MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS VIRTUAL
(PROBLEMATIKA DAN SOLUSI)
Muhammad Ihsan Dacholfany
Universitas Muhammadiyah Metro
mihsandacholfany@yahoo.com
PENDAHULUAN
Pada
tanggal 31 Desember 2019 terdapat virus yang dikenal dengan nama The Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) dilaporkan kantor WHO Cina telah mewabah di kota
Wuhan, Cina. Virus yang diketahui memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi
menyebar begitu cepat ke beberapa negara di hampir seluruh belahan dunia.
Hingga pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi
global. Pandemi COVID-19 telah menginfeksi lebih dari lebih dari 4.248.389
orang dengan 294.046 kematian yang terkonfirmasi di 202 negara pada tanggal 14
Mei 2020 (WHO, 2020).
Penyakit ini menyebar dengan cepat ke
seluruh dunia karena sifat unik dari virus, yaitu memiliki keragaman genetik
yang luar biasa, sangat mudah menular, cara penyebaran yang mudah, dan relatif
tidak terpengaruh oleh variasi iklim (MacKenzie & Smith, 2020). Dampaknya
beberapa negara kemudian menerapkan ‘lockdown’ untuk memutus mata rantai
penyebaran COVID-19. Pandemi ini telah menghancurkan kehidupan sosial dan
memaksa miliaran orang berdiam diri di rumahnya masing-masing.. Pandemi
COVID-19 telah mengganggu seluruh bidang kehidupan, termasuk juga bidang
pendidikan di semua jenjang (Daniel, 2020). Di Indonesia, pemerintah membuat
keputusan mendadak dengan menutup segala jenis kegiatan di sekolah termasuk
kegiatan pembelajaran dan memindahkannya menjadi belajar di rumah melalui pembelajaran
jarak jauh yang biasa dilakuakan secara virtual.
Di zaman modern, pendidikan jarak jauh
menjadi pendekatan yang lebih populer dan diterima dalam pendidikan (Yilmaz,
2015). Di samping itu, dewasa ini teknologi digital telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. (Benson & Kolsaker, 2015), begitu
juga pembelajaran dalam jaringan dikembangkan sebagai media pembelajaran yang
dapat menghubungkan secara dalam jaringan antara pendidik dan pelajar dalam
sebuah ruang kelas maya (virtual classroom) tanpa harus dalam satu ruangan
secara fisik (Fitriana, 2018). Pembelajaran dalam jaringan dapat dilakukan
dengan virtual classroom, yaitu pengalaman belajar di suatu lingkungan yang
sinkron atau asinkron menggunakan berbagai alat (seperti laptop atau
smartphone) dengan akses internet (Zhu & Liu, 2020), berbagai platform
digunakan untuk membantu memfasilitasi proses pembelajaran tersebut yang
berfungsi sebagai media menyampaikan materi, penilaian, ataupun untuk
mengumpulkan tugas, platform-platform tersebut di antaranya Whatsapp Group,
Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Google Meet, Google Form, e-mail dan ain
sebagainya.
Dengan demikian Pembelajaran dalam
jaringan dapat dilakukan dengan virtual yaitu pengalaman belajar di suatu
lingkungan yang sinkron atau asinkron menggunakan berbagai alat (seperti laptop
atau smartphone) dengan akses internet (Zhu & Liu, 2020), harapannya
pembelajaran secara virtual dapat bermanfaat baik peserta didik maupun tenaga
pendidikan, sehingga model pembelajaran virtual ini dapat memungkinkan peserta
didik (siswa/mahasiswa) dapat mengatur lokasi, kapan belajar dan kecepatan
belajar, yang tidak dijumpai pada metode pembelajaran tradisional atau tatap
muka.
Selama ini sistem pembelajaran tatap
muka “face to face learning” di lembaga pendidikan baik itu di kampus maupun di
sekolah merupakan sistem yang paling dominan dilaksanakan di sebagian besar
Negara dunia sebelum akhirnya harus mengalami perubahan drastis sejak
mewabahnya pandemic COVID-19, maka secara kerelaan atau terpaksa, pembelajaran
secara virtual harus tetap dilakukan.
Dalam usaha menghindari dan
mengendalikan penyebarannya covid 19 ini, pemerintah mengambil langkah cepat
termasuk di dalam bidang pendidikan
dengan mengeluarkan regulasi khusus terkait pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di lembaga pendidikan, seperti contoh diambil oleh pemerintah
Indonesia melalui Menteri pendidiakn
dengan diterbitkannya Surat Edaran No. 4 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (Covid-19) dimana salah satu poinnya adalah anjuran
belajar dari rumah. Kebijakan terkait pembelajaran berbasis virtual yang
kemudian serempak digunakan sebagai sistem pembelajaran bukannya muncul tanpa
problematika, imbasnya, bagi negara yang kurang siap dengan sistem ini, sudah
tentu menghadapi banyak problema terlebih bagi tenaga pengajar dan peserta
didik.
Peningkatan
mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana,
melainkan suatu kegiatan
dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan
selalu berubah seiring
dengan perubahan jaman, oleh
karena itu pendidikan
senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan
peningkatan mutu sejalan
dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat (Yunia, 2018:252) , sebgaimana di Indonesia
bahwa konsep tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia seutuhnya yang
tercermin dari iman dan taqwa, berkepribadian, cerdas, sehat serta bertanggung
jawab, maka pendidikan dalam prakteknya perlu menerapkan asas-asas yang sesuai
(M Ihsan Dacholfany, 2016:25)
Problematika pembelajaran bahasa
berbasis virtual tentunya menghadapi
problematika, yang tentunya harus dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengevaluasian dan pengawasan atau pengontrolan
secara baik dan benar, sehingga
pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan harapan, selain itu pula harus
didukung oleh kemampuan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan, lembaga
(sekolah/kampus) serta orangtua / wali / pendamping serta terpenuhinya sarana
prasarana yang memadai sehingga mampu mengatasi problematika pembelajaran
virtual khususnya dalam pembelajaran bahasa
sehingga mampu memberikan
pelayanan pendidikan yang terbaik, namun demikian pasti ada beberapa
problematika yang tidak bisa dihadapi sendiri, maka dibutuhkan upaya bersama
dalam mencari solusi agar pembelajaran virtual dapat terlaksana..
Dalam hal ini, penulis mencoba mendalami bagaimana
manajemen pembelajaran bahasa secara virtual dan mencari solusi dalam
menyelesaikan problem yang berpotensi menghambat pemahaman siswa atau mahasiswa
selama belajar secara virtual, di mana perlunya
pembahasan lebih lanjut sehingga secara praktis kemudian sistem pelaksanaan
belajar secara tatap muka atau “face to face learning”-pun tergantikan secara masif
oleh pembelajaran virtual.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskrispikan bagaimana manajemen pembelajaran bahasa berbasis virtual, dengan berbagai
problematika dan usaha mencari solusinya
sehingga dapat bermanfaat khusunya di masa pandemic covid 19 ini.
DISKUSI
Dari
berbagai problematika yang ada akan berdampak negatif lain, yang mungkin
ditimbulkan dari pembelajaran berbasis virtual, yaitu pembelajaran tersebut
menjadikan pelajar semakin dekat dengan dunia internet sehingga bisa terjadi
hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama seperti menonton hal tidak etis dan
kurang bermoral, tentunya dibutuhkan berbagai aturan dan keterampilan agar
mampu menggunakan teknologi ini secara benar dan tepat serta dapat mengikuti
kegiatan pembelajaran secara virtual tanpa kendala berarti. Dampak negatif
lainnya, internet merupakan sumber berita yang menyediakan segala jenis
informasi digital yang dibutuhkan penggunanya, bahkan informasi yang memiliki
dampak negatif sekalipun dapat ditemukan di internet (Rodhin, 2011), walaupun
memang kemajuan teknologi informasi tersebut sulit untuk dihindari, namun upaya
untuk menjaga generasi muda dari hal yang tidak bermoral dan berita-berita hoax
tetap harus dilakukan.
Kondisi ini dapat menjadi problem dalam
pembelajaran berbasis virtual classroom, karena jika siswa tidak mampu memilah
informasi dapat menciptakan kegagapan pemanfaatan informasi, namun saat ini,
siswa maupun mahasiswa sudah terbiasa dengan teknologi digital dan umumnya tahu
cara mengakses, membuat, dan berbagi informasi digital (Ting, 2015), namun
demikian ada juga siswa maupun mahasiswa
umumnya dianggap mampu menggunakan teknologi, banyak dari mereka, ini terbukti
hasil penelitian yang dilakukan. Anthony Anggrawan (2019: 339) yang menjelaskan
bahwa pembelajaran daring (virtual) lebih berhasil dalam capaian hasil belajar
dibandingkan dengan mahasiswa pembelajaran tatap muka pada pembelajaran bahasa
Inggris, selain itu penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) berdampak positif terhadap pembelajaran siswa
(Mumtaz, 2000), oleh sebab itu, tuntutan akan penguasaan teknologi dalam dunia
pendidikan juga semakin tinggi terhadap para pendidik dikarenakan mereka
merupakan aktor utama keberhasilan adopsi teknologi dalam pembelajaran (Joo
dkk., 2016). Tuntutan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki
kualitas pendidikan (Chigona, 2015) yang ditandai dengan terciptanya suasana
belajar-mengajar yang lebih atraktif dan efektif (Raygan & Moradkhani,
2020).
Sebagai tenaga pendidikan baik itu dosen / guru akan
sulit menerima perubahan jika
kompetensinya rendah, pendidikan
akan semakin berat ke
depannya apabila kualitas
pembelajarannya masih rendah, oleh
karena itu, kompetensi
harus ditingkatkan untuk
kemajuan kualitas pendidikan Indonesia saat ini dan ke depannya, dalam
hal ini guru sebagai ujung
tombak dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dibantu pertumbuhan
dan perkembangan profesinya bagi pencapaian tujuan pembelajaran (Nining dkk,
2020: 180).
Dalam pembelajaran, tentunya adanya
keterlambatan dari subject dalam mengikuti kegiatan kelas virtual khususnya
dalam materi bahasa di lembaga pendidikan
dan masih adanya kecenderungan anak
didik tidak serius dalam mengikuti kegiatan belajar secara virtual sehingga siswa atau mahasiswa yang belajar tapi juga sambil bermain game, menonton TV dan kegiatan lain di
rumah atau tempat belajar yang tentunya sehingga berakibat kurang maksimalnya waktu dan kemampuan
pendampingan selama proses belajar dengan
baik karna tidak memiliki pemahaman yang cukup terkait materi yang disampaikan oleh tenaga pendidikan dan akhirnya
terjadi kurang efektifnya pengelolaan pembelajaran seperti pemilihan
materi dan penyampaiannya melalui kelas virtual secara
detail, namun yang terpenting adalah dalam pembelajaran bahasa adalah sikap
mahasiswa/siswa dalam pembelajaran. yaitu kognitif, afektif, dan perilaku (O.
Mantiri, 2015).
Untuk melihat fungsi-fungsi manajemen
dapat dilihat dari orang memandang menejemen itu, ada yang mengatakan fungsi
manajemen itu POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling).
Singkatan ini diambil dari defenisi manajemen menurut Terry dan Franklin
(Musfah, 2015), namun penulis menambahkan bahwa POAC tersebut belumlah lengkap
jika tidak melakukan evaluasi sehingga menjadi POACE: Planning, Organizing,
Actuating, Controlling, and Evaluating), sehingga segala aktifitas yang telah
dilaksanakan harus dievaluasi sehingga aktifitas yang akan datang menjadi lebih
baik lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Yasmika Baihaqi salah satu dosen FKIP, program studi Bahasa Inggris,
menyatakan bahwa visi 2020-2030 Universitas Muhamamadiyah
Metro yaitu “Pusat Keunggulan Profetik
Profesional, Modern dan Mencerahkan”, adapun di bidang pendidikan ,
berusaha Mengembangkan sistem akademik yang prima, modern, dan unggul untuk
menghasilkan SDM yang memiliki keilmuan profetik profesional melalui kajian keIslaman
tematik yang berorientasi pada IPTEKS dan berwawasan lingkungan, maka sesuai
dengan misi tersebut maka pembelajaran
bahasa Inggris secara virtual harus dilaksanakan dengan baik dan benar walaupun
maih ada kendalanya, di antaranya kemampuan mahasiswa menguasai Internet dan
kurangnya motivasi mahasiswa belajar melalui virtual di masa pandemi covid 19
ini (10/06/2021)
Dengan demikian, dalam manajemen
pembelajaran secara virtual, tentunya
yang harus dipersiapkan adalah bagaimana perencanaan sampai dengan evaluasi
pembelajaran dapat sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga manajemen
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik,
seperti perencanaan di sini, bagaimana seorang guru/tenaga pendidik membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada fungsi ini tentunya harus memahami
bagaimana rencana itu akan dilaksanakan. Di sini patut memahami kondisi apapun
seorang guru harus bisa membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, meskipun
di era wabah covid-19 pembelajaran online/virtual maka semua akan terlaksana
dengan baik (Muhammad Arifin ,dkk, 2019: 21), harapannya ada optimalisasi
berbagai sumber belajar digital untuk menciptakan atmosfer pembelajaran yang
lebih inovatif dan attraktif dalam kelas Bahasa .
Dengan demikian manajemen pembelajaran
bahasa secara virtual dapat dilakukan, jika mampu mengelola manajemen pembelajaran dan
memanfaat sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran secara tepat, sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai yang
diharapkan oleh lembaga pendidikan baik di kampus maupun sekolah sesuai dengan
visi, misi dan tujuan yang diharapkan.
Usaha Yang Harus
Dilakukan Dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa
Secara Virtual
Ada beberapa usaha yang harus dilakukan oleh peserta didik baik siswa maupun
mahasiswa dalam kegiatan belajar secara
virtual yakni:
- Memiliki
kesiapan dan rencana belajar dalam mengikuti pembelajaran bahasa secara
virtual.
- Mampu
menggunakan teknologi pembelajaran virtual khususnya teknologi komunikasi
dan kolaboratif.
- Memiliki konsep
akademik mandiri yang kuat serta kemampuan komunikasi serta interaksi yang
baik
- Memiliki
pemahaman dasar dan ketertarikan terhadap belajar secara virtual secara
individu atau kelompok serta
berusaha membangun kompetensi
terhadap ketrampilan terkait.
- Memiliki
kemampuan belajar mandiri melalui pengaturan manajemen waktu dan strategi
pembelajaran kognitif.
Ada sejumlah Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Tenga
Pendidik Baik Dosen /Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Secara Virtual Yakni :
- Memiliki perencanaan
yang matang, pengorganisasian, sampai dengan implementasi serta evaluasi
dalam kegiatan pembelajaran secara virtual
- Penguasaan
internet,
- penguasaan
ilmu pengetahuan,
- kreatifitas
dan inovasi,
- kemampuan
memotifasi, mumpuni dalam konsep pembelajaran virtual,
- pengelolaan
sistem, pemilihan bahan ajar yang tepat
- penguasaan
kontroling kelas harus ada dan dapat diaplikasikan dengan baik.
Solusi
Yang Harus Dilakukan.
Ada
beberapa Solusi yang dapat menyelesaikan problematika pembelajaran bahasa secara virtual antara lain:
1. Peserta Didik (Mahasiswa / Siswa)
a)
Memiliki
Disiplin dan Mengetahui jadwal kegiatan Pembelajaran Virtual, sehingga tidak
terlambat.
b)
Perlunya
Keseriusan atau Fokus dalam mengikuti pembelajaran.
c)
Memiliki
bahan ajar terlebih dahulu yang akan
disampaikan oleh tenaga pendidik ,
Serta aktif
bertanya, jika materi belum difahami.
2. Tenaga Pendidik (Dosen/Guru)
Dalam
pembelajaran bahasa berbasis virtual, Dosen/Guru mempunyai peranan penting,
di antaranya :
- Pengelolaan
pembelajaran secara efektif dan menarik , mulai dari perencanaan samapai
dengan evaluasi pembelajaran (POACE)..
- Pemilihan
materi yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
- Penyampaiannya
melalui kelas virtual secara jelas dan detail.
- Memberikan
kesempatan peserta didik untuk bertanya, berdiskusi dan lain sebagainya.
- Mengatur
waktu yang tepat dalam menyampaikan materi
3.
Orang tua / Wali/Pendamping
Selain tenaga pendidik dan peserta
didik, tentunya harus didukung oleh orangtua / wali,
dengan cara :
- Memberikan Pendampingan
orangtua/wali agar peserta didik disiplin dalam mengikuti pembelajaran
virtual, karena pembelajaran bahasa, sangat sulis dibandingkan materi
lainnya, kalaupun orangtua/wali tidak mampu, seyogyanya mengajak orang
lain, yang bias membantu memahamkan materi yang diajarkan.
- Menyiapkan
Fasiltas berupa Kompiuter/ HP/ Paket Internet dan sebagainya.
- Saat Proses
belajar mengajar, orangtua/pendamping
bisa membimbing peserta didik agar memberikan pemahaman secara
jelas dan dilakukan dengan
sabar dan tidak banyak protes.
- Mengingatkan
agar fokus, tidak mengerjakan yang lain seperti menonton, main game, dan
lain sebagainya.
- Sebisa
mungkin mampu membatu menyelesaikan tugas yang diberikan guru/dosen.
4.
Lembaga Pendidikan (Kampus/Sekolah)
Bagi Pemerintah atau Lembaga pendidikan
Swasta yang memiliki lembaga Pendidikan hendaknya :
a.
Memiliki
Perencanaan sampai dengan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran secara virtual.
b.
Mempersiapkan
Sarana dan prasana yang dapat memenuhi pembelajaran secara virtual
c.
Memilih
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang siap belajar, agar memiliki
kemauan dan kemampuan untuk membantu
atau melakukan pembelajaran secara virtual.
c. Tidak membebani orang tua/wali khususnya
dalam pembiayaan.
Dengan demikian, setiap pengelola, baik
di lembaga pemerintah mmaupun swasta, mulai dari pengurus yayasan, pimpinan, tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga pendidikan harus mempunyai
komitmen terhadap target mutu, ketepatan waktu, dan efektivitas program
pembelajaran secara virtual, lalu melakukan pembaharuan proses kegaiatan belajar mengajar
pada pelayanan dan kepuasan stakeholders serta kemampuan untuk
mengaktualisasikan management best practice dalam pengelolaan dan pengembangan
lembaga pendidikan. (M Ihsan Dacholfany, 2017:10), sehingga pembelajaran bahasa
secara virtual dapat sesuai dengan harapan, dengan dukungan beberapa pihak,
mulai dari Pimpinan lembaga pendidikan, tenaga pendidik, siswa/mahasiswa itu
sendiri serta sarana pra sarana serta kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi
dengan baik dan tertata rapi sesuai
dengan manajemen yang mumpuni dan sesuai yang diharapkan.
KESIMPULAN
Dalam
Pembelajaran bahasa berbasis Virtual ini, seyogyanya semua pihak, mulai dari tenaga
pendidik, peserta didik dan orang tua wali /pendamping serta fasilitas harus mendukung segala kegiatan proses belajar
mengajar ini dan perlu manajemen yang
baik sehingga perencanaan sampai dengan evaluasi dapat terlaksana dengan baik walaupun
dalam keadaan Pandemi Covid 19 ini, dan tidak menjadi hambatan semua pihak dalam
rangka mencerdaskan anak bangsa.
REFERENSI
Anthony
Anggrawan, Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka Dan
Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa, Jurnal MATRIK Vol.18 No.2
(Mei) 2019, Hal 339-346 DOI : https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411
Chigona,
A. (2015). Pedagogical shift in the twenty-first century: preparing teachers to
teach with new technologies. Africa Education Review, 12(3), 478–492.
https://doi.org/10.1080/18146627.2015.1110912
Daniel,
S. J. (2020). Education and the COVID-19 pandemic. Prospects. https://doi.org/10.1007/s11125-020-09464-3
Fitriana,
D. (2018). Peran Media E-Learning Dalam Pembelajaran Untuk Mengoptimalkan
Kemampuan Literasi Matematika dan Norma Sosiomatematik. Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muria Kudus, (0291), 58–62
Joo,
Y. J., Lim, K. Y., & Kim, N. H. (2016). The effects of secondary teachers’
technostress on the intention to use technology in South Korea. Computers and
Education, 95, 114–122. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2015.12.004
Muhammad
Arifin, dkk Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh untuk Millenial,
Sukabumi, Haura Publishing 2020
M.
Ihsan Dacholfany , Inisiasi Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Dalam
Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Islami Di Indonesia Dalam Menghadapi Era
Globalisasi , jurnal At-Tajdid, Volume. 1, No. 1 Januari-Juni 2017.
M.
Ihsan Dacholfany, Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka menciptakan
inovasi Di bidang pendidikan, Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni
2016.
Moh.
Arif Mahbub, Optimalisasi Integrasi
Teknologi dalam Konteks Pembelajaran Bahasa: Alternatif Baru dalam Pengelolaan
Kelas Bahasa Inggris Virtual, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
1Universitas Islam Jember , repositori.uij.ac.id
Musfah,
J. (2015). Manajemen Pendidikan . Jakarta: Kencana.
MacKenzie,
J. S., & Smith, D. W. (2020). COVID-19: A novel zoonotic disease caused by
a coronavirus from China: What we know and what we don’t. Microbiology
Australia. https://doi.org/10.1071/MA20013
Mumtaz,
S. (2000). Factors affecting teachers’ use of information and communications
technology: A review of the literature. Journal of Information Technology for
Teacher Education, 9(3), 319–342. https://doi.org/10.1080/14759390000200096
Nining Surya Ningsih, M. Ihsan
Dacholfany, Sudirman Aminin, Implementasi Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran di SMA dan SMK
Se-Kecamatan Abung Semuli Lampung Indonesia,
Jurnal el-Ghiroh. Vol. XVIII, No. 02. September 2020
O.
Mantiri, “Key to Language Learning Success,” J. Arts Humanit., pp. 14–19, 2015.
Raygan,
A., & Moradkhani, S. (2020). Factors influencing technology integration in
an EFL context: investigating EFL teachers’ attitudes, TPACK level, and
educational climate. Computer Assisted Language Learning, 0(0), 1–22. https://doi.org/10.1080/09588221.2020.1839106
Rodhin,
R. (2011). Internet dalam konteks perpustakaan. Pustakaloka, 3(1), 1–19. https://doi.org/https://doi.org/10.21154/pustakaloka.v3i1.631
Ting,
Y. L. (2015). Tapping into students’ digital literacy and designing negotiated
learning to promote learner autonomy. Internet and Higher Education, 26, 25–32.
https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2015.04.004
Yunia Sari
Reziki, M. Ihsan
Dacholfany, 2018, Pengaruh Supervisi
Akademik Kepala Sekolah
Dan Kompetensi Pedagogi Terhadap Mutu
Sekolah Di Sma
Se-Kecamatan Pekalongan
Lampung Timur, Jurnal
Lentera Pendidikan Pusat
Penelitian LPPM UM Metro Vol. 3. No. 2, Desember 2018.
Yilmaz,
O. (2015). The effects of “live virtual classroom” on students’ achievement and
students’ opinions about “live virtual classroom” at distance education.
Turkish Online Journal of Educational Technology, 14(1), 108–115.
WHO.
Coronavirus disease. , 2019 World Health Organization 2633 (2020).
Zhu,
X., & Liu, J. (2020). Education in and After Covid-19: Immediate Responses
and LongTerm Visions. Postdigital Science and Education.
https://doi.org/10.1007/s42438-020- 00126-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar