PERSEPSI MAHASISWA NON MUSLIM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROGRAM PERKULIAHAN AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) ALA MONDOK
Muhammad Ihsan Dacholfany
Iswati
Renci
Universitas
Muhammadiyah Metro, Lampung
Abstract
Muhammadiyah
Metro University is a universal university or in the sense that non-Muslim
students are allowed to study at Muhammadiyah Metro University. However,
Muhammadiyah Metro University has certain policies in the administration of Al-Islam and Muhammadiyah Studies (AIK) lectures which are one of
the characteristics of Muhammadiyah Higher Education, which is mandatory for
all students, both Muslim and non-Muslim.
The purpose of
this study was to describe the perceptions of non-Muslim students towards
al-Islam and Muhammadiyah lectures and to find out the perceptions of non-Muslim
students towards Islamic teachings after attending the Al Islam and
Muhammadiyah Studies (AIK) lectures. The target output is scientific publications in ISSN
scientific journals. The long-term target after this research is to formulate
AIK learning designs and methods that can attract Muslim students in general
and non-Muslims in particular in order to increase learning motivation.
This research is
a qualitative research category with descriptive research type. Qualitative
research is a research procedure that produces descriptive data in the form of
written or spoken words from people and observable behavior. In this study,
researchers selected informants using a purposive sampling method. Purposive
sampling is the selection of samples by aligning the objectives of the study
and the samples taken. The samples are several non-Muslim students who have
taken the Al Islam and Muhammadiyah Studies (AIK) 1 course.
The
results showed that the perception of non-Muslim students towards the AIK
lecture program ala Mondok, most of them agreed and a small proportion
disagreed, the perception of non-Muslim students towards Islamic teachings
after implementing Al Islam and Muhammadiyah Studies (AIK) ala Mondok, their knowledge of Islam expanded, and understood
that everything in In Islam there is guidance and lectures in AIK style are the
uniqueness of Muhammadiyah Metro University.
Keywords:
Student Perception, Non-Muslim, Learning, Al Islam Kemuhammadiyahan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar, beraqidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah,
sebagai gerakan dakwah Islam Muhammadiyah memiliki tujuan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya (Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby
Darban, 2000). Ruang lingkup gerakan Muhammadiyah setidaknya
dapat dikelompokkan menjadi: 1)Bidang pendidikan 2) Bidang keagamaan dan 3)
Bidang kemasyarakatan.
Universitas Muhammadiyah Metro yang selanjutnya
disingkat dengan UM Metro yang berada di kota Metro Lampung yang merupakan
salah satu perguruan tinggi dari Amal Usaha Muhammadiyah yang keberadaannya memiliki peran ganda, yaitu di samping bergerak
di bidang pendidikan (Transfer Of Knowledge) juga memiliki misi
keagamaan (Transfer of Value) atau dengan istilah lain UM Metro tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik,
melainkan juga institusi kepanjangan tangan dakwah Muhammadiyah, terutama dakwah
kepada civitas akademika yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa dan
masyarakat sekitar, artinya UM
Metro memiliki fungsi sebagai lembaga dakwah Muhammadiyah dalam mencapai tujuan
utama Muhammadiyah lewat bidang pendidikan guna mewujudkan masyarakat yang
sebenar-benarnya.
Salah satu
ciri yang melekat pada perguruan tinggi
Muhammadiyah (PTM) adalah keikutsertaannya dalam lembaga dakwah sebagai
upaya untuk melahirkan, memperbanyak
dan meningkatkan kualitas kader-kader Muhammadiyah. Sesuai dengan hal itu,
upaya maksimal untuk melahirkan kader-kader Muhammadiyah melalui proses
pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah harus diupayakan melalui berbagai
usaha terutama melalui pendidikan dan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Pembelajaran AIK di PTM
menempati posisi strategis, bahkan, menjadi ruh penggerak dan menjadi misi
utama penyelenggaraan PTM.
Pendidikan Al-Islam dan Kemuhamadiyahan (AIK) juga
menjadi kekuatan PTM, karena dapat menjadi basis kekuatan spiritual, moral dan
intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas akademika. Pendidikan AIK juga sebagai
identitas karakter civitas akademika PTM, yaitu sebagai muslim yang
berkemajuan,berakhlakul karimah, berjiwa philantropis, memiliki jiwa
kepemimpinan dan kepedulian terhadap persoalan umat dan bangsa. Dalam pelaksanannya, sudah ada beberapa PTM sudah melakukan konsep kampus Islami dengan bentuk beragam, model dan mekanisme yang variatif, namun tetap harus dalam koridor Islami sebagaimana karakter Muhammadiyah.
Sesuai Pedoman Pendidikan AIK Perguruan Tinggi
Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tim Majlis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah jumlah jam pembelajaran dan
SKS masing-masing PTM dapat berbeda,
minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS (Majlis Dikti
PP Muhammadiyah, 2013). AIK merupakan
salah satu ciri dari perguruan tinggi Muhammadiyah yang wajib diikuti oleh
seluruh mahasiswa baik yang beragama Islam maupun yang beragama non-Islam. AIK
bisa dikatakan sejenis Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum, perbedaannya Pendidikan Agama
Islam cukup diberikan hanya satu semester, sementara AIK diberikan selama empat semester
dengan penjenjangan yaitu AIK I, AIK
II, AIK III dan AIK IV.
Sebagai
kampus Muhammadiyah, UM Metro melaksanakan Catur Dharma Perguruan Tinggi dalam fungsi keberadaannya
sebagai institusi Perguruan Tinggi, berbeda dengan PTN atau PTS non Muhammadiyah, UM
Metro tidak saja mewujudkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengadian,
tetapi juga harus melakukan proses pembinaan karakter yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam. Sesuai dengan Catur Darma
Perguruan Tinggi tersebut, UM Metro tidak membatasi pada kelompok tertentu tapi
bersifat universal, artinya UM Metro terbuka pada setiap kelompok, baik aliran
tertentu dalam Islam maupun non Islam.
menyikapi berbagai kelompok agama yang berbeda dengan visi misi
Muhammadiyah, maka Universitas Muhammadiyah Metro memiliki kebijakan-kebijakan
tertentu dalam penyelenggaraan perkuliahan AIK. Kebijakan-kebijakan tersebut
adalah dengan mewajibkan setiap
mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa non muslim untuk menempuh mata
kuliah AIK.
Menyadari peran ganda yang diemban oleh UM Metro
sebagaimana yang telah disinggung di atas serta didukung dengan adanya
mahasiswa non muslim yang menuntut ilmu di UM Metro, maka UM Metro khususnya wakil rektor IV bidang AIK
terus melakukan koreksi akan metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga di tahun 2018 Universitas Muhammadiyah
Metro telah melakukan kerjasama dengan Pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah
At-Tanwir dalam rangka membangun jiwa mahasiswa yang Islami yang kokoh dengan
menerapkan belajar AIK
ala mondok baik bagi mahasiswa muslim
dan non muslim. Pembelajaran ini berlangsung selama kurang
lebih lima hari empat malam di Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir. Selama
disana, seluruh mahasiswa UM Metro khususnya yang saat ini sedang duduk di
semester satu
akan belajar mengenai AIK 1.
Salah
satu mahasiswa non muslim menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman dan tidak
terbebani dengan kewajiban menempuh mata kuliah AIK yang notabene berbeda dari
agama yang ia yakini. Pendapat dari informan awal tentu tidak dapat
mewakili pendapat pendapat serta argumen dari mahasiswa non muslim lainnya
tentang keberadaan mata kuliah AIK 1 yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa di
lingkungan Universitas Muhammadiyah Metro. Berdasarkan uraian di atas maka
tulisan ini mengemas lebih mendalam
tentang Persepsi Mahasiswa Non Muslim UM Metro Terhadap Program Pembelajaran
AIK Ala Mondok
Rumusan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka dapat di rumuskan:
1.
Bagaimana
persepsi Mahasiswa Non Muslim Terhadap Perkuliahan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan ala mondok ?
2.
Bagaimanan persepsi
Mahasiswa Non Muslim terhadap Ajaran Agama
Islam sesudah mengikuti Perkuliahan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)?
Metode Penelitian
Penelitian yang
dilakukan ini
termasuk kategori penelitian kualitatif denganjenis penelitian deskriptif.
Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005) adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun materi dalam
penelitian ini adalah membahas persepsi mahasiswa non muslim terhadap perkuliahan AIK 1 ala Mondok yang
wajib diambil oleh semua mahasiswa yang
berkuliah di UM Metro. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah persepsi mahasiswa non muslim dan Perkuliahan
AIK 1. Persespsi di sini adalah bagaimana pandangan positif atau negative mahasiswa
non muslim setelah melalui proses
pembelajaran mata kuliah AIK 1 sedangkan
mata kuliah AIK di sini adalah mata kuliah yang memuat materi tentang
keislaman. Analisis data yang digunakan
di dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Peneliti dalam
penelitian ini akan melakukan tahap-tahap analisis data sebagai berikut: Classifying, Coding, Editing,
Interpreting.
Pembahasan
Persepsi
Persepsi
berasal dari bahasa Latin , perceptio, percipio yang artinya tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.
DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah “Proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Eysenck dalam (Asrori, 2009)
persepsi adalah proses belajar dan pengalaman. Hasil proses belajar dan
interaksi seseorang akan memberikan pengalaman bagi dirinya untuk dapat
membandingkan keadaan yang dihadapi.
Slameto (2015)
mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya
pesan dan informasi ke dalam otak manusia, sedangkan menurut Abdurahman Shaleh
dan Muhbib Abdul Wahab (2004:88) persepsi adalah proses yang menggabungkan dan
mengorganisasikan data-data indra seseorang (pengindraan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk sadar akan
dirinya sendiri.
Berdasarkan beberapa perspektif mengenai persepsi di
atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya persepsi bukan sekedar proses
pengindraan saja, tetapi ada unsur interpretasi di dalamnya. Persepsi juga
merupakan sebuah proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada di
dalam lingkungannya. Persepsi individu muncul karena adanya aktivitas
mengindra, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek-objek fisik
maupun social yang ada di lingkungannya.
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus
yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu :
a) Persepsi visual yaitu
persepsi yang didapatkan dari penglihatan.,
b) Persepsi auditori didapatkan
dari indera pendengaran yaitu telinga,
c) Persepsi perabaan yaitu
persepsi yang didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
d) Persepsi penciuman adalah
persespsi yang didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.,
e) Persepsi pengecapan
Persepsi
dalam Islam adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela
pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan
yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih
kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam bahasa
Al-Qur’an, beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan.
Dalam firman Allah artinya dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. (Q.S. Al-Mukminun
ayat 12-24)
Proses persepsi dilalui dengan proses penerimaan
stimulus pada reseptor yaitu indera, yang tidak langsung berfungsi setelah dia
lahir, tetapi akan berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya (Najati,
2001). Di dalam Al-Qur‟an terdapat terdapat beberapa ayat yang maknanya
berkaitan dengan panca indera yang dimiliki manusia, antara lain dalam QS.
An-Nahl ayat 78 yaitu : Artinya : dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas menyangkut intern dan ekstern. Berbagai
ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, namun pada
prinsipnya mengandung makna yang sama.
Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Persepsi
Bimo
Walgito (1991,54) mengemukakan tiga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi
yaitu:
a.
Stimulus yang
kuat, stimulus yang melampaui lambang stimulus kejelasan akan banyak pengaruh
terhadap persepsi.
b.
Fisiologis dan
psikologis, jika system fisiologisnya terganggu hal ini akan berpengaruh dalam
persepsi seseorang, segi psikologis yang menyangkut pengalaman, perasaan
kemampuan berfikir dan sebagainya juga akan berpengaruh pada seseorang dalam
mempersepsi
c.
Faktor lingkungan,
situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan mempengaruhi persepsi.
Proses
Terjadinya Persepsi
Tahap
awal dari proses persepsi adalah sensasi. Sensasi merupakan kesadaran akan
adanya suatu rangsang. Semua rangsang masuk ke dalam diri seseorang melalui
panca indera, yang kemudian diteruskan ke otak yang menjadikan sadar akan
adanya rangsang tersebut, rangsang yang sekedar masuk dalam diri seseorang
tetapi hanya menyadarinya tanpa mengerti atau memahami rangsang tersebut
disebut sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman atau pengertian tentang
rangsang itu disebut persepsi (Mif Baihaqi, 2005, 63).
Proses
terjadinya persepsi yaitu objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses
stimulus mengenai alat inderamerupakan proses kealaman atau proses fisik.
Stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.
Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai
pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang
didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat
indera.
Dalam
proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam
persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya
beradaptasi dengan satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang
ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak semua stimulus mendapat respon
individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapat
respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan (Bimo
Walgito, 1991, 71).
Bagi
kebanyakan orang sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan melihat, mendengar,
membau, merasakan dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah semestinya ada.
Namun, informasi yang dating dari organ-organ indera perlu terlebih dahulu
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti dan proses ini
dinamakan persepsi. Menurut Pareek proses persepsi terbagi menjadi 5, sebagai
berikut:
1)
Proses menerima
rangsangan, menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data
diterima melalui panca indera.
2)
Proses menyeleksi
rangsangan, setelah diterima rangsangan atau data diseleksi tidaklah mungkin
untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Rangsangan-rangsangan
itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut.
3)
Proses
pengorganisasian, rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam
bentuk pengelompokkan
4)
Proses penafsiran,
setelah rangsangan atau data diterima, si penerima lalu menafsirkan data itu.
Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Pada
dasarnya persepsi memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang
diterima
Berdasarkan
teori di atas dapat disimpulkan bahwa proses persepsi merupakan komponen
pengamatan yang di dalam proses itu melibatkan pemahaman dan penginterpretasian
sekaligus. Adapun indikator persepsi yang diukur ada tiga:
1.
Seleksi
(Selection)
Seleksi adalah tindakan memperhatikan
rangsangan tertentu dalam lingkungan. Hal ini merujuk pada pesan yang
dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, pada saat pembelajaran Al
Islam dan Kemuhammadiyan.
2.
Organisasi
(Organization)
Setelah menyeleksi informasi di
lingkungan, kita mengorganisasikannya dengan merangkainya sehingga menjadi
bermakna
3.
Interpretasi
(Interpretation)
Interpretasi adalah proses subjektif
dari menjelaskan persepsi ke dalam cara yang dimengerti. Dalam hal ini bias
berupa tindakan atau reaksi yang muncul dari mahasiswa non muslim berupa
tindakan-tindakan yang menunjang kearah tercapainya kemampuan untuk
menginterpretasi terkait pembelajaran AIK ala mondok. Seperti penambah
pengetahuan tentang Islam, tata cara kehidupan dan ibadah dalam Islam apabila mahasiswa non muslim tersebut mempunyai persepsi positif, akan
tetapi jika jika mahasiswa mempunyai persepsi negative terhadap pembelajaran
AIK muncul berupa tindakan acuh, tidak perduli terhadap mata kuliah AIK.
Mahasiswa Non Muslim
Mahasiswa
secara harfiah adalah adalah seseorang yang belajar baik di sekolah tinggi,
institute, universitas, akademi maupun di perguruan tinggi. Definisi mahasiswa
sendiri adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi setelah menamatkan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut
KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2019 ) mahasiswa adalah seseorang yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi. Di dalam dunia pendidikan, status mahasiswa
adalah status tertinggi seorang murid di dunia pendidikan, dari pengertian
tersebut maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang belajar di
bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan tertentu.
Dalam
konteks Al-Qur’an istilah non muslim mengacu pada apa yang disebut kafir. Hal
ini dikarenakan mereka tidak mengakui keimanannya kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya. (Darwis Muhdina, 2015), Kata kafir secara etimologis memiliki arti
menutup diri, melepas diri, menghapus atau menyembunyikan kebaikan yang telah
diterimanya dan dari segi akidah, kafir berarti orang-orang yang kehilangan
imannya. Sementara secara terminologis, pengertian kafir adalah orang yang
ingkar terhadap kebenaran Islam, sedangkan istilah kafir dalam Al-Qur’an merujuk pada suatu perbuatan yang berhubungan secara langsung
dengan Allah, namun semua hubungan tersebut bersifat negatif, seperti
mengingkari nikmatnya, lari dari tanggung jawab, penolakan atau pembangkangan
terhadap hokum Allah dan meninggalkan amal saleh yang diperintahkan oleh Allah.
Secara keseluruhan dari 525 kali kata kafir dalam berbagai derivasinya, arti
yang paling dominan adalah pendustaan atau pengingkaran terhadap Allah dan Rasul-Nya,
khususnya kepada Nabi Muhammad beserta ajaran yang dibawanya.
Istilah
kafir dengan non muslim dalam arti yang luas adalah sama, yakni orang yang
tidak menganut agama Islam, tentu saja maksudnya tidak hanya mengarah pada satu
agama saja, tetapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk
kepercayaan dan variasi ritualnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
menyebut kelompok non muslim ini secara umum sebagai berikut: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yahudi, orang-orang shaabi’in,
orang-orang nasrani, orang-orang majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan
memberi keputusan diantara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu” (QS. Al-Hajj:17).
Berdasarkan
uraian di atas yang di maksud mahasiswa non muslim meliputi seluruh mahasiswa di luar agama Islam yang
aktif dan sedang menempuh mata kuliah
AIK 1 pada semester awal. Sedangkan Persepsi dalam penelitian ini merupakan penilaian subyektif
dari masing-masing mahasiswa non muslim
terhadap model pembelajaran AIK 1, terhadap metode dan pelaksanaan AIK 1 ala
mondok.
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ala Mondok
Al
Islam dan kemuhammadiyahan (AIK) pada
perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) mempunyai kedudukan sebagai pembelajaran formal yang ditetapkan sebagai mata kuliah sebagaimana mata kuliah Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Perguruan Tinggi di Indonesia yang bersifat wajib bagi pemeluk
agama Islam. Perbedaannya terletak pada
total jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) pada PAI dan AIK, jika PAI berjumlah 2 SKS yang
diberikan pada satu semester, umumnya di semester 1, sedangkan AIK berjumlah minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS. Mata kuliah AIK merupakan mata kuliah yang wajib di
tempuh oleh seluruh mahasiswa di PTM.
Masing-masing
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dapat berbeda dalam jumlah jam pembelajaran
dan total jumlah SKS AIK. Selain itu, pedoman AIK di PTM menetapkan tahapan
pembahasan AIK menjadi empat; AIK I (berisi kemanusiaan dan keimanan), AIK II
(Ibadah, akhlaq dan muamalah), AIK III (Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan
Ilmu Pengetahuan). Adapun tujuan pembelajaran AIK adalah bertujuan membentuk sarjana muslim yang mengenal diri dan
Tuhan, misi, tujuan dan manfaat hidupnya sebagaimana dituntunkan dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah. AIK II bertujuan (Majlis Dikti PP Muhammadiyah, 2013)
membentuk sarjana muslim yang taat dan
benar dalam beribadah, unggul dalam bermuamalah dan bermanfaat bagi masyarakat
dan lingkungan. AIK III bertujuan membentuk sarjana muslim sebagai kader
persyarikatan Muhammadiyah yang mampu ber-amar ma’ruf nahi ‘an munkar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. AIK
IV bertujuan membentuk sarjana muslim yang berjiwa dan berperilaku cendekia
(ulul albab).
Visi
pelaksanaan AIK 1 UM Metro di Pondok At-Tanwir sebagai pondok tempat mahasiswa
UM Metro belajar AIK 1 adalah terwujudnya kader Muhammadiyah yang beriman,
bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan berakhlak mulia. Sedangkan misinya
1) Melaksanakan kegiatan Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang memadukan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara selaras, serasi dan seimbang; 2) Mengajarkan dan mengamalkan
ajaran agama Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah; 3) Menciptakan,
mengembangkan, dan menyebarkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian; 4) Melaksanakan pembinaan
Kemuhammadiyahan secara terpadu, terencana, dan terlaksana dengan baik (Sujino,
2018). Selaras dengan tujuan AIK 1
terintegrasi dengan pondok.
Tujuan pendidikan AIK 1 UM Metro terumuskan menjadi tiga:
1.
Berkembangnya potensi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berakhlak mulia, cerdas,
beerilmu, cakap, kreatif dan mandiri senhingga terwujud masyaarakat Islam yang
sebenar-benarnya;
2.
Terwujudnya kemampuan penciptaan,
pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia;
3.
Terbinanya Keislaman dan
Kemuhammadiyahan yang mencerdaskan dan mencerahkan bagi seluruh civitas
akademik dan kehidupan yang lebih luas.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran AIK ala mondok adalah
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PTM yang wajib diikuti
seluruh mahasiswa muslim dan non muslim dan dilaksanakan di pondok pesantren
pimpinan Daerah Metro At Tanwir. Menariknya
belajar ala mondok di Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir ini, mahasiswa muslim
tidak hanya dituntut untuk mengetahui apa saja mengenai Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan, namun jauh lebih dalam, mereka akan dibimbing untuk
mempraktekkannya secara langsung apa yang telah mereka pelajari. Selain itu,
mereka juga akan dibimbing untuk melaksanakan ibadah harian yang bertujuan
untuk menguatkan iman mereka selaku umat muslim seperti sholat sunnah Dhuha,
sholat sunnah Tahajjud, sholat sunnah Al-Fajr, sholat sunnah Syuruq, dan
ibadah-ibadah lainnya. Sementara bagi mahasiswa non muslim perkuliahan ini
diwajibkan karena ini AIK adalah mata kuliah wajib yang harus di ikuti oleh
semua mahasiswa tetapi yang perlu dipahami
AIK bagi non muslim wajib dalam konteks akademik dan bukan dalam hal
keyakinan.
Hasil
Penelitian
Penelitian
ini di mulai dengan mendata jumlah seluruh mahasiswa non muslim dari tiap Fakultas
yang ada di UM Metro terkecuali Fakultas Agama Islam, kemudian melaksanakan
wawancara pada dua mahasiswa sebagai survey awal penjajagan persepsi, melakukan
wawancara dengan wakil Rektor IV bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan dan
kerjasama, dan wawancara dengan mudir pondok At-Tanwir tempat dimana mahasiswa
melaksanakan pembelajaran AIK 1. Belajar AIK ala mondok
ini pertama kali telah dilaksanakan pada Kamis, 1 Maret
2018, hingga tahun 2019 telah 3 periode dilaksanakan. Berdasarkan informasi yang dikutip dari direktur Pondok Pesantren (Pontren) AT-Tanwir
Muhammadiyah Kota Metro, (Sujino,2019) bahwa untuk menghadapi perkuliahan AIK 1 ini pihaknya sudah
mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai dari konsep perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi diakhir perkuliahan.
Berdasarkan informasi dari wakil Rektor IV bidang AIK dan Kerjasama (M. Ihsan Dacholfany, 2019) bahwa pelaksanaan
perkuliahan AIK 1 ala pondok ini memiliki beberapa tujuan yaitu mahasiswa akan
diasah kecerdasan intelektual, emosional, spritual dan Adversity Quotient
atau kecerdasan mengatasi kesulitan menjadi peluang meraih kesuksesan, dan Kecerdasan Kretifitas ”dan “Mudah-mudahan dengan lima kecerdasan itu kita menjadi orang-orang baik dan
tergolong orang yang sukses.” Selanjutnya melakukan penelitian mengumpulkan informasi dengan wawancara
mendalam dengan beberapa mahasiswa non muslim.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Persepsi
Mahasiswa non muslim terhadap program perkuliahan AIK ala Mondok di Pondok
At-Tanwir
Jumlah mahasiswa non muslim pada Tahun Ajaran 2019/2020 dari semua
fakultas yang ada di UM Metro seluruhnya berjumlah 24 mahasiswa. Penerapan program perkuliahan AIK 1 ala pondok berdasarkan berdasarkan wawancara kepada
seluruh mahasiswa non muslim, hampir seluruh mahasiswa non muslim menyatakan
setuju dengan dilaksanakannya program perkuliahan AIK ala mondok, beberapa mahasiswa menyatakan kurang setuju karena mereka
sedikit kurang nyaman dengan iklim dan rutinitas ala pondok yang tidak biasa mereka
lakukan, namun menurut penuturan dari mereka yang setuju, perkuliahan AIK ala
mondok baik secara langsung maupun tak langsung membawa manfaat bagi aplikasi ilmu, mengajarkan toleransi bagi mereka, belajar
hidup berdampingan dengan mahasiswa muslim, mengenal kebiasaan hidup mahasiswa
muslim, memahami waktu dan cara peribadatan mahasiswa muslim. Mendapatkan
pengalaman yang luar biasa seperti ini tentunya tidak dirasakan oleh mahasiswa
non muslim di kampus selain Muhammadiyah dan menurut mereka pelaksanaan di
pondok tidak menjadi
beban bagi mereka,
dan mereka merasa nyaman karena perlakuan pendamping (mushrif/musyrifah)
tidak membedakan mereka dalam hal perlakuan dan kesempatan untuk aktif dalam
perkuliahan dengan mahasiswa muslim dan fasilitas yang diterima mereka pun
sama.
Kebanyakan Mahasiswa non muslim menyatakan bahwa
dirinya merasa nyaman dan tidak terbebani dengan kewajiban menempuh mata kuliah
AIK yang notabene berbeda dari agama yang ia yakini, bahkan, pernyataan
tersebut didukung dengan argumen mahasiswa non muslim dari fakultas teknik
selaku penganut agama hindu bahwa “adalah sangat wajar jika UM Metro sebagai
kampus Islam mewajibkan mahasiswanya yang non muslim menempuh mata kuliah
keislaman karena mata kuliah ini tentu akan memberikan manfaat meskipun hanya
berupa pengetahuan tentang Islam”. Pernyataan dari mahasiswa lain bahwa
“belajar AIK 1 ala mondok sistem pembelajarannya tidak membosankan, seperti
belajar sambil bermain karena dosen pengajarnya bervariasi, terkadang bertemu
dosen yang tegas, terkadang dosennya humoris. Sering juga ada game dan pemberian reward bagi mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa non muslim yang
aktif atau mampu menjawab pertanyaan ataupun hanya sekedar meriview materi yang
sudah dibahas bersama, sehingga tidak ada kesenjangan bagi kami mahasiswa non
muslim” penilaian positif lain dari mahasiswa non muslim adalah mereka secara
tidak langsung belajar bahwasanya waktu-waktu ibadah dalam Islam itu
mengajarkan untuk manusia berdisiplin, mengalahkan malas dan harus memenuhi
panggilan Tuhan untuk beribadah ketika adzan sudah berkumandang.
Kode etik yang perlu di garis bawahi yaitu kampus juga melarang dosen
maupun mahasiswa mengajak mahasiswa non muslim untuk masuk Islam, karena jika
hal itu terjadi tentunya harus berdasarkan pada pemahaman mereka tentang Islam,
kemauan dan kerelaan hati mahasiswa yang bersangkutan, tapi setidaknya setelah
mengikuti perkuliahan AIK, Mahasiswa non muslim, penganut Protestan, misalnya,
tetap menjadi umat protestan yang baik. Jadi mereka memahami sepenuhnya bahwa
mengikuti AIK ala mondok wajib bagi
seluruh mahasiswa tak terkecuali, mereka bersama harus bisa mengaji substansi
AIK 1, tahu ilmu agama Islam meski dalam
konteks akademik saja.
Gambar Mahasiswa Saat
Perkuliahan AIK di Pondok
Gambar
Dosen saat mengajar AIK di pondok
Persepsi
Mahasiswa non muslim tentang Ajaran Islam Setelah Mengikuti perkuliahan AIK ala Mondok di Pondok
At-Tanwir
Keberadaan UM Metro tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik,
melainkan juga institusi kepanjangan tangan dakwah Muhammadiyah, sesuai dengan
ciri yang melekat pada perguruan tinggi
Muhammadiyah adalah keikutsertaannya dalam lembaga dakwah, karena itu
upaya untuk melahirkan, memperbanyak
dan meningkatkan kualitas kader-kader Muhammadiyah. Sesuai dengan hal itu,
upaya maksimal untuk melahirkan kader-kader Muhammadiyah melalui proses
pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah harus diupayakan melalui berbagai
usaha termasuk melalui pendidikan dan pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan
(AIK) ala mondok.
Perkuliahan AIK memegang peranan yang sangat penting
untuk membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang menjadi tolak
ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah terletak pada
perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa, walaupun UM
Metro lebih khusus AIK sudah jelas bahwasanya lembaga yang bernafaskan Islam,
akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa muslim saja, mahasiswa non muslim
juga berhak untuk menjadi akademisi yang mulia dan berkarakter.
Belajar ala mondok di Pesantren
Muhammadiyah At-Tanwir ini, mahasiswa muslim tidak hanya dituntut untuk
mengetahui apa saja mengenai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, namun jauh lebih
dalam, mereka akan dibimbing untuk mempraktekkannya secara langsung apa yang
telah mereka pelajari,
sementara bagi mahasiswa
non muslim perkuliahan ini diwajibkan karena ini AIK adalah mata kuliah wajib
yang harus di ikuti oleh semua mahasiswa UM Metro, tetapi yang perlu dipahami AIK bagi non muslim wajib dalam konteks
akademik saja dan bukan dalam hal keyakinan.
Substansi
dari perkuliahan AIK 1 (manusia dan ketuhanan) yakni membahas tentang Islam
sebagai way of life, membahas tentang hakikat manusia dan keberadaan
manusia di dunia, tauhid (mengesakan Allah), aqidah (Rububbiyah, uluhiyah,
asma’ wa sifat), iman dan pengaruhnya bagi manusia, syiriq (menyekutukan
Allah) dan bahayanya bagi manusia. Pembahasan tersebut merupakan dasar yang
sangat penting untuk dipelajari secara mendalam oleh seluruh mahasiswa tak
terkecuali bagi penganut agama lain agar setiap pribadi dapat mengambil
pelajaran.
Pernyataan
dari beberapa mahasiswa non muslim setelah pelaksanaan AIK 1 ala mondok mereka menyatakan bahwa semua hal dipelajari dalam Islam secara rigit,
mereka pun faham bahwasanya hakikat manusia diciptakan Tuhan ke dunia fana ini
adalah untuk beribadah dan sebagai khalifah, memberi manfaat bagi orang lain,
bermuamalah secara baik. Hal ini menjadi
motivasi bagi mereka. Ada pernyataan lain dari mahasiswa non muslim prodi
manajemen bahwa “pola hidup Islam dasarnya bersih dan sehat karena secara
visual saja yang terlihat mahasiswa
muslim berwudhu 5 kali sehari, melakukan gerakan ibadah sama seperti sedang
olahraga” da nada pula yang
menyatakan “ pembahasan tentang tauhid dan syiriq, ketika pembahasannya
disandingkan, ini benar-benar memberikan
pelajaran bahwa tauhid adalah mengesakan Allah dan haram hukumnya melakukan
syirik (menyekutukan, menduakan Allah), larangan menyembah berhala, bersekutu dengan
syeitan, ke dukun, menyembah berhala/ batu, benar-benar membuat kami berfikir,
tuturnya”
Dengan demikian setelah melaksanakan perkuliahan AIK ala mondok, persepsi
mahasiswa mahasiswa non muslim terhadap ajaran Islam kian positif, merekapun
memahami bahwa di dalam ajaran Islam segala sesuatu dipelajari dari hal yang
terkecil sampai yang besar, bahkan do’a-do’a harian dalam setiap aktivitas dari
mulai muslim bangun tidur hingga akan tidur kembalipun ada tuntunannya, ibadah
ada yang wajib dan sunnah pun pada akhirnya dipahami oleh mereka mahasiswa non
muslim. Perkuliahan AIK 1 ala mondok membawa kesan mendalam bagi mahasiswa non
muslim, karena menurut mereka ini pengalaman yang luar biasa yang mungkin tidak
akan pernah mereka rasakan ketika mereka tidak kuliah di Universitas
muhammadiyah Metro Lampung.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
Persepsi mahasiswa non muslim Universitas Muhammadiyah Metro terhadap
program perkuliahan AIK ala mondok, sebagian besar menyatakan setuju dan
beberapa mahasiswa menyatakan kurang setuju karena mereka sedikit kurang nyaman
dengan iklim dan rutinitas ala pondok yang tidak biasa mereka lakukan, namun
menurut Mahasiswa yang setuju
perkuliahan AIK ala mondok baik secara langsung maupun tidak langsung membawa manfaat bagi aplikasi ilmu, mengajarkan toleransi bagi mereka, belajar
hidup berdampingan dengan mahasiswa muslim, mengenal kebiasaan hidup mahasiswa
muslim, memahami waktu dan cara peribadatan mahasiswa muslim. Mendapatkan
pengalaman yang luar biasa seperti ini tentunya tidak dirasakan oleh mahasiswa
non muslim di kampus selain Muhammadiyah.
2.
Persepsi mahasiswa non muslim Universitas Muhammadiyah Metro terhadap
ajaran Islam setelah mereke melaksanakan perkuliahan AIK ala mondok kian
positif, merekamemahami bahwa di dalam ajaran Islam segala sesuatu dipelajari
secara rigit, mulai dari hal yang terkecil sampai yang besar, bahkan do’a-do’a
harian dalam setiap aktivitas dari mulaii muslim bangun tidur hingga akan tidur
kembalipun ada tuntunannya, ibadah ada yang wajib dan sunnah pun pada akhirnya
dipahami oleh mereka mahasiswa non muslim dan Perkuliahan AIK 1 ala mondok
membawa kesan mendalam bagi mahasiswa non muslim, karena menurut mereka ini
pengalaman yang luar biasa yang mungkin tidak akan pernah mereka rasakan ketika
mereka tidak kuliah di universitas Muhammadiyah Metro.
DAFTAR
PUSTAKA
Augustin Falah Pawaka, Konstruksi Skala Sikap terhadap
Pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) bagi Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah, The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Abdul
Rachman Shaleh, Muhbib Abdul Wawab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2009.
Bimo Walgito, Psikologi Sosial,
Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Darwis
Muhdina, Orang-Orang Non Muslim Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al-Jurnal
Adyaan, Volume I, Nomor 2, Desember 2015
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,Bandung:
CV Diponegoro, 2010.
Faridi,
Persepsi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Al Islam Dan Kemuhammadiyahan (Aik)
: Internalisasi Nilai-Nilai Aik Bagi
Mahasiswa, Jurnal PROGRESIVA UMM Vol. 4, No.1, Agustus 2010.
KBBI,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, Available
at:http//kbbi.web.id/pusat. (di akses 14 Januari 2020).
Lexy
J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005.
M.
Ihsan Dacholfany (Wakil Rektor bidang AIK dan Kerjasama), Wawancara
Pembelajaran AIK 1, 4 Nopember 2019.
Mif
Baihaqi, dkk, Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan),Bandung:
Refika Aditama, 2005.
Mir’atun
Nisa’, Ekspektasi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Al-Islam Dan
Kemuhammadiyahan, Prosiding Seminar Nasional Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,
ISBN: 978-602-361-188-1.
Muhammad Utsman Najati, Konsep
Psikologi Islam, Jakarta:Cendekia, 2001.
Muhammad Syahrul Kahar, Daeng Pabalik, Profil
Pendidikan Karakter Mahasiswa Non Muslim dalam
Implementasi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Jurnal Al-hayat , Volume
02, Nomor 01, Juni 2018: 79-89.
Musthafa
Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam,Yogyakarta:LPPI,
2000.
Noor
Amirudin, Peran Pendidikan Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan
Perilaku Keberagamaan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik, Didaktika,
Vol. 23, Nomor 1, September 2016.
Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta, 2015
Sujino,
Standar Pengelolaan Pelaksanaan Perkuliahan Mata Kuliah AIK I , Metro:
Ponpes At tanwir, 2018
Sujino,
Wawancara Mudir Ponpes At-Tanwir, 2019.
Syamsul
Arifin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Sesuai KKNI disampaikan
dalam Workshop Kurikulum Pendidikan Tinggi Direktorat BELMAWA-DIKTI, 2018.
Tim
Pedoman AIK Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Pedoman Pendidikan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, (Majlis Dikti PP
Muhammadiyah: Yogyakarta, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar