, pemerintahan mana pun tak ingin terjadi adanya ketimpangan sosial dikarenakan kecemburuan pengelola dan pemerhati madrasah di Indonesia. Karena itu, perlu dibuat klausul dalam peraturan pemerintah tentang persentase dana anggaran pendidikan agama. Jika madrasah tetap berada di bawah binaan Depag, dalam hal ini Menteri Agama, pemerintah pusat perlu memikirkan sumber tambahan anggaran untuk meningkatkan pembinaannya sehingga kesan marjinalisasi madrasah bisa terhapuskan. Saat ini permasalahan yang cukup mendasar pada Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan adalah potensi mutual throwing, dikarenakan beda penerjemahan tentang otoritas kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Hal ini harus disikapi melalui peraturan daerah sebagai penegasan atas pembagian tugas masing-masing pemegang kebijakan. Kemudian juga desain sentralisasi pembinaan madrasah saat ini apakah masih efektif untuk mencapai dan menjaga visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional? Jika dianggap masih bisa, maka Depag perlu melakukan upaya optimalisasi koordinasi dengan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, di samping meningkatkan akuntabilitas lembaganya.
Apa pun kebijakan yang diambil dalam menentukan nasib madrasah (termasuk pesantren) di era otda ini, setidaknya perlu memperhatikan beberapa hal:
1. Tidak merugikan ciri khas Agama Islam baik jangka pendek maupun panjang. Misalnya, adanya perubahan sosial politik, pergantian decision maker, dsb.
2. Tidak ada lagi diskriminasi perlakuan antara madrasah dan sekolah umum. Termasuk misalnya diskriminasi dalam anggaran. Pengaturan dana antara pendidikan di bawah Depdiknas dan Depag hanya masalah teknis prosedural yang diharapkan bisa diatur. Misalnya, melalui Panitia Kerja Anggaran Bersama untuk menentukan kebijakan yang adil dan proporsional antara anggaran pendidikan di bawah Depdiknas dan Depag.
3. Perlunya perhatian pemerintah daerah yang cukup, meskipun selama ini madrasah berada langsung di bawah pusat. Sebab bagaimanapun, persoalan pendidikan adalah persoalan universal, dan merupakan investasi jangka panjang .
V. ASPEK YANG PERLU DIKEMBANGKAN DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM (MADRASAH)
Ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dalam lingkup lembaga pendidikan Islam pada umumnya, dan Madrasah pada khususnya untuk menumbuhkan kualitas SDM yang berwawasan global paling tidak harus asanya pengelolaan yang baik aspek-aspek dibawah ini, yaitu:
1. Aspek pendidikan (pedagogis). Sebagai lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan Islam berperan penting dalam peningkatan SDM yang berkualitas dan melahirkan kader-kader pemimpin bangsa dan agama yang memiliki wawasan keislaman dan nasionalisme yang tinggi serta mempunyai pandangan yang luas tentang dunia luar. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa reformasi dan pembaharuan dalam Islam haurus dimulai dari pendidikan.
2. Aspek Moral-Spiritual. Pendidikan Islam bertujuan membina peserta didik menjadi seseorang yang mencapai derajat ulul albab yakni intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis obyektif, tetapi juga subyektif. Lembaga pendidikan Islam berupaya memberikan penguatan dan dasar pemahaman keagaamaan secara baik. Mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kerendahan hati, kesederhanaan dan nilai-nilai keluruhan kemanusiaan. Nilai keluhuran itulah yang mengantarkan peserta didik mendapat penilaian yang baik di sisi masyarakat dan di mata Tuhan-Nya.
3. Aspek sosio-kultural. Tidak dapat dipungkiri lembaga pendidikan Islam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak karekter masyarakat. Merespons persoalan-persoalan masyarakat seperti memelihara tali persaudaraan, menciptakan kehidupan yang sehat dan sebagainya. Lembaga pendidikan dalam aspek ini memberikan penanaman akan pentingnya makna-makna etis dalam dialog keagamaan, khususnya istitusi pendidikan Islam.
4. Aspek Sistem pendidikan. Sistem pendidikan di lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dapat berbentuk isolatif tradisional, serta bercorak sintesis dengan berbagai variasi pola pendidikannya.
5. Aspek Sarana dan prasarana. Pengadaan sarana yang sentralistik menjadikan perlakuan yang sama, pukul rata, semua mendapatkan yang sama, tanpa memperhitungkan kesiapan lembaga pendidikan Islam khususnya Madrasah yang menjadi obyek bantuan. Seringkali pemberian bantuan sarana mengindahkan ketersediaan pengelola, keberlangsungan sarana tersebut, biaya maintenance-nya, kesesuaian dengan kebutuhan (needs assesment), sebab kondisi Madrasah di satu lokasi dengan yang lainnya sangat berbeda, dengan kata lain, belum tentu sarana yang diberikan dibutuhkan, tetapi di tempat lain sangat dibutuhkan. Di sisi lain, lokal yang dapat digunakan untuk mendukung pemanfaatan yang optimal dari sarana tersebut Madrasah kita masih belum mampu menyediakan secara khusus, karena konsekwensinya adalah sumberdana masyarakat.
VI. PERLUNYA MADRASAH MENINGKATKAN SUMBERDAYA INSANI.
Kita ketahui bersama bahwa Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkualitas antara lain :
1. Berkepribadian Islam. Ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental, yaitu pola pikir (’aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam . ada tiga langkah yang harus ditempuh, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw., yaitu:
a. Menanamkan akidah Islam kepada seseorang dengan cara yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai ‘aqîdah ‘aqliyyah; akidah yang muncul dari proses pemikiran yang mendalam.
b. Menanamkan sikap konsisten dan istiqâmah pada orang yang sudah memiliki akidah Islam agar cara berpikir dan berprilakunya tetap berada di atas pondasi akidah yang diyakininya.
c. Mengembangkan kepribadian Islam yang sudah terbentuk pada seseorang dengan senantiasa mengajaknya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqâfah islâmiyyah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Ilmu yang termasuk fardhu ‘ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll.
b. Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
3. Menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu jika ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.
4. Memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. Sebagaimana penguasaan IPTEK, Islam juga menjadikan penguasaan keterampilan sebagai fardlu kifayah, yaitu jika keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya.
VII. SEBAGIAN POKOK PIKIRAN DALAM BANYAKNYA PERMASALAHAN
Beberapa pokok pikiran yang harus segera direspons secara terbuka dan dicarikan solusi konkret terhadap permasalahan yang mengemuka.
1. Bagaimana semua pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan pendidikan ini secara serius memperhatikan sarana penunjang pendidikan yang dibutuhkan anak didik di madrasah. Di antaranya, rasio kebutuhan buku paket/buku pegangan siswa, laboratorium, dan sarana pendukung lainnya seperti perpustakaan yang selama ini sangat minim dibanding lembaga pendidikan umum.
2. Merancang pola rekrutmen guru dalam rangka menyediakan tenaga guru yang memenuhi standardisasi, kualifikasi, dan kompetensi di bidang pendidikan, serta berdedikasi tinggi sehingga dapat meningkatkan Kualitas sumberdaya Insani.
3. Tampaknya perlu mulai dipikirkan subsidi silang, ’’swastanisasi” terhadap sekolah-sekolah negeri (umum) yang sudah mapan dalam penyelenggaraan pendidikannya. Sehingga, berbagai bentuk subsidi dapat dialokasikan secara seimbang kepada sekolah-sekolah yang masih terpinggirkan, khususnya kepada madrasah yang selama ini lebih banyak bergantung kepada swadaya masyarakat.
4. Tidak ada lagi dikotomi antara lembaga pendidikan umum dengan madrasah. Sebab, itu akan menimbulkan kekeliruan pemahaman di kalangan masyarakat luas, yang pada akhirnya menghambat proses penyelenggaraan pendidikan nasional yang sama-sama bertujuan mencerdaskan anak bangsa.
5. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memosisikan diri, peran, serta partisipasinya dalam penyelenggaraan pendidikan secara utuh, sebagaimana pada awal-awal keberadaan madrasah, apalagi bila mampu menyediakan orang tua asuh bagi siswa yang kurang mampu
VIII.PENUTUP
Eksistensi madrasah, mulai tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), sebagai elemen penting dalam sistem pendidikan nasional (sisdiknas) sulit terbantahkan.
Peran signifikan madrasah itu di samping terkait langsung dengan usaha suksesnya kebijakan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah, pada saat bersamaan juga merupakan titik awal bagi usaha sistematis untuk mewujudkan cita kualitas insani anak bangsa yang beriman, berilmu, dan bertaqwa. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, sesungguhnya keberadaan madrasah merupakan reaksi terhadap parsialisme kebijakan sistem pendidikan yang lebih mengunggulkan aspek rasional ketimbang spritual dan budi pekerti.
Sehingga, ke depan, madrasah dapat menjadi lembaga pendidikan ”alternatif” yang mampu mengedepankan mutu dan memiliki daya saing dalam mewujudkan integritas dan kualitas insani bangsa ini. Tentunya, tanpa harus menghilangkan ciri khas madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islami yang berfungsi sebagai filter.
Peluang menjadi lembaga pendidikan yang bermutu dan memiliki daya saing yang tinggi sesungguhnya sangat terbuka dengan adanya penegasan madrasah adalah lembaga pendidikan umum yang bercirikan agama Islam. Konsekuensi logisnya, madrasah menanggung ”dua beban” pendidikan sekaligus. Tidak hanya mentransfer aspek-aspek kauniyah, tetapi juga memiliki kredibilitas yang mumpuni dalam mentransfer aspek-aspek diniyah dalam proses penyelenggaraan pendidikannya.
Dan, kualitas pendidikan di madrasah (sudah banyak contoh baik negeri maupun swasta ) terbukti dengan kerja kerasnya mampu memperkuat daya saing dan mutu pendidikan madrasah di kancah pendidikan nasional. Hal itu sejalan penegasan pasal 17 ayat (2) dan pasal 18 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Penegasan UU Sisdiknas tersebut seharusnya menjadi cermin bening bagi pemerintah, masyarakat, praktisi, pelaku, atau stakeholders pendidikan, agar tidak lagi memandang sebelah mata kepada madrasah.
Dalam salah satu rapat kerja Komisi VIII dengan pemerintah yang diwakili Menteri Agama (Menag) dan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Senin (19/2/2007), mencuat pandangan dominan bahwa ketertinggalan pendidikan di madrasah disebabkan oleh perlakuan diskriminasi pemerintah. Untuk menjawab itu, dalam dua butir kesimpulan rapat, pada akhirnya DPR sepakat membentuk panitia kerja dengan agenda menghapus berbagai bentuk perbedaan perlakuan dalam bidang pendidikan.
IX. KHOTIMAH
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, atas segala kekurangan dan kekhilafan mohon maaf dan dimaklumi, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.amin
Wallahu a’lam bis-showab
Wassalam. Wr.Wb.

Kamis, 17 Mei 2018

SATU HARI SATU MALAM DI QATAR ( M IHSAN DACHOLFANY)



SATU HARI SATU MALAM DI QATAR

Perjalanan menuju ke negeri Qatar merupakan suatu kesyukuran (tahadus bini’mah)  dan menyenangkan menurut saudara M. Ihsan Dacholfany, karena negara tersebut tersebut memiliki keindahan yang menakjubkan dan perbedaan  dibandingkan negara lain., ini terlihat dari turunnya kita dari pesawat menuju ke bandara Qatar , yang kebetulan berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Perjalanan ke Qatar sebetulnya hanya transit selama 15 jam , dari malam sampai sore,  sebelum menghadiri undangan sebagai Key Note Speaker pada acara Konferensi Internasional  dari Pemerintah Pakistan melalui Pendidikan Tinggi Pakistan, sedangkan  yang dimanah sebagai Panitia Penyelenggara  Konferensi nternasional adalah Islamia University Bahawalpur Pakistan.
Dengan melalui group WA IKPM Indonesia, meannyakan siapakah alumni Pesantren Gontor yang ada di Qatar, alhamdulillah saya diberitahu ada alumni oelh ustadz ...bahawa da alumni  yaitu Ustadz Dedi Mulyanto, Ustadz Muhammad Ulul Azmi dan ustadz Fikri alumni Mesir yang kerja di Kedutaan Qatar.


Sesampainya saya di Qatar, pada waktu malam sholat subuh , pesawat mendarat di Bandara  memasuki kota Doha. Besarnya cukup  besar dan bersih, terutama pantainya. Kota ini terletak di bibir teluk Arab dan berupa sebuah Tanjung, maksudnya  daratan yang menjorok ke laut. Berpenduduk lebih  800 ribuan orang, sebagian fasilitas kota dibangun di pinggir pantai, mirip water front city. Doha adalah kota modern. Ini disebabkan  limpahan gas bumi dan minyak yang membuat negara ini masuk dalam 10 negara terkaya di dunia. Penduduk asli Qatar hanya 200 ribu orang, sisanya adalah pendatang. Kita  boleh bangga, jika di negara Arab lainnya TKI kita banyak yang menjadi pembantu, di sini TKI kita lebih well job. Mereka bekerja di sektor Migas, sebagian lain di perhotelan atau jasa. Di sektor jasa tetap lebih banyak orang Pilipino, ebab  faktor penguasaan bahasa Inggris yang lebih baik.
Doha memang tengah berbenah, perkembangannya tidak sebanding dengan Dubai yang menjadi kota internasional.

Setelah Sholat subuh saya, saya kelililing bnadara, dan akhirnya menunggu   ruang tunggu, beberapa menit kemudian, ustadz Dedi Mulyanto dan Ustadz ulul Azmi menjemput saya, setelah pihak petugas bandara untuk izin keluar kelililing Qatar, saya diizinkan karena waktu transit ada 15 jam sebelum berangkat ke Qatar.
Qatar berada di Teluk Arab dimana sebelah selatan berbatasan langsung dengan Arab Saudi. Sedangkan batas lainnya langsung menghadap ke Teluk Arab. Bila diukur, Qatar memiliki panjang sekitar 240 Km dari utara ke Selatan, sedangkan lebarnya tidak lebih dari 160 Km. Negara ini tidak terlalu besar , namun cukup luas untuk jumlah penduduknya yang hanya 1. 600.000 penduduk ( sensus tahun 2010 ) . Qatar sendiri mengandalkan minyak mentah untuk menghidupi ekonominya. Kebanyakan penduduk Qatar adalah pendatang, dimana penduduk aslinya tidak lebih dari setengah dari seluruh penduduk Qatar.




Qatar, salah satu negara kaya di dunia yang mayoritas penduduknya adalah muslim., walaupun negara kecil, namun  sangat makmur. Dengan memiliki  gas alam yang menjadi kekayaan utama bahkan Qatar bisa menadingi Negara  Arab Saudi dalam hal pendapat perkapitanya. Qatar yang dengan Ibukota Doha sudah sangat maju sekali  terlihat  dengan bangunan dengan model arsitektur yang sangat indah sekali, untuk  wisata, ia memiliki   Banana Island yang mirip dengan Maldives hanya berjarak  5 menit berkendara dari pusat kota dengan  suasana pantai yang indah.
Hal yang indah lainnya adalah Pulau nya yang disebut dengan Palm Tree Island ini dibangun oleh Pemerintah Qatar dan termasuk salah satu bangunan fenomenal  dan unik, mempunyai bentuk yang berbeda dengan  berbentuk pohon palm sebagai tanaman khas timur tengah yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan kelas dunia bernama Nakheel Properties. Palm Tree Island adalah semenanjung yang dibuat dari bahan pasir. Pasir tersebut berasal dari dasar Teluk Persia. Pengambilan dengan dikeruk oleh Perusahaan Belgia dan Belanda. Pada bagian sisi luar pulau buatan ada yang bentuknya bulan sabit dan fungsinya sebagai pemecah ombak/gelombang yang dikenal juga dengan sebutan Palm Jumairah dan dibuat menggunakan 7 ton batu. Pembangunan selanjuntnya dilakukan kembali pada 2002 dan berhasil terbentuk semenanjung dengan panjang 4 km yang dinamai dengan Palm Jebel Ali.
Dari sana pun kita  dapat  melihat banyaknya vila dan apartemen mewah, pusat perkantoran dan bisnis, jadi pulau ini pun selanjutnya bisa menghasilkan uang untuk Negara Qatar. Akan tetapi teknologi yang dipergunakan untuk membuat pulau tersebut, tak menjamin keamanan pulau.

Masyarakat Qatar sangatlah welcome terhadap turis, mereka berbicara bahasa Arab namun mereka memiliki kemampuan bahasa inggris yang sangat baik. Qatar merupakan negara muslim dimana hukumnya menganut hukum islam, namun hukum islam tersebut berlaku untuk penduduk Qatar , sedangkan untuk pendatang, anda akan diberitahu apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan disana.

Kebudayaan Qatar cukup maju, masyarakatnya menyukai kerajinan dan membuat kerajinana dari tanduk binatang, mereka memiliki keahlian kaligrafi ( mengukir kalimat ). Biasanya tanduk binatang yang digunakan berasal dari binatang mati, atau mereka biasanya membuat border kaligrafi di atas permadani untuk dijadikan hiasan dinding.

Bangunan di Qatar memiliki arsitektur yang sangat indah dan rapih. Mereka membangun kotanya dengan sangat baik. Banyak masjid besar dan indah yang bisa anda datangi untuk masuk atau ikut shalat disana

Kami berkunjung ke  Fanar Syeik... Pusat Kebudayaan Islam Abdulla Bin Zaid Al Mahmoud (umumnya dikenal hanya sebagai Bin Zaid, juga dikenal sebelumnya sebagai Fanar atau Qatar Islamic Culture Centre dan Spiral Mosque) [1] adalah sebuah organisasi budaya di Doha, ibukota Qatar. Terletak dekat dengan Corniche Doha dan merupakan landmark yang menonjol di kota. usat Kebudayaan Fanar terlibat dalam beberapa kegiatan sosial, agama dan pendidikan. Selain menjadi tuan rumah salah satu masjid terbesar di Qatar, pusat ini juga menerbitkan pelajaran agama dan memberikan pelajaran dalam bahasa Arab dan Islam. Pusat ini juga memiliki perpustakaan. [2] Masjid adalah objek wisata yang populer dan memungkinkan masuk untuk non-Muslim. [3]



Banyak tokoh Muslim telah tampil di pusat, seperti Yusuf Estes, Bilal Philips, dan Mouad Gouzrou, Belajar tentang Islam/
Lingkup pekerjaan proyek terdiri dari pusat budaya Islam 9 lantai yang terletak di Doha Corniche, Doha, Qatar. Sheikh Abdulla Bin Zaid Al Mahmoud Pusat Kebudayaan Islam (umumnya dikenal hanya sebagai Bin Zaid, juga dikenal sebelumnya sebagai Fanar atau Qatar Islamic Culture Centre dan Spiral Mosque) adalah sebuah organisasi budaya di Doha. Tangga spiral yang mengarah ke menara setinggi 80 meter adalah fitur yang membedakan kompleks dan memberikannya keunikan yang unik. Pusat Kebudayaan Fanar terlibat dalam beberapa kegiatan sosial, agama dan pendidikan. Selain menjadi tuan rumah salah satu masjid terbesar di Qatar, pusat ini juga menerbitkan pelajaran agama dan memberikan pelajaran dalam bahasa Arab dan Islam. Pusat ini juga memiliki perpustakaan.
Pusat Kebudayaan Islam Al-Fanar adalah salah satu landmark arsitektur yang paling dikenal di Doha. Dalam bangunan berbentuk kue pengantin ini, pengunjung non-Muslim ditawarkan diperpanjang serta kursus-kursus tabrakan tentang iman Islam. Ini menawarkan berbagai kegiatan pendidikan, namun tak terlupakan, seperti pameran, tur ke pusat budaya, kunjungan ke masjid, kursus bahasa Arab dan kesempatan unik untuk menghadiri khotbah (khotbah Jumat) dalam bahasa Inggris.

Fitur pusat yang paling dibedakan adalah masjidnya yang memiliki desain menara unik. Sebelum tahun 2009, masjid Fanar adalah yang terbesar di negara ini. Sejak itu telah diambil dalam kategori ini oleh Masjid Imam Muhammad bin Abd al-Wahhab, namun tetap menjadi masjid tertinggi di Qatar. [1]

Masjid ini dinamai berdasarkan Sarjana Islam Qatar yang terkenal dan Pendiri Sistem Peradilan Qatar Sheikh Abdulla bin Zaid Al-Mahmoud. Nama itu diberikan oleh Emir Qatar untuk mengumpulkan kenangan atas prestasinya selama masa jabatannya sebagai hakim tertinggi Qat
Qatar merupakan negara maju dan termasuk golongan negara makmur dan kaya. Akan tetapi hal tersebut tidak lantas membuat Qatar tak lagi membutuhkan Souq Waqif. Lokasinya tepat berada di Doha. Apabila diartikan atau dimaknai, Souq Waqif mempunyai arti pasar berdiri atau pedagang kaki lima dalam istilah Indonesia.
Salah satu daya tarik wisatawan adalah dari Souq Waqif yang ada di Doha ini adalah harga barang-barang yang terjangkau dan juga banyak jenis barang yang ditemukan dan mungkin kita cari.
Walaupun di sekitar lokasi ini banyak berdiri bangunan dan hotel-hotel mewah, tapi Souq Waqif tetap dipertahankan dan malah menjadi salah satu destinasi wisata menarik dan populer di Kota Doha. Kini Souq Waqif ditata supaya lebih rapi dan kerap dijadikan tempat lokakarya, galeri seni, sampai dengan konser musik. Apabila anda ingin berkunjung ke lokasi yang satu ini, dari pusat Kota Doha sangat mudah menjangkaunya. Restoran sekitar tempat ini banyak yang menyajikan sisha dan beragam menu lezat, ada pula café yang menyediakan es krim.
 Saya dan kawan – kawan keliling  Souq Waqif dengan banyaknya  toko yang menjual soevenir , bendera, stiker dan pakaian yang menandakan Qatar menjadi tuan piala dunia 2022, menurut rencana Qatar world cup plans , Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Gianni Infantino, bos FIFA memberikan kepercayaan pada negara Timur Tengah ini untuk menggelar acara besar empat tahunan tersebut, menurut informasi  Menteri Keunganan Qatar, Ali Shareef Al-Emadi telah mempersiapkan hal tersebut dan  menyediakan dana lebih dari 6 Triliun Rupiah dengan membuat  stadiun mewah dengan model bongkar pasang serta  infrastukur lainnya misalnya  sampai  rumah sakit jalan tol, lapangan olahraga dan lain sebagainya.

Beberapa tahun ini, Negara  Qatar telah menjadi bahan diskusi dan perbincangan baik warga negara tersebut maupun negara lain, masalah ini dengan adanyanya hubungan dengan urusan diplomatik negara ini dengan tetangganya, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan sekutunya yang saat ini  sudah terputus. Retaknya hubungan yang dulunya baik ini ternyata berpengaruh pada banyak hal, khusunya kehidupan yang ada di negara kecil namun makmur tersebut di antaranya dengan  retaknya hubungan diplomatis antara Qatar dan negara sekitarnya terjadi efek negatif bagi semuanya, seperti  Qatar Airways bahkan menghapus penerbangan ke Arab Saudi,   bahkan Negara yang dipimpin oleh Raja Salman itu  melarang pesawat dari Qatar untuk melintas di wilayah udaranya sehingga  menjadi kerugian tersendiri bagi Qatar.
Kalaulah kita bangsa Indonesia, t5entunya teringat akan Thoriq bin Edi Rahmad (tiga dari kiri), anak Indonesia yang jadi juara pertama Mussabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Sheikh Jasim bin Muhammad bin Thani Competition di Qatar. Foto/KBRI Doha, Seorang anak asal Indonesia meraih juara pertama dalam Mussabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Sheikh Jasim bin Muhammad bin Thani Competition kategori tahfizh 30 juzz Alquran yang digelar di Qatar. Putra Indonesia bernama Thoriq bin Edi Rahmad berhak atas hadiah uang sebesar QAR 100.000 (Rp374 juta).

Kompetisi itu digelar di salah satu hotel paling prestisius di Qatar, Hotel Sheraton Doha. Duta Besar Indonesia untuk Qatar Muhammad Basri Sidehabi menyampaikan kebanggaannya atas prestasi Thoriq.

Kemenangan anak itu berperan penting dalam diplomasi sosial budaya yang mengharumkan nama  Indonesia di Qatar.  Toriq Rahman adalah putra Edi Rahmad yang merupakan Ketua Indonesia Diaspora Network (IDN) di Kuwait.

Thoriq  yang juga penerima program beasiswa pendidikan di Qatar menyisihkan 600 pesaing lainnya dari berbagai negara. Juara kedua hingga kelima dalam kompetisi


Juara Tahfiz Alquran di Qatar, Anak Indonesia Raih Rp374 Juta 


Padahal di balik itu semua, negara Qatar yang berada di pinggir Teluk Persia ini memiliki  banyak hal  indah dan menyenagkan.
Kami juga sempat datang ke Museum Seni Islam. Museum yang satu ini memiliki nilai historis tinggi. Qatar ternyata tidak hanya menawakan wisata berupa bangunan mewah dan megah, negara dengan mayoritas penduduk muslim ini punya museum dengan arsitektur gaya Islam kuno dengan desain cukup unik dan menarik. Satu-satunya museum yang ada di Teluk Persia ini selanjutnya akan dilengkapi juga dengan fasilitas restoran. Tak hanya berisi beragam koleksi seni islam saja, akan tetapi Museum Seni Islam juga menyediakan fasilitas yang lain berupa perpustakaan serta ruang untuk penelitian. Luas bangunan museum mencapai 45.000 meter pesegi dan merupakan Museum Seni Islam dengan koleksi artefak islam yang paling lengkap dan banyak di dunia yang dikumpulkan sejak akhir 1980-an. Koleksinya antara lain adalah manuskrip, liontin, keramik, giok, sampai dengan tekstil. Perlu diketahui bahwa koleksi yang ada di Museum Seni Islam ini berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah India, Asia Tengah, Mesir, Spanyol, Irak, Iran, dan Turki. Arsitek yang merancang sekaligus mendesain museum ini bernama Im Pei. Struktur museum terinspirasi oleh Masjid Alhambra (Spanyol) dan Ibnu Tulun (Mesir). Pembangunan museum selesai pada 2006 dan diresmikan pada 22 November 2008. Museum yang pernah dikujungi Pangeran Charles ini dibuka untuk umum pada 1 Desember tahun yang sama.

Waktu di jemput noleh kawan  di bandara, mereka menggunakan taxi,  Di Qatar anda bisa menggunakan taksi murah , karena disana harga bahan bakar rendah jadi bagi anda yang malas jalan kemana-mana, anda bisa menggunakan taksi. Selain itu , anda juga bisa menyewa mobil. Tahukah , bahwa harga mobil di Qatar sangat lah murha , Camry yang di Indonesia berharga Rp. 360.000.000, disana harganya sekitar 1/3 kali nya. Jadi untuk sarana transportasi , anda tidak usah khawatir.

Kami Sholat Zuhur di Masjid Katara , masjid yang satu ini berlokasi di Doha. Bukan merupakan masjid agung dengan ukuran tak terlalu besar. Keunikan yang dimiliki Katara Mosque terletak pada ubin bermotif dan desainnya. Ubin didatangkan dari kawasan sekitar Teluk Persia dan juga Iran.
Ubin yang menghiasi Katara Mosque didominasi oleh ubin shi’it yang populer di kawasan timur tengah. Warna masjid pun cukup unik, begitu kontras dan sebagai perlambang kebesaran Negara Persia, Arab, serta tradisi yang ada di Afrika.

Sebelum ke Qatar, saya sudah menukar uang di money changer, sebagai persiapamn membeli oleh-oleh atau soevenir Qatar, Mata uang Qatar adalah Qatar Real ( QR) dimana 1 QR adalah 100 Dirham. Pecahan mata uang yang berlaku adalah 1, 5 , 10, 50, 100 dan , 500 dirham. $1 sama dengan 3,5 QR. Penukaran terbaik adalah di Bank, di beberapa hotel terdapat money changer namun ratenya biasanya lebih rendah dari Bank.

Setelah Sholat Zuhur, di jempau kawan yang kerja di Kedutaan Qatar dengan mobil pribadibnya,  Lalu saya di bawa jalan –jalan keliling Qatar dengan pemandangan bangunan lama yang dikenal dengan ,...dan bangunan baru yang disebut dengan ...dipisahkan oleh...
Akhirnya saya diajak ke Markaz  Sheikh ‘Abdullah Bin Zaid Zaid Al- Mahmoud Islamic Cultural Cennter yang di dalam nya ada Qatar Islamic Cultural Center yang di dalam ada kegiatan dari berbagai agama  di dalamnya , kebetulan untuk agama Islam diberi kesempatan menggunakan fasiltas Dakwah, Pendidikan dan lainnya pada hari sabtu.





Inilah salah satu destinasi wisata menarik yang ada di Negara Qatar. Dirancang oleh arsitek berpengalaman dari Qatar, museum yang satu ini dahulu merupakan Istana Sheikh Abdullah Al-Thani. Gedung ini begitu menakjubkan sehingga tampak lebih daripada museum atau istana. Beberapa pameran yang diselenggarakan di tempat ini antara lain adalah pameran perhiasan, pameran alam, dan sebagainya.
Ketika anda mengunjungi Qatar National Museum ini, anda akan menemukan 220 baris kursi di auditoriumnya, 2 buah restoran dan kafe, ruang untuk menyelenggarakan pameran kuliner, taman dengan berbagai macam tanaman, hingga berbagai macam laboratorium sebagai tempat penyelenggaraan berbagai penelitian. Selain memanjakan mata anda dengan desainnya yang futuristik, anda juga dapat belajar mengenai para tetua Qatar, melihat benda-benda peninggalan sejarah masyarakat di Qatar zaman dahulu, hingga mempelajari perkembangan masyarakat hingga menjadi modern seperti saat ini
Qatar dikenal dengan negara Islam, yang siap melindungi tokoh Islam yang ingin pindah kewarnegaraan seperti Yusuf Qardhawi,
Pada waktu sholat Zuhur, kami sholat di masjid....lalu kami pergi Musium Qatra dan ke Kampaus  Qatar University, untuk warga negara non Qatar diberi kesempatan kuliah dengan program beasiswa atau pertukaran mahasiswa dan dosen dengan syarat telah melakukan MoU terlebih dahulu antar kampus.
Biaya hidup di Qatar cukup mahal, jika ingin kuliah dengan biaya sendiri,  namun  sebaliknya bagi warga negara asing yang kuliah dengan program beasiswa,  tentu sangat nyaman dan bersyukur begitu juga bagi yang  bekerja atau menjadi guru / dosen mendapatkan honor , sungguh sangat besar, yang terpenting adalah memiliki skill yang sesuai dengan bidang yang diperlukan di sana.

Kami sempat mampir ke Qatar University. Kampus ini memberikan Beasiswa khusus S-1, Banyak yang tidak mengetahui, namun bukan bermakna  beasiswa yang diberikan oleh pihak Qatar University ini tidak ada peminatnya. Peluang untuk mendapatkan beasiswa ini terbuka luas. Hebatnya, beasiswa ini diberikan kepada para pelajar Indonesia setiap tahunnya. Kesempatan diterima pada beasiswa ini sangat besar, sebab Qatar university memberika 400 beasiswa setiap tahunnya.

Adapun Jenis Beasiswa : Beasiswa Akademik untuk Tingkat Sarjana, Prioritas program beasiswa ini adalah pelamar dari berasal luar negara Qatar. Kita atau para pelamar ini dapat dicalonkan oleh kedutaan mereka atau mungkin mendaftar langsung ke Universitas Qatar. Selain pembebasan biaya pendidikan, beasiswa ini dapat memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut seperti Visa pelajar dan izin tinggal, Pembebasan dari biaya buku, Tiket pesawat pulang-pergi tahunan ke negara asal, Menyambut di bandara untuk kedatangan pertama. Dan Akomodasi di asrama Universitas yang meliputi: Double room, makan tiga kali setiap hari, laundry, layanan Internet nirkabel, ruang permainan, perpustakaan, lab komputer, fasilitas Gym, kolam renang di asrama perempuan, transportasi ke dan dari Kampus dan lain-lain Silakan menemukan Website Departemen Perumahan Qatar University.
Adapun  Persyaratan Mendaftar Beasiswa S1 Qatar University: yaitu Memiliki sertifikat/ijazah pendidikan menengah (SLTA) yang setara di Qatar, mempunyai Skor TOEFL internasional minimal 450, dengan pengecualian pelajar yang mendaftar di Fakultas Syariah, telah Memenuhi persyaratan masuk untuk kuliah di Qatar University.

Adapun  Cara Mendaftar nya adalah  Akses website Qatar University dan tentukan fakultas yang ingin dituju, ingat Perhatikan deadline pendaftaran, dengan Persiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Antara lain yang membutuhkan persiapan adalah Legalisir Ijazah. Legalisir ijazah yang dimaksud adalah legalisir dari kedutaan Qatar di Indonesia dan tentunya Memiliki paspor. Pastikan masa berlakunya minimal hingga 6 bulan setelah keberangkatan dan TOEFL/IELTS. Mengenai TOEFL/IELTS, ada fakultas yang mensyaratkan TOEFL/IELTS, ada  juga yang tidak., yang jelas mengIsi form secara online dan Mentransfer 200 QAR ke Admission (bagian pendaftran)
Untuk berkas asli  dapat dikirim asli yang dibutuhkan ke Qatar University dengan alamat yaitu Undergraduate Admissions Admissions Departmen Qatar University  PO Box 2713 Doha, Qatar, jangan lupa Selalu check secara online status berkas dan penerimaan secara online. Karena di website resmi kampuslah yang akan mengupdate perkembangan beasiswa. Untuk informasi lain seputar beasiswa Qatar University tersebut, kamu bisa menghubungi
email: scholarships@qu.edu.qa atau layanan telepon berikut: 
Male:     +974 - 4403-3748 / 974 - 4403-3741
Female: +974 - 4403-3649  

 SEMOGA KELAK, INSHA ALAAH...AAMIIN.  BISA BERANGKAT LAGI KE QATAR
























KISAH PERJALANAN MENGHADIRI KONFERENSI INTERNASIONAL DAN STUDI TOUR KE ISLAMABAD PAKISTAN.



-
KISAH PERJALANAN MENGHADIRI KONFERENSI INTERNASIONAL
 DAN STUDI TOUR KE  ISLAMABAD  PAKISTAN.

Undangan dari Pemerintah Pakistan sebagai Keynote Speaker Pada acara Konferensi Internasional merupakan suatu mengejutkan dan kesyukuran  tersendiri baik dirinya sendiri maupun keluarga khusunya,  mungkin negara dan kampus, walaupun terdetik rasa kekhawatiran karena selama ini Pakistan sering terdengar konflik  dan mengalami kesulitan dalam pengurusan visa di Indonesia dan selama dalam Perjalananan.
Berdasarkan wawancara dengan saudara M. Ihsan Dacholfany, bahwasannya tulisan ini hanya berniat baik, agar berguna dan bermanfaat, bagaimana proses perjalanan serta berbagi  pengalaman saja,  undangan yang dia terima  dari Pemerintah Pakistan melalui Kementrian Pendidikan melalui  kawannya Dr. Nanang Suprayogi yang kebetulan sama-sama belajar di Belgia, meminta beberapa orang dosen dari Indonesia, Malaysia, Inggris, Saudi, dan negara lainnya untuk menjadi Key Note Speaker (Pembicara Utama) pada acara Konferensi Internasional dengan cara mengirimkan abstrak makalah dan biodata diri yang lengkap,  lalu diseleksi oleh panitia dan diajukan ke Pemerintah Pakstan melalui Komisi Pendidikan Tiggi.
Setelah diseleksi artikel dan biodata diri,   menunggu hampir 2 bulan, semua calon key note speaker diberitahukan melalui email tentang pemberitahuan  keynote speaker yang mendapat kesempatan untuk hadir di Pakistan, dengan konsekuensi pembiayaan akomodasi, pesawat, penginapan, serta lainnya ditanggung oleh pemerintah Pakistan.
Menurut Saudara Ihsan, Pergi ke Pakistan tidak semudah yang dia alami pada waktu pergi ke Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunai Darussalam karena tanpa Visa, Para Keynote speaker yang akan pergi ke Pakistan harus menguruskan Visa nya sendiri  ke Kedutaan Pakistan di Jakarta dengan membawa surat undangan sebagai Keynote Speaker, walaupun mengalami kesulitan harus tetap dijalani, mulai dari menyiapkan photocopy KTP dan kartu Keluarga (KK),  pengantar tempat kerja/kampus, surat undangan dari kampus atau lembaga  yang mengundang, pasport halaman pertama (data), surat pengantar RT, Kelurahan, Polsek, Polres,  Polda dari tempat asal kita, lalu di bawa ke Mabes Polri Ke Jakarta (semua masing-masing memerlukan pas photo 4x6 berlatarbelakang merah sebanyak 5 lembar)  dengan mengisi formulir, serta membawa  surat  izin keluarga (Orangtua/istri/suami) sebagai syarat untuk menguruskan SKCK (Surat Keterangan Catatan Sipil), sedangkan untuk mengurus Visa harus ada undangan sponsor/lembaga yang mengundang, bukti surat keterangan dan kepemilikan Rekening Bank, surat izin dari kampus serta mengisi formulir tentang biodata kita mulai dari data orang tua, anak, tempat tanggal lahir, pengalaman pergi ke luarnegeri , pekerjaan dan Pas fhoto berlatar belakang Biru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar, alhamdulillah hanya menunggu 3 hari dalam mengurus Visa di Kedutaan Pakistan yang beralamat di Mega Kuningan Barat, Block E.3.9.Kav.5-8, Rt.1. Rw.2 Kuningan Jakarta Seklatan, telp.021-57851836, visa dapat diterima dengan mendapatkan izin selama 2 minggu untuk tinggal di sana, saat itu dapat menghubungi mb Jingga, orang Indonesia yang kerja di sana untuk komunikasi, adapun  kantor dibuka dari senin sampai jumat, dibuka mulai jam 8 pagi sd 12 siang saja.
Alangkah baiknya menguruskan visa, jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, setelah pasti mendaptkan visa, baru membeli tiket pesawat agar lebih murah, jangan membeli tiket pesawat  dahulu, sebelum ada keyakinan, bahwa visa akan keluar dan diterima dari kedutaan manapun.
Jika mau ke Pakistan  dari daerah, biasanya transit di Jakarta, dan jika bandara daerah sudah Internasioanl, mungkin bisa langung, lalu transit ke Kuala lumpur Malayisa atau Qatar  lalu ke Pakistan, alangkah baiknya beli tiketnya connect (bersambung) dengan pesawat yang sama, agar mudah dalam perpindahan dari pesawat yang satu dengan pesawat yang lainnya, apalagi jika membawa barang yang ditaro di bagasi kalaupun beda pesawat (tidak bersambung/ beda pesawat) harus memiliki rentang  waktu paling sedikit 3 jam, karena setiap negara yang kita transit harus antri di imigrasi dan chek in dahulu dengan antrian yang panjang, dengan memerlukan waktu yang panjang, belum mengambil barang di bagasi.
Dalam membeli tiket, bisa melalui travel / agent yang bisa dipercaya, kalau pun mau beli sendiri bisa melalui melalui online dan harus memiliki kartu kridit bank sebagai syarat pembayarannya, alangkah baiknya beli tiket melaui kawan atau panitia yang berada  di sana karena harganya lebih murah, kita hanya memberitahukan data pasport kita, beberapa hari ? dan mau transit ke mana saja ?, dan rentang waktu perpindahan pesawat harus sesuai dan cukup waktunya.
Melalui pesawat Uni Emirat, perjalanan dari Jakarta menuju Qatar sangat menyenangkan, dari pesawat yang besar, pelayananan pramugari dan pramugara yang sopan dan menu minuman makanan dan minuman yang bisa kita pesan secara gratis, serta tempat duduk yang nyaman dengan selimut dan bantalnya serta layar TV kecil di depan tempat duduk kita dengan melalui headset, kita bisa mendengar dan menonton, mulai dari berita, film perang, komedi, musik, game, promosi keindahan alam negara dan lainnya, selama lebih kurang 6 jam tidak terasa, sampailalh ke negera Qatar.

Transit di Qatar sengaja dilakukan oleh saudara Ihsan, selama 15 jam agar bisa melihat keindahan negara Qatar dengan gedung gedung yang indah  serta melihat  musium dan kampus yang ada di sana, dengan ditemani alumni Pondok Pesantren Gontor di sana seperti Ustadz Dedi Mulyanto, Ustadz Muhammad Ulul Azmi dan ustadz Fikri alumni Mesir yang kerja di Kedutaan Qatar dan lainnya serta bertemu dengan orang Indonesia yang bekerja  di sana  sambil mengurus kegiatan pembelajaran dan agama di Markaz  Sheikh ‘Abdullah Bin Zaid Zaid Al- Mahmoud Islamic Cultural Center yang di dalam nya ada Qatar Islamic Cultural Center dan kami pun sempat ke Musium dan Qatar University.


Menjelang sore hari ia dihantar ke Bandara Qatar, sambil menunggu pemberangkatan pesawat ke Pakistan menuju Multan, ia bertemu dengan dosennya dahulu, yang kebetulan sama sama di undang menjadi Key Note Speaker pada acara yang sama dan tempat yang sama, beliau adalah dosen senior  di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), yaitu Prof Dr. Nor Aishah Buang, ia bercerita bersama beliau kenangan selama di Malaysia, khususnya waktu belajar dengan beliau pada  materi  research (penelitian) dan Kewirausahaan (Beliau Memang pakarnya), dan teringat pula saat saudara ihsan mengajar mengaji 2 anaknya Prof Nor Aishah Buang di rumahnya.
            Setelah lama berbincang, akhirnya berangkatlah kami  bersama menuju Pakistan, karena seharian berjalan-jalan di Qatar, tidak terasa kami sampai malam hari nya di Pakistan tepatnya bandara Multan, setelah melaui pemeriksaan yang ketat dan scan barang serta di tanyai tujuan ke Pakistan, bawa apa saja, siapa yang tanggung jawab di Pakistan dan berapa no HP nya, serta menyerahkan semua bukti undangan, pasport danvisanya dll, setelah pemeriksaan semua, barulah kami bertemu panitia Konferensi, saudara Bilal yang hafidz Qur’an yang berencana melanjutkan S-3 di indonesia, beliau memabwa staf kampus dan pihak aparat (angkatan) yang akan menghantar kami ke tempat penginapan bagi para undangan dan keynote speaker.
Ternyatanya kami setiap orang 1 kamar di Guest house kampus, dengan perlengkapan seperti hotel dan pengawalan ketat di dalam Gedung, sengaja Wifi Internet dimatikan, untuk membeli paket inetrnet, kami tidak belh keluar, akhirnya paket internet dibelikan oleh panitia karena harus menggunakan biodata diri dan scan jari tangan, dan kami tidak boleh sembarang memberikan no telp ataupun kartu nama kepada orang yang tidak dikenal.
Pagi harinya setlah makan, bagian dapur bertanya dahulu, makan apa yang kami inginkan, lalu kami dijemput oleh Panitia menuju Aula Konferensi Internasional, tepatnya tanggal 19 Maret 2018 acara Pembukaan dimuali dengan Laporan Ketua Panitia oleh saudara Dr. Abid Shahzad Khakhi ,dan Sambutan Dekan Departemen Pendidikan, Akhtar  Ali,   dan Sambutan dari Higher Education Commission of Pakistan (Komisi Perguruan Tinggi Pakistan), hiburan mahasiswa lalu persaentasi para key note speaker hadir dari di aula seperti Nor Aishah Buang dari Malaysia, Naureen Durrani  dari UK, Riaz UI Haq Tariq, Rafaquat Ali Akbar dan Muhammad Saeed dari dari Lahore, Muhammad Zuhdi dan M. Ihsan Dacholfany dari Indonesia, Muhammad Iqbal dari Saudi Arabia, Naveed Sultana dari Nasir Mahmood dan N.B. Jumani dari Islamabad, Muhammad Asif Malik dan Muhammad Sarwar dari Sargodha, Khalid Khrshid dari Multan.
Adapun tema yang telah dipersiapakan dari Indonesia dan disampaikan oleh saudara Ihsan dalam Konferensi internasional adalah Creating Peace And Guidance Noble Character Through Education, yang dijelalaskan dengan menggunakan bahasa Ingris dan Arab begitu juga powerpoinnya.
Keseokan harinya, sebagian dari keynote speaker diharap hadir untuk memimpin konferensi internasional dalam rung  paralel,cukup banyak yang persentasi, khususnya dosen di luar kampus maupun  luar kampus serta beberapa mahasiswa pascasarjana S-2 dan S-3 untuk  mempersentasikan hasil tesis dan disertasi mereka, mereka kelihatannya, sudah biasa persentasi dengan menggunakan bahasa Inggris walaupun bahasa keseharian mereka adalah bahasa Urdu, yang agak uniknya di Pakistan, para wanita sangat terjaga maruah nya   (wibawa dan harga diri mereka), khusunya dalam komunikasi atau berbicara yang bukan muhrimnya, apalagi mengirim warganegaranya untuk menjadi Tenaga kerja,  tidak seperti Indonesia yang warganegaranya masih ada yang dikirim ke negera lain untuk jadi TKI atau TKW walaupun sekarang dibatasi., namun anehnya saat acara selesai di ruang paralel, mereka senang sekali mengajak photo bersama dengan kami bahkan diajak selfie, mungkin kami dianggap orang asing dan dosen luar negara.
Setelah acara paralel, sore hari, semua keynote speaker, tamu undangan serta pembicara paralel hadiri semua dalam acara penutupan konferensi Internasional di aula universitas, alhamdulillah acara berjalan lancar dengan laporan ketua panitia, dan dekan, majlis pendidikan tinggi dan pemberian cindera mata dan sertifikat kepada Keynote Speaker dan akhirnya acara ditutup oleh Vice Chansellor  Islamia Bahawalpur University, Prof. Dr.Qaeser Musthaq.
 
Sorenya Panitia dan tamu undangan dan para keynote speaker diberi jamuan makan di restoran khas Pakistan dengan menu yang unik, tentunya halal, kami dikawal lagi oleh satu mobil angkatan Pakistan, maklumlah, kami sebagai tamu negara yang harus aman dan nyaman dalam perjalanan.
 
Malamya para tamu dan para keynote speaker dihantar pulang, khususnya tamu dari luar negara dihantar sampai bandara Multan, transit dahulu ke Dubay, Qatar ataupun Kualalumpur, sedangakan saudara ihsan dihantar samapai ke Islamabad, ibukota Pakistan, sampai ketemu orang yang betul dipercaya untuk menjaga keamaannya, alhamdulillah bertemua dengan mantan ketua IKPM Pakistan, saudara Zulfikri Hasibuan- MS Arabic /Kuwait Hostel yang sekarang ini sedang meneyelesaikan tesisnya.
Lalu saudara ihsan  di bawa ke hotel, yang murah meriah, yang seharinya tidak kurang dari 200 ribu rupiah, maklum mayoritas mahasiswa di Pakistan adalah tinggal di asrama kampus, kalaupun ada sudah berkeluarga, mereka menyewa rumah kecil yang cukup untuk anak istrinya/ suaminya, dengan hotel tersebut saudara ihsan  pun merasa nyaman dan pas utuk istrahat.

Pagi itu juga saudara Ihsan  dibawa keliling oleh Zulfikri kampus IIUI  (International Islamic University Islamabad), sambil menghadiri sidang tesis mahasiawa,   menurut sejarah, kampus tersebut  didirikan di Islamabad pada 11 November 1980 M. bertepatan dengan 01 Muharram 1401 H. Dalam bahasa Pakistan biasa disebut, Baina el-Aqwâm Islami University atau Universitas Antar Bangsa. Universitas ini dibangun atas aspirasi dan hasrat negara-negara Muslim yang menginginkan terbentuknya sebuah Universitas Islam berskala Internasional sebagai simbol dari sebuah kebangkitan Islam universal. Insha Allah Indonesia juga sudah merancang dan berInisiatif Pemerintah mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat internasional dan memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia internasional (ww.tribunnews.com/nasional/2018/01/18/ini-tujuan-dibangunnya-universitas-islam-internasional-di-cimanggis).  Di mana program pendidikan IIUI Pakistan ini lebih diprioritaskan pada Islamic Studies, dengan sistem pendidikan modern yang berpijak pada al-Quran dan as-Sunnah, namun seiring dengan adanya perkembangan zaman IIUI mulai melebarkan sayap dan membuka beberapa fakultas umum. Dalam sistem pendidikan dan pengajaran, IIUI menjadikan Bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan. Ketika didirikan pada zaman pemerintahan Jendral Zia-ul-Haq IIUI belum memiliki kampus sendiri karena keterbatasan dana, maka pemerintah Pakistan ketika itu memberikan tempat sementara untuk IIUI di pinggiran kota Islamabad menyatu dengan Masjid Faishal (sebuah bangunan hasil arsitektur Mr.Veda Dolokey dari Turki). Masjid ini menempati area seluas 189,705 meter persegi, dan dapat memuat 200 ribu orang. Sejak awal berdirinya hingga sekarang tak kurang 56 negara baik dari negara muslim dan nonmuslim pernah menimba ilmu. Sejak tahun 2001 IIUI telah resmi menempati kampus baru (new campus) di kota Islamabad juga, namun kampus lama masih digunakan oleh Islamic Research Institute (IRI) dan Academy dakwah juga Shariah Academy. Adapun tujuan didirikannya IIUI  ini adalah untuk mencetak dan membina  individu dan masyarakat yang siap mengabdikan diri dalam melakukan pembaharuan dalam segala bidang dengan bingkai nilai dan spirit Islam yang tercermin dalam setiap pribadi pelajar ataupun staf pengajar dan juga sistem pendidikan yang diterapkan. Sehingga yang menonjol dari sistem pendidikan di IIU ini adalah, penggabungan antara sistem pendidikan kalsik (turats) dan modern, Kampus IIUI mempunyai  struktur organisasi yang disebut dengan Majelis al- Umana (Board of Trustees), yang memegang otoritas kebijakan mengikat atas perjalanan IIUI. Di mana Presiden Pakistan langsung menjadi penasehat dari Majelis ini, sedangkan untuk kepengurusan hariannya adalah dipimpin oleh seorang Rektor dan Presiden serta wakil Presiden. Adapun Presiden IIUI sekarang adalah Prof. Dr. Anwar Hussain Siddiqui.

            Adapun  Keunggulan Kuliah di IIUI memiliki Kurikulum yang telah terakreditasi secara internasioanal dan Universitas yang menerapkan kolaborasi dengan universitas-universitas asing ternama, dan banyak diminati pelajar asing dari berbagai Negara serta Universitas pertama di Pakistan yang kurikulumnya mengajarkan bidang ilmu- ilmu Islam, sains dan manajemen serta Fakultas-fakultas yang bonafide dengan fasilitas kelas yang sangat nyaman dengan  full-AC, adapun Studi-studinya lebih ditekankan pada bidang penelitian (research), kelebihannya juga tata letak kampus yang sangat bagus dan fasilitas yang lengkap, khususnya dalam hal akses internet secara cuma-cuma, juga tersedia lebih dari 70 bus mahasiswa yang membawa mahasiswa ke berbagai tujuan tanpa dipungut biaya (Gratis), sedangkan bagi mahasiswa asing disediakan hostel atau asrama.
Pada umumnya tenaga Pengajar/ dosen  International Islamic University datang dari berbagai perguruan tinggi terkenal di dunia, merupakan lulusan program S2 dan S3 dari Universitas Islam Madinah, Universitas Imam bin Saud Riyadh, International Islamic University Islamabad Pakistan, Universitas Al-Azhar Mesir, Universitas Cairo-Mesir, Universitas Punjab Lahore, Universitas Michigan Law School Aan-Abbrorr USA, Universitas London UK, Harvard University dan beberapa perguruan tinggi lainnya.
            Setelah ke kampus saudara Ihsan diajak ke Masjid Faesal, sambil membeli soevenir khas Pakistan sambil,  masjid Faisal  adalah masjid terbesar di Pakistan, letaknya di Islamabad, ibu kota negara itu. Islamabad. Masjid ini dianggap sebagai Masjid Nasional Pakistan, namanya menyandang almarhum dari  Raja Faisal bin Abdul-Aziz dari Arab Saudi, yang mendukung dan mendanai proyek pembangunannya. Masjid Faisal berdiri di tanah seluas 5.000 m2, dapat menampung 10 ribu jamaah dalam ruang shalat, 24 ribu di portico, 40 ribu di halaman, dan 200 ribu dalam halamannya, dengan Interior ruang utama ditutupi dengan lantai marmer putih dan dihiasi dengan mosaik dan kaligrafi oleh seniman Pakistan, Sadeqain, dan lampu gantung khas Turki. Pola mosaik memperindah dinding barat. Kaligrafi ayat ditulis lebih dulu di dinding barat dan ayat lain tertulis dalam tulisan kufi awal diulang dalam pola gambar cermin. Keindahan dari rancangan sederhana yang terpilih. Masjid Faisal adalah karya arsitek Vedat Dalokay yang memenangkan penghargaan Aga Khan untuk bidang arsitektur. Arsitektur masjid ini modern dan unik, tanpa kubah tradisional dan lengkungan yang ada di sebagian besar masjid di seluruh penjuru dunia.
Keesokan harinya, saudara ihsan diajak ketua IKPM, bang Rahman Ali Fauzi/LLB, Syariah and Law/ Kuwait hostel, nbang Fahmi Wira Angkasa, bang Syarif Husain-BS Islamic studies, bang Zulfikri Hasibuan-MS Arabic dan kai jalan –jalan  ke musium Lok virsa adalah budaya indah Pakistan, museum Lok Virsa di Islamabad menyimpan warisan yang kaya dari semua provinsi dengan tampilan budaya Pakistan, peninggalan bersejarah atau artefak dari berbagai bagian negara, museum ini mengintegrasikan semua warisan beragam Pakistan, sementara keindahan semua provinsi termasuk Kashmir dan Gilgit Baltistan adalah apa yang disaksikan para pengunjung begitu mereka memasuki museum, barang-barang antik dari peradaban kuno bersama dengan dinding magis museum menceritakan kisah-kisah sejarah negara yang kaya.Koleksi peninggalan untuk museum Lok Virsa dimulai pada tahun 1974 yang dipajang pada tahun 2004. Museum ini juga menyimpan artefak bersejarah dari zaman para sufi, dengan alat musik antik yang dipamerkan bertujuan untuk mewakili keterampilan rakyat Pakistan. Karena koleksi yang unik, pentingnya dan daya tarik museum meningkat dari hari ke hari berdasarkan kemajuan dan perkembangan zaman.
Setelah itu kami pergi ke Pakistan monument adalah Monumen Pakistan di Islamabad, Pakistan, adalah monumen nasional yang mewakili empat provinsi dan tiga wilayah negara. Setelah kompetisi di antara banyak arsitek terkenal, rencana Arif Masood dipilih untuk desain akhir. Bentuk bunga mekar dari monumen mewakili kemajuan Pakistan sebagai negara berkembang pesat. Empat kelopak utama dari monumen mewakili empat provinsi (Balochistan, Khyber-Pakhtunkhwa, Punjab, dan Sindh), sedangkan tiga kelopak yang lebih kecil mewakili tiga wilayah (Gilgit-Baltistan, Azad Kashmir dan Wilayah Suku yang Diatur Federal). Monumen telah dirancang untuk mencerminkan budaya dan peradaban negara dan menggambarkan kisah Gerakan Pakistan, didedikasikan untuk mereka yang mengorbankan diri untuk generasi mendatang.
Dari udara monumen tampak seperti bintang (tengah) dan bulan sabit (dibentuk oleh dinding yang membentuk kelopak), ini mewakili bintang dan bulan sabit di bendera Pakistan.
Museum Monumen Pakistan terletak di depan Monumen Pakistan di Shakarparian, Islamabad, Pakistan. Museum dibuat untuk memberi penghormatan kepada mereka yang mengorbankan semua kehidupan untuk sebuah tanah air yang terpisah. Pemerintah Pakistan membangun museum ini untuk menunjukkan beberapa gerakan khusus dalam pembuatan Pakistan. Museum Monumen Pakistan adalah tempat terbaik untuk para pecinta sejarah. Ada jam 10 pagi hingga 8 malam. Fasilitas museum termasuk dokumenter audio, buku sejarah,dan kami pun pergi ke Daman e-Koh Islamabad, kami pun keliling naik onta  di sana.

Hari selanjutnya diajak bang Fauzi ke melihat pakistan paradise day Pakistan di lapangan (https://www.youtube.com/watch?v=aUMyKnxvEmc), menurut sejarah bahwa Pakistan Day) atau Pakistan Resolution Day, juga Hari Republik, adalah hari libur nasional di Pakistan untuk memperingati Resolusi Lahore yang disahkan pada 23 Maret 1940  dan adopsi dari konstitusi pertama Pakistan selama transisi dari Dominion of Pakistan ke Republik Islam Pakistan pada 23 Maret 1956 menjadikan Pakistan sebagai republik Islam pertama di dunia dan Pawai Hari Republik oleh angkatan bersenjata sering menjadi bagian dari perayaan serta  Hari itu merayakan adopsi resolusi Pakistan oleh Liga Muslim di Minar-e-Pakistan (dinyalakan Menara Pakistan) yang menyerukan pembentukan federasi independen yang terdiri dari provinsi-provinsi dengan mayoritas Muslim yang terletak di wilayah barat laut dan timur laut Inggris. wilayah yang dikuasai di India (tidak termasuk Negara-negara pangeran otonom) pada 23 Maret 1940. , Sejak itu, hari ini dirayakan setiap tahun di seluruh negeri sebagai hari libur umum. Angkatan Bersenjata Pakistan biasanya mengadakan parade militer untuk merayakan acara tersebut dan semua libur menyaksikan kegiatan tersebut.

Setelah mengikuti acara Paradise day Pakistan, kami juga pergi  Kampus  Alam Iqbal  University, ternyata sama dengan  IIUI , untuk biaya kuliah untuk tingkat magisetr hanya 2 juta 500 ribu nilai rupiah persemester, S-3 hanya 5-6 Juta rupiah, sedangkan S-1 hanya 1 juta 500 ribu rupiah persemester.
Sorenya kami berkumpul di rumah ustadz Khoerul Huda, alumni Gontor, berkumpul IKPM Pakistan dan Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia ( PPMI) cabang Pakistan, perkumpulan hanya sekedar bincang santaindan tajamuk yang hanya berniat untuk silaturahmi, silatur arro’u, silatur amal, silatur bayan dan lain, adapun tema yang dibahas adalah: “How to Succed during and after studying abroad” (https://ppikpm.gontor.ac.id/beritaikpm/ikpm-gontor-cabang-pakistan-adakan-bincang-santai-degan-dr-ichsan-dacholfany/)
 
Beok Paginya,saya harus pulang namun di  malam hari sebelum pulang, kami kumpul di depan hotel sambil minuman khas Pakistan, bersama Taufik Maulana/LLM Syariah and Law, Auliyaurrachman/BS Islamic studies, Heryanto/Sekpri ATHAN KBRI Islamabad dan Zulfikar Alamsyah/Local staff  KBRI Islamabad, mereka banyak bercerita tentang politik dan hukum serta pendidikan di Pakistan, yang mengejutkan bagi saya  adalah, ada  prajurit yang bangga dihukum dan rela ditembak mati  karena telah berani menembak dan membunuh  atasannya karena atasannya telah menghina agama Islam, bagaimana dengan negara lain, termasuk Indonesia.
 Untuk kuliah di IUUI Islamabad dan Islamia University Bahwalpur adalah sebagai kota yang aman dan nyaman untuk kegiatan masyarakat dan perkuliahan walaupun disetiap tempat ada aparat yang menjaga, karena lebih dari 75 % anggaran negara hanya digunakan untuk keamanan.
            Kesesokan harinya, saya pulang ke Indonesia dengan dihantar oleh kawan, melalu bandara Benazir bhuto pakistan, ila liqo Pakistan, mudah-mudahan ada kesempatan untuk hadir kembali, menurut rencana Panitia PPMI akan mengadakan Simposium di Jordan, Insha Allah bisa bertemu kembali.