Kamis, 29 Juli 2021

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS VIRTUAL (PROBLEMATIKA DAN SOLUSI) Muhammad Ihsan Dacholfany

 MANAJEMEN PEMBELAJARAN  BAHASA  BERBASIS VIRTUAL

(PROBLEMATIKA DAN SOLUSI)

Muhammad Ihsan Dacholfany

Universitas Muhammadiyah Metro

mihsandacholfany@yahoo.com

 

 

 

PENDAHULUAN

 

Pada tanggal 31 Desember 2019 terdapat virus yang dikenal dengan nama The Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dilaporkan kantor WHO Cina telah mewabah di kota Wuhan, Cina. Virus yang diketahui memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi menyebar begitu cepat ke beberapa negara di hampir seluruh belahan dunia. Hingga pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Pandemi COVID-19 telah menginfeksi lebih dari lebih dari 4.248.389 orang dengan 294.046 kematian yang terkonfirmasi di 202 negara pada tanggal 14 Mei 2020 (WHO, 2020).

 

Penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia karena sifat unik dari virus, yaitu memiliki keragaman genetik yang luar biasa, sangat mudah menular, cara penyebaran yang mudah, dan relatif tidak terpengaruh oleh variasi iklim (MacKenzie & Smith, 2020). Dampaknya beberapa negara kemudian menerapkan ‘lockdown’ untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Pandemi ini telah menghancurkan kehidupan sosial dan memaksa miliaran orang berdiam diri di rumahnya masing-masing.. Pandemi COVID-19 telah mengganggu seluruh bidang kehidupan, termasuk juga bidang pendidikan di semua jenjang (Daniel, 2020). Di Indonesia, pemerintah membuat keputusan mendadak dengan menutup segala jenis kegiatan di sekolah termasuk kegiatan pembelajaran dan memindahkannya menjadi belajar di rumah melalui pembelajaran jarak jauh yang biasa dilakuakan secara virtual.

 

Di zaman modern, pendidikan jarak jauh menjadi pendekatan yang lebih populer dan diterima dalam pendidikan (Yilmaz, 2015). Di samping itu, dewasa ini teknologi digital telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. (Benson & Kolsaker, 2015), begitu juga pembelajaran dalam jaringan dikembangkan sebagai media pembelajaran yang dapat menghubungkan secara dalam jaringan antara pendidik dan pelajar dalam sebuah ruang kelas maya (virtual classroom) tanpa harus dalam satu ruangan secara fisik (Fitriana, 2018). Pembelajaran dalam jaringan dapat dilakukan dengan virtual classroom, yaitu pengalaman belajar di suatu lingkungan yang sinkron atau asinkron menggunakan berbagai alat (seperti laptop atau smartphone) dengan akses internet (Zhu & Liu, 2020), berbagai platform digunakan untuk membantu memfasilitasi proses pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai media menyampaikan materi, penilaian, ataupun untuk mengumpulkan tugas, platform-platform tersebut di antaranya Whatsapp Group, Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Google Meet, Google Form, e-mail dan ain sebagainya.

 

Dengan demikian Pembelajaran dalam jaringan dapat dilakukan dengan virtual yaitu pengalaman belajar di suatu lingkungan yang sinkron atau asinkron menggunakan berbagai alat (seperti laptop atau smartphone) dengan akses internet (Zhu & Liu, 2020), harapannya pembelajaran secara virtual dapat bermanfaat baik peserta didik maupun tenaga pendidikan, sehingga model pembelajaran virtual ini dapat memungkinkan peserta didik  (siswa/mahasiswa) dapat  mengatur lokasi, kapan belajar dan kecepatan belajar, yang tidak dijumpai pada metode pembelajaran tradisional atau tatap muka.

 

Selama ini sistem pembelajaran tatap muka “face to face learning” di lembaga pendidikan baik itu di kampus maupun di sekolah merupakan sistem yang paling dominan dilaksanakan di sebagian besar Negara dunia sebelum akhirnya harus mengalami perubahan drastis sejak mewabahnya pandemic COVID-19, maka secara kerelaan atau terpaksa, pembelajaran secara virtual harus tetap dilakukan.

 

Dalam usaha menghindari dan mengendalikan penyebarannya covid 19 ini, pemerintah mengambil  langkah cepat  termasuk di dalam bidang pendidikan  dengan mengeluarkan regulasi khusus terkait pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan, seperti contoh diambil oleh pemerintah Indonesia melalui Menteri pendidiakn  dengan diterbitkannya Surat Edaran No. 4 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam  Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) dimana salah satu poinnya adalah anjuran belajar dari rumah. Kebijakan terkait pembelajaran berbasis virtual yang kemudian serempak digunakan sebagai sistem pembelajaran bukannya muncul tanpa problematika, imbasnya, bagi negara yang kurang siap dengan sistem ini, sudah tentu menghadapi banyak problema terlebih bagi tenaga pengajar dan peserta didik.

 

Peningkatan   mutu   pendidikan   bukanlah upaya   sederhana,   melainkan   suatu   kegiatan   dinamis   dan   penuh tantangan.   Pendidikan   selalu   berubah   seiring   dengan   perubahan jaman,  oleh  karena  itu  pendidikan  senantiasa  memerlukan  upaya perbaikan  dan  peningkatan  mutu  sejalan  dengan  semakin  tingginya kebutuhan  dan  tuntutan  kehidupan  masyarakat (Yunia, 2018:252) , sebgaimana di Indonesia bahwa konsep tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia seutuhnya yang tercermin dari iman dan taqwa, berkepribadian, cerdas, sehat serta bertanggung jawab, maka pendidikan dalam prakteknya perlu menerapkan asas-asas yang sesuai (M Ihsan Dacholfany, 2016:25)

 

Problematika pembelajaran bahasa berbasis virtual  tentunya menghadapi problematika, yang tentunya harus dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengevaluasian dan pengawasan atau pengontrolan secara  baik dan benar, sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan harapan, selain itu pula harus didukung oleh kemampuan tenaga pendidik dan tenaga pendidikan, lembaga (sekolah/kampus) serta orangtua / wali / pendamping serta terpenuhinya sarana prasarana yang memadai sehingga mampu mengatasi problematika pembelajaran virtual khususnya dalam pembelajaran bahasa  sehingga mampu  memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik, namun demikian pasti ada beberapa problematika yang tidak bisa dihadapi sendiri, maka dibutuhkan upaya bersama dalam mencari solusi agar pembelajaran virtual dapat terlaksana..

 

Dalam   hal ini, penulis mencoba mendalami bagaimana manajemen pembelajaran bahasa secara virtual dan mencari solusi dalam menyelesaikan  problem yang  berpotensi menghambat pemahaman siswa atau mahasiswa selama belajar secara virtual, di mana  perlunya pembahasan lebih lanjut sehingga secara praktis kemudian sistem pelaksanaan belajar secara tatap muka atau “face to face learning”-pun tergantikan secara masif oleh pembelajaran virtual.

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrispikan bagaimana manajemen pembelajaran  bahasa  berbasis virtual, dengan berbagai problematika dan usaha mencari  solusinya sehingga dapat bermanfaat khusunya di masa pandemic covid 19 ini.

 

DISKUSI

Dari berbagai problematika yang ada akan berdampak negatif lain, yang mungkin ditimbulkan dari pembelajaran berbasis virtual, yaitu pembelajaran tersebut menjadikan pelajar semakin dekat dengan dunia internet sehingga bisa terjadi hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama seperti menonton hal tidak etis dan kurang bermoral, tentunya dibutuhkan berbagai aturan dan keterampilan agar mampu menggunakan teknologi ini secara benar dan tepat serta dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara virtual tanpa kendala berarti. Dampak negatif lainnya, internet merupakan sumber berita yang menyediakan segala jenis informasi digital yang dibutuhkan penggunanya, bahkan informasi yang memiliki dampak negatif sekalipun dapat ditemukan di internet (Rodhin, 2011), walaupun memang kemajuan teknologi informasi tersebut sulit untuk dihindari, namun upaya untuk menjaga generasi muda dari hal yang tidak bermoral dan berita-berita hoax tetap harus dilakukan.

Kondisi ini dapat menjadi problem dalam pembelajaran berbasis virtual classroom, karena jika siswa tidak mampu memilah informasi dapat menciptakan kegagapan pemanfaatan informasi, namun saat ini, siswa maupun mahasiswa sudah terbiasa dengan teknologi digital dan umumnya tahu cara mengakses, membuat, dan berbagi informasi digital (Ting, 2015), namun demikian ada juga  siswa maupun mahasiswa umumnya dianggap mampu menggunakan teknologi, banyak dari mereka, ini terbukti hasil penelitian yang dilakukan. Anthony Anggrawan (2019: 339) yang menjelaskan bahwa pembelajaran daring (virtual) lebih berhasil dalam capaian hasil belajar dibandingkan dengan mahasiswa pembelajaran tatap muka pada pembelajaran bahasa Inggris, selain itu  penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berdampak positif terhadap pembelajaran siswa (Mumtaz, 2000), oleh sebab itu, tuntutan akan penguasaan teknologi dalam dunia pendidikan juga semakin tinggi terhadap para pendidik dikarenakan mereka merupakan aktor utama keberhasilan adopsi teknologi dalam pembelajaran (Joo dkk., 2016). Tuntutan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan (Chigona, 2015) yang ditandai dengan terciptanya suasana belajar-mengajar yang lebih atraktif dan efektif (Raygan & Moradkhani, 2020).

 

Sebagai tenaga pendidikan baik itu dosen / guru   akan   sulit   menerima perubahan  jika  kompetensinya  rendah,  pendidikan  akan  semakin berat  ke  depannya  apabila  kualitas  pembelajarannya  masih  rendah, oleh   karena   itu,   kompetensi   harus   ditingkatkan   untuk   kemajuan kualitas pendidikan Indonesia saat ini dan ke depannya, dalam hal ini guru    sebagai    ujung    tombak    dalam    penyelenggaraan    sistem pendidikan dapat dibantu pertumbuhan dan perkembangan profesinya bagi pencapaian tujuan pembelajaran (Nining dkk, 2020: 180).

 

Dalam pembelajaran, tentunya adanya keterlambatan dari subject dalam mengikuti kegiatan kelas virtual khususnya dalam materi bahasa di lembaga pendidikan  dan masih adanya  kecenderungan anak didik tidak serius dalam mengikuti kegiatan belajar secara  virtual sehingga siswa atau mahasiswa yang  belajar tapi juga sambil   bermain game, menonton TV dan kegiatan lain di rumah atau tempat belajar yang tentunya sehingga berakibat  kurang maksimalnya waktu dan kemampuan pendampingan  selama proses belajar dengan baik karna tidak memiliki pemahaman yang cukup terkait materi  yang disampaikan oleh tenaga pendidikan  dan akhirnya  terjadi kurang efektifnya pengelolaan pembelajaran seperti pemilihan materi  dan  penyampaiannya melalui kelas virtual secara detail, namun yang terpenting adalah dalam pembelajaran bahasa adalah sikap mahasiswa/siswa dalam pembelajaran. yaitu kognitif, afektif, dan perilaku (O. Mantiri, 2015).

 

Untuk melihat fungsi-fungsi manajemen dapat dilihat dari orang memandang menejemen itu, ada yang mengatakan fungsi manajemen itu POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling). Singkatan ini diambil dari defenisi manajemen menurut Terry dan Franklin (Musfah, 2015), namun penulis menambahkan bahwa POAC tersebut belumlah lengkap jika tidak melakukan evaluasi sehingga menjadi POACE: Planning, Organizing, Actuating, Controlling, and Evaluating), sehingga segala aktifitas yang telah dilaksanakan harus dievaluasi sehingga aktifitas yang akan datang menjadi lebih baik lagi.

 

Berdasarkan hasil wawancara dengan Yasmika Baihaqi salah satu dosen FKIP, program studi Bahasa Inggris, menyatakan  bahwa   visi 2020-2030 Universitas Muhamamadiyah Metro yaitu “Pusat Keunggulan Profetik Profesional,  Modern dan Mencerahkan”, adapun di bidang pendidikan , berusaha Mengembangkan sistem akademik yang prima, modern, dan unggul untuk menghasilkan SDM yang memiliki keilmuan profetik profesional melalui kajian keIslaman tematik yang berorientasi pada IPTEKS dan berwawasan lingkungan, maka sesuai dengan misi tersebut maka  pembelajaran bahasa Inggris secara virtual harus dilaksanakan dengan baik dan benar walaupun maih ada kendalanya, di antaranya kemampuan mahasiswa menguasai Internet dan kurangnya motivasi mahasiswa belajar melalui virtual di masa pandemi covid 19 ini (10/06/2021)

 

Dengan demikian, dalam manajemen pembelajaran secara virtual,  tentunya yang harus dipersiapkan adalah bagaimana perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran dapat sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga manajemen pembelajaran dapat terlaksana dengan baik,  seperti   perencanaan di sini,  bagaimana seorang guru/tenaga pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada fungsi ini tentunya harus memahami bagaimana rencana itu akan dilaksanakan. Di sini patut memahami kondisi apapun seorang guru harus bisa membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, meskipun di era wabah covid-19 pembelajaran online/virtual maka semua akan terlaksana dengan baik (Muhammad Arifin ,dkk, 2019: 21), harapannya ada optimalisasi berbagai sumber belajar digital untuk menciptakan atmosfer pembelajaran yang lebih inovatif dan attraktif dalam kelas Bahasa .

 

Dengan demikian manajemen pembelajaran bahasa secara  virtual dapat  dilakukan, jika mampu  mengelola manajemen pembelajaran dan memanfaat sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran secara tepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai yang diharapkan oleh lembaga pendidikan baik di kampus maupun sekolah sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang diharapkan.

 

Usaha Yang Harus Dilakukan Dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa  Secara Virtual 

Ada beberapa usaha  yang harus dilakukan oleh  peserta didik baik siswa maupun mahasiswa   dalam kegiatan belajar secara virtual  yakni:

  1. Memiliki kesiapan dan rencana belajar dalam mengikuti pembelajaran bahasa secara virtual.
  2. Mampu menggunakan teknologi pembelajaran virtual khususnya teknologi komunikasi dan kolaboratif.
  3. Memiliki konsep akademik mandiri yang kuat serta kemampuan komunikasi serta interaksi yang baik
  4. Memiliki pemahaman dasar dan ketertarikan terhadap belajar secara virtual secara individu atau  kelompok serta berusaha  membangun kompetensi terhadap ketrampilan  terkait.
  5. Memiliki kemampuan belajar mandiri melalui pengaturan manajemen waktu dan strategi pembelajaran kognitif.

 

Ada  sejumlah Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Tenga Pendidik Baik Dosen /Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Secara Virtual Yakni :

  1. Memiliki perencanaan yang matang, pengorganisasian, sampai dengan implementasi serta evaluasi dalam kegiatan pembelajaran secara virtual
  2. Penguasaan internet,
  3. penguasaan ilmu pengetahuan,
  4. kreatifitas dan inovasi,
  5. kemampuan memotifasi, mumpuni dalam konsep pembelajaran virtual,
  6. pengelolaan sistem, pemilihan bahan ajar yang tepat
  7. penguasaan kontroling kelas harus ada dan dapat diaplikasikan dengan baik.

 

Solusi  Yang Harus Dilakukan.

Ada beberapa Solusi yang dapat menyelesaikan problematika pembelajaran  bahasa secara virtual antara lain:

  1. Peserta Didik (Mahasiswa / Siswa)

a)      Memiliki Disiplin dan Mengetahui jadwal kegiatan Pembelajaran Virtual, sehingga tidak terlambat. 

b)      Perlunya Keseriusan atau Fokus dalam mengikuti pembelajaran.

c)      Memiliki bahan ajar  terlebih dahulu yang akan disampaikan oleh tenaga pendidik ,

Serta aktif bertanya, jika materi belum difahami.

 

  2. Tenaga Pendidik (Dosen/Guru)

Dalam pembelajaran  bahasa  berbasis virtual, Dosen/Guru mempunyai peranan penting,

 di antaranya :

  1. Pengelolaan pembelajaran secara efektif dan menarik , mulai dari perencanaan samapai dengan evaluasi pembelajaran (POACE)..
  2. Pemilihan materi yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
  3. Penyampaiannya melalui kelas virtual secara jelas dan detail.
  4. Memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya, berdiskusi  dan lain sebagainya.
  5. Mengatur waktu yang tepat dalam menyampaikan materi

 

3. Orang tua / Wali/Pendamping

          Selain tenaga pendidik dan peserta didik, tentunya harus didukung oleh orangtua / wali,

    dengan cara :

  1. Memberikan Pendampingan orangtua/wali agar peserta didik disiplin dalam mengikuti pembelajaran virtual, karena pembelajaran bahasa, sangat sulis dibandingkan materi lainnya, kalaupun orangtua/wali tidak mampu, seyogyanya mengajak orang lain, yang bias membantu memahamkan materi yang diajarkan.
  2. Menyiapkan Fasiltas berupa Kompiuter/ HP/ Paket Internet dan sebagainya.
  3. Saat Proses belajar mengajar, orangtua/pendamping  bisa membimbing peserta didik agar memberikan pemahaman secara jelas dan  dilakukan dengan sabar  dan tidak banyak protes.
  4. Mengingatkan agar fokus, tidak mengerjakan yang lain seperti menonton, main game, dan lain sebagainya.
  5. Sebisa mungkin mampu membatu menyelesaikan tugas yang diberikan guru/dosen.

 

4. Lembaga Pendidikan (Kampus/Sekolah)

       Bagi Pemerintah atau Lembaga pendidikan Swasta yang memiliki lembaga Pendidikan hendaknya :

a.       Memiliki Perencanaan sampai dengan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran secara virtual.

b.      Mempersiapkan Sarana dan prasana yang dapat memenuhi pembelajaran secara virtual

c.       Memilih tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang siap belajar, agar memiliki kemauan dan kemampuan  untuk membantu atau melakukan pembelajaran secara virtual.

    c.    Tidak membebani orang tua/wali khususnya dalam pembiayaan.

   

Dengan demikian, setiap pengelola, baik di lembaga pemerintah mmaupun swasta,  mulai dari pengurus yayasan, pimpinan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lembaga pendidikan harus mempunyai komitmen terhadap target mutu, ketepatan waktu, dan efektivitas program pembelajaran secara virtual, lalu melakukan  pembaharuan proses kegaiatan belajar mengajar pada pelayanan dan kepuasan stakeholders serta kemampuan untuk mengaktualisasikan management best practice dalam pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan. (M Ihsan Dacholfany, 2017:10), sehingga pembelajaran bahasa secara virtual dapat sesuai dengan harapan, dengan dukungan beberapa pihak, mulai dari Pimpinan lembaga pendidikan, tenaga pendidik, siswa/mahasiswa itu sendiri serta sarana pra sarana serta kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan baik dan  tertata rapi sesuai dengan manajemen yang mumpuni dan sesuai yang diharapkan.

 

 

 

 

KESIMPULAN

Dalam Pembelajaran bahasa berbasis Virtual ini,  seyogyanya semua pihak, mulai dari tenaga pendidik, peserta didik dan orang tua wali /pendamping serta fasilitas harus  mendukung segala kegiatan proses belajar mengajar ini  dan perlu manajemen yang baik sehingga perencanaan sampai dengan evaluasi dapat terlaksana dengan baik walaupun dalam keadaan Pandemi Covid 19 ini, dan  tidak menjadi hambatan semua pihak dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.

           

 

REFERENSI

 

Anthony Anggrawan, Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka Dan Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa, Jurnal MATRIK Vol.18 No.2 (Mei) 2019, Hal 339-346 DOI : https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411

 

Chigona, A. (2015). Pedagogical shift in the twenty-first century: preparing teachers to teach with new technologies. Africa Education Review, 12(3), 478–492. https://doi.org/10.1080/18146627.2015.1110912

 

Daniel, S. J. (2020). Education and the COVID-19 pandemic. Prospects. https://doi.org/10.1007/s11125-020-09464-3

 

Fitriana, D. (2018). Peran Media E-Learning Dalam Pembelajaran Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Literasi Matematika dan Norma Sosiomatematik. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muria Kudus, (0291), 58–62

 

Joo, Y. J., Lim, K. Y., & Kim, N. H. (2016). The effects of secondary teachers’ technostress on the intention to use technology in South Korea. Computers and Education, 95, 114–122. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2015.12.004

 

Muhammad Arifin, dkk Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh untuk Millenial, Sukabumi, Haura Publishing 2020

 

M. Ihsan Dacholfany , Inisiasi Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Islami Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi , jurnal At-Tajdid, Volume. 1, No. 1 Januari-Juni 2017.

 

M. Ihsan Dacholfany, Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka menciptakan inovasi Di bidang pendidikan, Jurnal Dewantara Vol I , No .0 1 Januar i-Juni 2016.

 

Moh. Arif Mahbub,  Optimalisasi Integrasi Teknologi dalam Konteks Pembelajaran Bahasa: Alternatif Baru dalam Pengelolaan Kelas Bahasa Inggris Virtual, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris 1Universitas Islam Jember , repositori.uij.ac.id

 

Musfah, J. (2015). Manajemen Pendidikan . Jakarta: Kencana.

 

MacKenzie, J. S., & Smith, D. W. (2020). COVID-19: A novel zoonotic disease caused by a coronavirus from China: What we know and what we don’t. Microbiology Australia. https://doi.org/10.1071/MA20013

 

Mumtaz, S. (2000). Factors affecting teachers’ use of information and communications technology: A review of the literature. Journal of Information Technology for Teacher Education, 9(3), 319–342. https://doi.org/10.1080/14759390000200096

 

Nining Surya Ningsih, M. Ihsan Dacholfany, Sudirman Aminin, Implementasi Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan  Kualitas Pembelajaran di SMA dan SMK Se-Kecamatan Abung  Semuli Lampung Indonesia, Jurnal el-Ghiroh. Vol. XVIII, No. 02. September 2020

 

O. Mantiri, “Key to Language Learning Success,” J. Arts Humanit., pp. 14–19, 2015.

 

Raygan, A., & Moradkhani, S. (2020). Factors influencing technology integration in an EFL context: investigating EFL teachers’ attitudes, TPACK level, and educational climate. Computer Assisted Language Learning, 0(0), 1–22. https://doi.org/10.1080/09588221.2020.1839106

 

Rodhin, R. (2011). Internet dalam konteks perpustakaan. Pustakaloka, 3(1), 1–19. https://doi.org/https://doi.org/10.21154/pustakaloka.v3i1.631

 

 

Ting, Y. L. (2015). Tapping into students’ digital literacy and designing negotiated learning to promote learner autonomy. Internet and Higher Education, 26, 25–32. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2015.04.004

 

Yunia  Sari  Reziki,  M.  Ihsan  Dacholfany,  2018, Pengaruh Supervisi Akademik   Kepala   Sekolah   Dan   Kompetensi   Pedagogi Terhadap  Mutu  Sekolah  Di  Sma  Se-Kecamatan  Pekalongan Lampung  Timur,  Jurnal  Lentera  Pendidikan  Pusat  Penelitian LPPM UM Metro Vol. 3. No. 2, Desember 2018.

 

 

Yilmaz, O. (2015). The effects of “live virtual classroom” on students’ achievement and students’ opinions about “live virtual classroom” at distance education. Turkish Online Journal of Educational Technology, 14(1), 108–115.

 

WHO. Coronavirus disease. , 2019 World Health Organization 2633 (2020).

 

Zhu, X., & Liu, J. (2020). Education in and After Covid-19: Immediate Responses and LongTerm Visions. Postdigital Science and Education. https://doi.org/10.1007/s42438-020- 00126-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar