Kamis, 17 Mei 2018

KISAH PERJALANAN MENGHADIRI KONFERENSI INTERNASIONAL DAN STUDI TOUR KE ISLAMABAD PAKISTAN.



-
KISAH PERJALANAN MENGHADIRI KONFERENSI INTERNASIONAL
 DAN STUDI TOUR KE  ISLAMABAD  PAKISTAN.

Undangan dari Pemerintah Pakistan sebagai Keynote Speaker Pada acara Konferensi Internasional merupakan suatu mengejutkan dan kesyukuran  tersendiri baik dirinya sendiri maupun keluarga khusunya,  mungkin negara dan kampus, walaupun terdetik rasa kekhawatiran karena selama ini Pakistan sering terdengar konflik  dan mengalami kesulitan dalam pengurusan visa di Indonesia dan selama dalam Perjalananan.
Berdasarkan wawancara dengan saudara M. Ihsan Dacholfany, bahwasannya tulisan ini hanya berniat baik, agar berguna dan bermanfaat, bagaimana proses perjalanan serta berbagi  pengalaman saja,  undangan yang dia terima  dari Pemerintah Pakistan melalui Kementrian Pendidikan melalui  kawannya Dr. Nanang Suprayogi yang kebetulan sama-sama belajar di Belgia, meminta beberapa orang dosen dari Indonesia, Malaysia, Inggris, Saudi, dan negara lainnya untuk menjadi Key Note Speaker (Pembicara Utama) pada acara Konferensi Internasional dengan cara mengirimkan abstrak makalah dan biodata diri yang lengkap,  lalu diseleksi oleh panitia dan diajukan ke Pemerintah Pakstan melalui Komisi Pendidikan Tiggi.
Setelah diseleksi artikel dan biodata diri,   menunggu hampir 2 bulan, semua calon key note speaker diberitahukan melalui email tentang pemberitahuan  keynote speaker yang mendapat kesempatan untuk hadir di Pakistan, dengan konsekuensi pembiayaan akomodasi, pesawat, penginapan, serta lainnya ditanggung oleh pemerintah Pakistan.
Menurut Saudara Ihsan, Pergi ke Pakistan tidak semudah yang dia alami pada waktu pergi ke Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunai Darussalam karena tanpa Visa, Para Keynote speaker yang akan pergi ke Pakistan harus menguruskan Visa nya sendiri  ke Kedutaan Pakistan di Jakarta dengan membawa surat undangan sebagai Keynote Speaker, walaupun mengalami kesulitan harus tetap dijalani, mulai dari menyiapkan photocopy KTP dan kartu Keluarga (KK),  pengantar tempat kerja/kampus, surat undangan dari kampus atau lembaga  yang mengundang, pasport halaman pertama (data), surat pengantar RT, Kelurahan, Polsek, Polres,  Polda dari tempat asal kita, lalu di bawa ke Mabes Polri Ke Jakarta (semua masing-masing memerlukan pas photo 4x6 berlatarbelakang merah sebanyak 5 lembar)  dengan mengisi formulir, serta membawa  surat  izin keluarga (Orangtua/istri/suami) sebagai syarat untuk menguruskan SKCK (Surat Keterangan Catatan Sipil), sedangkan untuk mengurus Visa harus ada undangan sponsor/lembaga yang mengundang, bukti surat keterangan dan kepemilikan Rekening Bank, surat izin dari kampus serta mengisi formulir tentang biodata kita mulai dari data orang tua, anak, tempat tanggal lahir, pengalaman pergi ke luarnegeri , pekerjaan dan Pas fhoto berlatar belakang Biru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar, alhamdulillah hanya menunggu 3 hari dalam mengurus Visa di Kedutaan Pakistan yang beralamat di Mega Kuningan Barat, Block E.3.9.Kav.5-8, Rt.1. Rw.2 Kuningan Jakarta Seklatan, telp.021-57851836, visa dapat diterima dengan mendapatkan izin selama 2 minggu untuk tinggal di sana, saat itu dapat menghubungi mb Jingga, orang Indonesia yang kerja di sana untuk komunikasi, adapun  kantor dibuka dari senin sampai jumat, dibuka mulai jam 8 pagi sd 12 siang saja.
Alangkah baiknya menguruskan visa, jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, setelah pasti mendaptkan visa, baru membeli tiket pesawat agar lebih murah, jangan membeli tiket pesawat  dahulu, sebelum ada keyakinan, bahwa visa akan keluar dan diterima dari kedutaan manapun.
Jika mau ke Pakistan  dari daerah, biasanya transit di Jakarta, dan jika bandara daerah sudah Internasioanl, mungkin bisa langung, lalu transit ke Kuala lumpur Malayisa atau Qatar  lalu ke Pakistan, alangkah baiknya beli tiketnya connect (bersambung) dengan pesawat yang sama, agar mudah dalam perpindahan dari pesawat yang satu dengan pesawat yang lainnya, apalagi jika membawa barang yang ditaro di bagasi kalaupun beda pesawat (tidak bersambung/ beda pesawat) harus memiliki rentang  waktu paling sedikit 3 jam, karena setiap negara yang kita transit harus antri di imigrasi dan chek in dahulu dengan antrian yang panjang, dengan memerlukan waktu yang panjang, belum mengambil barang di bagasi.
Dalam membeli tiket, bisa melalui travel / agent yang bisa dipercaya, kalau pun mau beli sendiri bisa melalui melalui online dan harus memiliki kartu kridit bank sebagai syarat pembayarannya, alangkah baiknya beli tiket melaui kawan atau panitia yang berada  di sana karena harganya lebih murah, kita hanya memberitahukan data pasport kita, beberapa hari ? dan mau transit ke mana saja ?, dan rentang waktu perpindahan pesawat harus sesuai dan cukup waktunya.
Melalui pesawat Uni Emirat, perjalanan dari Jakarta menuju Qatar sangat menyenangkan, dari pesawat yang besar, pelayananan pramugari dan pramugara yang sopan dan menu minuman makanan dan minuman yang bisa kita pesan secara gratis, serta tempat duduk yang nyaman dengan selimut dan bantalnya serta layar TV kecil di depan tempat duduk kita dengan melalui headset, kita bisa mendengar dan menonton, mulai dari berita, film perang, komedi, musik, game, promosi keindahan alam negara dan lainnya, selama lebih kurang 6 jam tidak terasa, sampailalh ke negera Qatar.

Transit di Qatar sengaja dilakukan oleh saudara Ihsan, selama 15 jam agar bisa melihat keindahan negara Qatar dengan gedung gedung yang indah  serta melihat  musium dan kampus yang ada di sana, dengan ditemani alumni Pondok Pesantren Gontor di sana seperti Ustadz Dedi Mulyanto, Ustadz Muhammad Ulul Azmi dan ustadz Fikri alumni Mesir yang kerja di Kedutaan Qatar dan lainnya serta bertemu dengan orang Indonesia yang bekerja  di sana  sambil mengurus kegiatan pembelajaran dan agama di Markaz  Sheikh ‘Abdullah Bin Zaid Zaid Al- Mahmoud Islamic Cultural Center yang di dalam nya ada Qatar Islamic Cultural Center dan kami pun sempat ke Musium dan Qatar University.


Menjelang sore hari ia dihantar ke Bandara Qatar, sambil menunggu pemberangkatan pesawat ke Pakistan menuju Multan, ia bertemu dengan dosennya dahulu, yang kebetulan sama sama di undang menjadi Key Note Speaker pada acara yang sama dan tempat yang sama, beliau adalah dosen senior  di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), yaitu Prof Dr. Nor Aishah Buang, ia bercerita bersama beliau kenangan selama di Malaysia, khususnya waktu belajar dengan beliau pada  materi  research (penelitian) dan Kewirausahaan (Beliau Memang pakarnya), dan teringat pula saat saudara ihsan mengajar mengaji 2 anaknya Prof Nor Aishah Buang di rumahnya.
            Setelah lama berbincang, akhirnya berangkatlah kami  bersama menuju Pakistan, karena seharian berjalan-jalan di Qatar, tidak terasa kami sampai malam hari nya di Pakistan tepatnya bandara Multan, setelah melaui pemeriksaan yang ketat dan scan barang serta di tanyai tujuan ke Pakistan, bawa apa saja, siapa yang tanggung jawab di Pakistan dan berapa no HP nya, serta menyerahkan semua bukti undangan, pasport danvisanya dll, setelah pemeriksaan semua, barulah kami bertemu panitia Konferensi, saudara Bilal yang hafidz Qur’an yang berencana melanjutkan S-3 di indonesia, beliau memabwa staf kampus dan pihak aparat (angkatan) yang akan menghantar kami ke tempat penginapan bagi para undangan dan keynote speaker.
Ternyatanya kami setiap orang 1 kamar di Guest house kampus, dengan perlengkapan seperti hotel dan pengawalan ketat di dalam Gedung, sengaja Wifi Internet dimatikan, untuk membeli paket inetrnet, kami tidak belh keluar, akhirnya paket internet dibelikan oleh panitia karena harus menggunakan biodata diri dan scan jari tangan, dan kami tidak boleh sembarang memberikan no telp ataupun kartu nama kepada orang yang tidak dikenal.
Pagi harinya setlah makan, bagian dapur bertanya dahulu, makan apa yang kami inginkan, lalu kami dijemput oleh Panitia menuju Aula Konferensi Internasional, tepatnya tanggal 19 Maret 2018 acara Pembukaan dimuali dengan Laporan Ketua Panitia oleh saudara Dr. Abid Shahzad Khakhi ,dan Sambutan Dekan Departemen Pendidikan, Akhtar  Ali,   dan Sambutan dari Higher Education Commission of Pakistan (Komisi Perguruan Tinggi Pakistan), hiburan mahasiswa lalu persaentasi para key note speaker hadir dari di aula seperti Nor Aishah Buang dari Malaysia, Naureen Durrani  dari UK, Riaz UI Haq Tariq, Rafaquat Ali Akbar dan Muhammad Saeed dari dari Lahore, Muhammad Zuhdi dan M. Ihsan Dacholfany dari Indonesia, Muhammad Iqbal dari Saudi Arabia, Naveed Sultana dari Nasir Mahmood dan N.B. Jumani dari Islamabad, Muhammad Asif Malik dan Muhammad Sarwar dari Sargodha, Khalid Khrshid dari Multan.
Adapun tema yang telah dipersiapakan dari Indonesia dan disampaikan oleh saudara Ihsan dalam Konferensi internasional adalah Creating Peace And Guidance Noble Character Through Education, yang dijelalaskan dengan menggunakan bahasa Ingris dan Arab begitu juga powerpoinnya.
Keseokan harinya, sebagian dari keynote speaker diharap hadir untuk memimpin konferensi internasional dalam rung  paralel,cukup banyak yang persentasi, khususnya dosen di luar kampus maupun  luar kampus serta beberapa mahasiswa pascasarjana S-2 dan S-3 untuk  mempersentasikan hasil tesis dan disertasi mereka, mereka kelihatannya, sudah biasa persentasi dengan menggunakan bahasa Inggris walaupun bahasa keseharian mereka adalah bahasa Urdu, yang agak uniknya di Pakistan, para wanita sangat terjaga maruah nya   (wibawa dan harga diri mereka), khusunya dalam komunikasi atau berbicara yang bukan muhrimnya, apalagi mengirim warganegaranya untuk menjadi Tenaga kerja,  tidak seperti Indonesia yang warganegaranya masih ada yang dikirim ke negera lain untuk jadi TKI atau TKW walaupun sekarang dibatasi., namun anehnya saat acara selesai di ruang paralel, mereka senang sekali mengajak photo bersama dengan kami bahkan diajak selfie, mungkin kami dianggap orang asing dan dosen luar negara.
Setelah acara paralel, sore hari, semua keynote speaker, tamu undangan serta pembicara paralel hadiri semua dalam acara penutupan konferensi Internasional di aula universitas, alhamdulillah acara berjalan lancar dengan laporan ketua panitia, dan dekan, majlis pendidikan tinggi dan pemberian cindera mata dan sertifikat kepada Keynote Speaker dan akhirnya acara ditutup oleh Vice Chansellor  Islamia Bahawalpur University, Prof. Dr.Qaeser Musthaq.
 
Sorenya Panitia dan tamu undangan dan para keynote speaker diberi jamuan makan di restoran khas Pakistan dengan menu yang unik, tentunya halal, kami dikawal lagi oleh satu mobil angkatan Pakistan, maklumlah, kami sebagai tamu negara yang harus aman dan nyaman dalam perjalanan.
 
Malamya para tamu dan para keynote speaker dihantar pulang, khususnya tamu dari luar negara dihantar sampai bandara Multan, transit dahulu ke Dubay, Qatar ataupun Kualalumpur, sedangakan saudara ihsan dihantar samapai ke Islamabad, ibukota Pakistan, sampai ketemu orang yang betul dipercaya untuk menjaga keamaannya, alhamdulillah bertemua dengan mantan ketua IKPM Pakistan, saudara Zulfikri Hasibuan- MS Arabic /Kuwait Hostel yang sekarang ini sedang meneyelesaikan tesisnya.
Lalu saudara ihsan  di bawa ke hotel, yang murah meriah, yang seharinya tidak kurang dari 200 ribu rupiah, maklum mayoritas mahasiswa di Pakistan adalah tinggal di asrama kampus, kalaupun ada sudah berkeluarga, mereka menyewa rumah kecil yang cukup untuk anak istrinya/ suaminya, dengan hotel tersebut saudara ihsan  pun merasa nyaman dan pas utuk istrahat.

Pagi itu juga saudara Ihsan  dibawa keliling oleh Zulfikri kampus IIUI  (International Islamic University Islamabad), sambil menghadiri sidang tesis mahasiawa,   menurut sejarah, kampus tersebut  didirikan di Islamabad pada 11 November 1980 M. bertepatan dengan 01 Muharram 1401 H. Dalam bahasa Pakistan biasa disebut, Baina el-Aqwâm Islami University atau Universitas Antar Bangsa. Universitas ini dibangun atas aspirasi dan hasrat negara-negara Muslim yang menginginkan terbentuknya sebuah Universitas Islam berskala Internasional sebagai simbol dari sebuah kebangkitan Islam universal. Insha Allah Indonesia juga sudah merancang dan berInisiatif Pemerintah mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat internasional dan memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia internasional (ww.tribunnews.com/nasional/2018/01/18/ini-tujuan-dibangunnya-universitas-islam-internasional-di-cimanggis).  Di mana program pendidikan IIUI Pakistan ini lebih diprioritaskan pada Islamic Studies, dengan sistem pendidikan modern yang berpijak pada al-Quran dan as-Sunnah, namun seiring dengan adanya perkembangan zaman IIUI mulai melebarkan sayap dan membuka beberapa fakultas umum. Dalam sistem pendidikan dan pengajaran, IIUI menjadikan Bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan. Ketika didirikan pada zaman pemerintahan Jendral Zia-ul-Haq IIUI belum memiliki kampus sendiri karena keterbatasan dana, maka pemerintah Pakistan ketika itu memberikan tempat sementara untuk IIUI di pinggiran kota Islamabad menyatu dengan Masjid Faishal (sebuah bangunan hasil arsitektur Mr.Veda Dolokey dari Turki). Masjid ini menempati area seluas 189,705 meter persegi, dan dapat memuat 200 ribu orang. Sejak awal berdirinya hingga sekarang tak kurang 56 negara baik dari negara muslim dan nonmuslim pernah menimba ilmu. Sejak tahun 2001 IIUI telah resmi menempati kampus baru (new campus) di kota Islamabad juga, namun kampus lama masih digunakan oleh Islamic Research Institute (IRI) dan Academy dakwah juga Shariah Academy. Adapun tujuan didirikannya IIUI  ini adalah untuk mencetak dan membina  individu dan masyarakat yang siap mengabdikan diri dalam melakukan pembaharuan dalam segala bidang dengan bingkai nilai dan spirit Islam yang tercermin dalam setiap pribadi pelajar ataupun staf pengajar dan juga sistem pendidikan yang diterapkan. Sehingga yang menonjol dari sistem pendidikan di IIU ini adalah, penggabungan antara sistem pendidikan kalsik (turats) dan modern, Kampus IIUI mempunyai  struktur organisasi yang disebut dengan Majelis al- Umana (Board of Trustees), yang memegang otoritas kebijakan mengikat atas perjalanan IIUI. Di mana Presiden Pakistan langsung menjadi penasehat dari Majelis ini, sedangkan untuk kepengurusan hariannya adalah dipimpin oleh seorang Rektor dan Presiden serta wakil Presiden. Adapun Presiden IIUI sekarang adalah Prof. Dr. Anwar Hussain Siddiqui.

            Adapun  Keunggulan Kuliah di IIUI memiliki Kurikulum yang telah terakreditasi secara internasioanal dan Universitas yang menerapkan kolaborasi dengan universitas-universitas asing ternama, dan banyak diminati pelajar asing dari berbagai Negara serta Universitas pertama di Pakistan yang kurikulumnya mengajarkan bidang ilmu- ilmu Islam, sains dan manajemen serta Fakultas-fakultas yang bonafide dengan fasilitas kelas yang sangat nyaman dengan  full-AC, adapun Studi-studinya lebih ditekankan pada bidang penelitian (research), kelebihannya juga tata letak kampus yang sangat bagus dan fasilitas yang lengkap, khususnya dalam hal akses internet secara cuma-cuma, juga tersedia lebih dari 70 bus mahasiswa yang membawa mahasiswa ke berbagai tujuan tanpa dipungut biaya (Gratis), sedangkan bagi mahasiswa asing disediakan hostel atau asrama.
Pada umumnya tenaga Pengajar/ dosen  International Islamic University datang dari berbagai perguruan tinggi terkenal di dunia, merupakan lulusan program S2 dan S3 dari Universitas Islam Madinah, Universitas Imam bin Saud Riyadh, International Islamic University Islamabad Pakistan, Universitas Al-Azhar Mesir, Universitas Cairo-Mesir, Universitas Punjab Lahore, Universitas Michigan Law School Aan-Abbrorr USA, Universitas London UK, Harvard University dan beberapa perguruan tinggi lainnya.
            Setelah ke kampus saudara Ihsan diajak ke Masjid Faesal, sambil membeli soevenir khas Pakistan sambil,  masjid Faisal  adalah masjid terbesar di Pakistan, letaknya di Islamabad, ibu kota negara itu. Islamabad. Masjid ini dianggap sebagai Masjid Nasional Pakistan, namanya menyandang almarhum dari  Raja Faisal bin Abdul-Aziz dari Arab Saudi, yang mendukung dan mendanai proyek pembangunannya. Masjid Faisal berdiri di tanah seluas 5.000 m2, dapat menampung 10 ribu jamaah dalam ruang shalat, 24 ribu di portico, 40 ribu di halaman, dan 200 ribu dalam halamannya, dengan Interior ruang utama ditutupi dengan lantai marmer putih dan dihiasi dengan mosaik dan kaligrafi oleh seniman Pakistan, Sadeqain, dan lampu gantung khas Turki. Pola mosaik memperindah dinding barat. Kaligrafi ayat ditulis lebih dulu di dinding barat dan ayat lain tertulis dalam tulisan kufi awal diulang dalam pola gambar cermin. Keindahan dari rancangan sederhana yang terpilih. Masjid Faisal adalah karya arsitek Vedat Dalokay yang memenangkan penghargaan Aga Khan untuk bidang arsitektur. Arsitektur masjid ini modern dan unik, tanpa kubah tradisional dan lengkungan yang ada di sebagian besar masjid di seluruh penjuru dunia.
Keesokan harinya, saudara ihsan diajak ketua IKPM, bang Rahman Ali Fauzi/LLB, Syariah and Law/ Kuwait hostel, nbang Fahmi Wira Angkasa, bang Syarif Husain-BS Islamic studies, bang Zulfikri Hasibuan-MS Arabic dan kai jalan –jalan  ke musium Lok virsa adalah budaya indah Pakistan, museum Lok Virsa di Islamabad menyimpan warisan yang kaya dari semua provinsi dengan tampilan budaya Pakistan, peninggalan bersejarah atau artefak dari berbagai bagian negara, museum ini mengintegrasikan semua warisan beragam Pakistan, sementara keindahan semua provinsi termasuk Kashmir dan Gilgit Baltistan adalah apa yang disaksikan para pengunjung begitu mereka memasuki museum, barang-barang antik dari peradaban kuno bersama dengan dinding magis museum menceritakan kisah-kisah sejarah negara yang kaya.Koleksi peninggalan untuk museum Lok Virsa dimulai pada tahun 1974 yang dipajang pada tahun 2004. Museum ini juga menyimpan artefak bersejarah dari zaman para sufi, dengan alat musik antik yang dipamerkan bertujuan untuk mewakili keterampilan rakyat Pakistan. Karena koleksi yang unik, pentingnya dan daya tarik museum meningkat dari hari ke hari berdasarkan kemajuan dan perkembangan zaman.
Setelah itu kami pergi ke Pakistan monument adalah Monumen Pakistan di Islamabad, Pakistan, adalah monumen nasional yang mewakili empat provinsi dan tiga wilayah negara. Setelah kompetisi di antara banyak arsitek terkenal, rencana Arif Masood dipilih untuk desain akhir. Bentuk bunga mekar dari monumen mewakili kemajuan Pakistan sebagai negara berkembang pesat. Empat kelopak utama dari monumen mewakili empat provinsi (Balochistan, Khyber-Pakhtunkhwa, Punjab, dan Sindh), sedangkan tiga kelopak yang lebih kecil mewakili tiga wilayah (Gilgit-Baltistan, Azad Kashmir dan Wilayah Suku yang Diatur Federal). Monumen telah dirancang untuk mencerminkan budaya dan peradaban negara dan menggambarkan kisah Gerakan Pakistan, didedikasikan untuk mereka yang mengorbankan diri untuk generasi mendatang.
Dari udara monumen tampak seperti bintang (tengah) dan bulan sabit (dibentuk oleh dinding yang membentuk kelopak), ini mewakili bintang dan bulan sabit di bendera Pakistan.
Museum Monumen Pakistan terletak di depan Monumen Pakistan di Shakarparian, Islamabad, Pakistan. Museum dibuat untuk memberi penghormatan kepada mereka yang mengorbankan semua kehidupan untuk sebuah tanah air yang terpisah. Pemerintah Pakistan membangun museum ini untuk menunjukkan beberapa gerakan khusus dalam pembuatan Pakistan. Museum Monumen Pakistan adalah tempat terbaik untuk para pecinta sejarah. Ada jam 10 pagi hingga 8 malam. Fasilitas museum termasuk dokumenter audio, buku sejarah,dan kami pun pergi ke Daman e-Koh Islamabad, kami pun keliling naik onta  di sana.

Hari selanjutnya diajak bang Fauzi ke melihat pakistan paradise day Pakistan di lapangan (https://www.youtube.com/watch?v=aUMyKnxvEmc), menurut sejarah bahwa Pakistan Day) atau Pakistan Resolution Day, juga Hari Republik, adalah hari libur nasional di Pakistan untuk memperingati Resolusi Lahore yang disahkan pada 23 Maret 1940  dan adopsi dari konstitusi pertama Pakistan selama transisi dari Dominion of Pakistan ke Republik Islam Pakistan pada 23 Maret 1956 menjadikan Pakistan sebagai republik Islam pertama di dunia dan Pawai Hari Republik oleh angkatan bersenjata sering menjadi bagian dari perayaan serta  Hari itu merayakan adopsi resolusi Pakistan oleh Liga Muslim di Minar-e-Pakistan (dinyalakan Menara Pakistan) yang menyerukan pembentukan federasi independen yang terdiri dari provinsi-provinsi dengan mayoritas Muslim yang terletak di wilayah barat laut dan timur laut Inggris. wilayah yang dikuasai di India (tidak termasuk Negara-negara pangeran otonom) pada 23 Maret 1940. , Sejak itu, hari ini dirayakan setiap tahun di seluruh negeri sebagai hari libur umum. Angkatan Bersenjata Pakistan biasanya mengadakan parade militer untuk merayakan acara tersebut dan semua libur menyaksikan kegiatan tersebut.

Setelah mengikuti acara Paradise day Pakistan, kami juga pergi  Kampus  Alam Iqbal  University, ternyata sama dengan  IIUI , untuk biaya kuliah untuk tingkat magisetr hanya 2 juta 500 ribu nilai rupiah persemester, S-3 hanya 5-6 Juta rupiah, sedangkan S-1 hanya 1 juta 500 ribu rupiah persemester.
Sorenya kami berkumpul di rumah ustadz Khoerul Huda, alumni Gontor, berkumpul IKPM Pakistan dan Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia ( PPMI) cabang Pakistan, perkumpulan hanya sekedar bincang santaindan tajamuk yang hanya berniat untuk silaturahmi, silatur arro’u, silatur amal, silatur bayan dan lain, adapun tema yang dibahas adalah: “How to Succed during and after studying abroad” (https://ppikpm.gontor.ac.id/beritaikpm/ikpm-gontor-cabang-pakistan-adakan-bincang-santai-degan-dr-ichsan-dacholfany/)
 
Beok Paginya,saya harus pulang namun di  malam hari sebelum pulang, kami kumpul di depan hotel sambil minuman khas Pakistan, bersama Taufik Maulana/LLM Syariah and Law, Auliyaurrachman/BS Islamic studies, Heryanto/Sekpri ATHAN KBRI Islamabad dan Zulfikar Alamsyah/Local staff  KBRI Islamabad, mereka banyak bercerita tentang politik dan hukum serta pendidikan di Pakistan, yang mengejutkan bagi saya  adalah, ada  prajurit yang bangga dihukum dan rela ditembak mati  karena telah berani menembak dan membunuh  atasannya karena atasannya telah menghina agama Islam, bagaimana dengan negara lain, termasuk Indonesia.
 Untuk kuliah di IUUI Islamabad dan Islamia University Bahwalpur adalah sebagai kota yang aman dan nyaman untuk kegiatan masyarakat dan perkuliahan walaupun disetiap tempat ada aparat yang menjaga, karena lebih dari 75 % anggaran negara hanya digunakan untuk keamanan.
            Kesesokan harinya, saya pulang ke Indonesia dengan dihantar oleh kawan, melalu bandara Benazir bhuto pakistan, ila liqo Pakistan, mudah-mudahan ada kesempatan untuk hadir kembali, menurut rencana Panitia PPMI akan mengadakan Simposium di Jordan, Insha Allah bisa bertemu kembali.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar