Kamis, 29 Juli 2021

PERSEPSI MAHASISWA NON MUSLIM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROGRAM PERKULIAHAN AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) ALA MONDOK

 PERSEPSI MAHASISWA NON MUSLIM  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROGRAM PERKULIAHAN AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) ALA MONDOK 

Muhammad Ihsan Dacholfany

mihsandacholfany@yahoo.com

Iswati

iswati@ummetro.ac.id

Renci

Rencienci04@gmail.com

Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung

 

Abstract

                                                                                                              

            Muhammadiyah Metro University is a universal university or in the sense that non-Muslim students are allowed to study at Muhammadiyah Metro University. However, Muhammadiyah Metro University has certain policies in the administration of Al-Islam and Muhammadiyah Studies (AIK)  lectures which are one of the characteristics of Muhammadiyah Higher Education, which is mandatory for all students, both Muslim and non-Muslim.

The purpose of this study was to describe the perceptions of non-Muslim students towards al-Islam and Muhammadiyah lectures and to find out the perceptions of non-Muslim students towards Islamic teachings after attending the Al Islam and Muhammadiyah  Studies (AIK) lectures. The target output is scientific publications in ISSN scientific journals. The long-term target after this research is to formulate AIK learning designs and methods that can attract Muslim students in general and non-Muslims in particular in order to increase learning motivation.

This research is a qualitative research category with descriptive research type. Qualitative research is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or spoken words from people and observable behavior. In this study, researchers selected informants using a purposive sampling method. Purposive sampling is the selection of samples by aligning the objectives of the study and the samples taken. The samples are several non-Muslim students who have taken the Al Islam and Muhammadiyah  Studies (AIK) 1 course.

            The results showed that the perception of non-Muslim students towards the AIK lecture program ala Mondok, most of them agreed and a small proportion disagreed, the perception of non-Muslim students towards Islamic teachings after implementing Al Islam and Muhammadiyah  Studies (AIK) ala Mondok, their knowledge of Islam expanded, and understood that everything in In Islam there is guidance and lectures in AIK style are the uniqueness of Muhammadiyah Metro University.

 

Keywords: Student Perception, Non-Muslim, Learning, Al Islam Kemuhammadiyahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

 

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, beraqidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai gerakan dakwah Islam Muhammadiyah memiliki tujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, 2000). Ruang lingkup gerakan Muhammadiyah setidaknya dapat dikelompokkan menjadi: 1)Bidang pendidikan 2) Bidang keagamaan dan 3) Bidang kemasyarakatan.

Universitas Muhammadiyah Metro yang selanjutnya disingkat dengan UM Metro yang berada di kota Metro Lampung yang merupakan salah satu perguruan tinggi dari Amal Usaha Muhammadiyah yang keberadaannya  memiliki peran ganda, yaitu di samping bergerak di bidang pendidikan (Transfer Of Knowledge) juga memiliki misi keagamaan (Transfer of Value) atau dengan istilah lain UM Metro tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik, melainkan juga institusi kepanjangan tangan dakwah Muhammadiyah, terutama dakwah kepada civitas akademika yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa dan masyarakat sekitar, artinya UM Metro memiliki fungsi sebagai lembaga dakwah Muhammadiyah dalam mencapai tujuan utama Muhammadiyah lewat bidang pendidikan guna mewujudkan masyarakat yang sebenar-benarnya. 

Salah satu ciri yang melekat pada perguruan tinggi  Muhammadiyah (PTM) adalah keikutsertaannya dalam lembaga dakwah sebagai upaya untuk   melahirkan, memperbanyak dan meningkatkan kualitas kader-kader Muhammadiyah. Sesuai dengan hal itu, upaya maksimal untuk melahirkan kader-kader Muhammadiyah melalui proses pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah harus diupayakan melalui berbagai usaha terutama melalui pendidikan dan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Pembelajaran AIK di PTM menempati posisi strategis, bahkan, menjadi ruh penggerak dan menjadi misi utama penyelenggaraan PTM.

Pendidikan Al-Islam dan Kemuhamadiyahan (AIK) juga menjadi kekuatan PTM, karena dapat menjadi basis kekuatan spiritual, moral dan intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas  akademika. Pendidikan AIK juga sebagai identitas karakter civitas akademika PTM, yaitu sebagai muslim yang berkemajuan,berakhlakul karimah, berjiwa philantropis, memiliki jiwa kepemimpinan dan kepedulian terhadap persoalan umat dan bangsa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Dalam pelaksanannya, sudah ada beberapa PTM sudah melakukan konsep kampus Islami dengan bentuk beragam, model dan mekanisme yang variatif, namun tetap harus dalam koridor Islami sebagaimana karakter Muhammadiyah.

 Sesuai Pedoman Pendidikan AIK Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tim Majlis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah jumlah jam pembelajaran  dan SKS masing-masing PTM dapat berbeda,  minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS (Majlis Dikti PP Muhammadiyah, 2013). AIK merupakan salah satu ciri dari perguruan tinggi Muhammadiyah yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baik yang beragama Islam maupun yang beragama non-Islam. AIK bisa dikatakan sejenis Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum, perbedaannya Pendidikan Agama Islam cukup diberikan hanya satu semester, sementara AIK diberikan selama empat semester dengan penjenjangan yaitu AIK I, AIK II, AIK III dan AIK IV.

Sebagai kampus Muhammadiyah, UM Metro melaksanakan Catur Dharma Perguruan Tinggi dalam fungsi keberadaannya sebagai institusi Perguruan Tinggi, berbeda dengan PTN atau PTS non Muhammadiyah, UM Metro tidak saja mewujudkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengadian, tetapi juga harus melakukan proses pembinaan karakter yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam. Sesuai dengan Catur Darma Perguruan Tinggi tersebut, UM Metro tidak membatasi pada kelompok tertentu tapi bersifat universal, artinya UM Metro terbuka pada setiap kelompok, baik aliran tertentu dalam Islam maupun non Islam.  menyikapi berbagai kelompok agama yang berbeda dengan visi misi Muhammadiyah, maka Universitas Muhammadiyah Metro memiliki kebijakan-kebijakan tertentu dalam penyelenggaraan perkuliahan AIK. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah dengan mewajibkan setiap  mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa non muslim untuk menempuh mata kuliah AIK.

Menyadari peran ganda yang diemban oleh UM Metro sebagaimana yang telah disinggung di atas serta didukung dengan adanya mahasiswa non muslim yang menuntut ilmu di UM Metro, maka  UM Metro khususnya wakil rektor IV bidang AIK terus melakukan koreksi akan metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga di tahun 2018 Universitas Muhammadiyah Metro telah melakukan kerjasama dengan Pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir dalam rangka membangun jiwa mahasiswa yang Islami yang kokoh dengan menerapkan belajar AIK ala mondok baik bagi mahasiswa muslim dan non muslim. Pembelajaran ini berlangsung selama kurang lebih lima hari empat malam di Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir. Selama disana, seluruh mahasiswa UM  Metro khususnya yang saat ini sedang duduk di semester satu akan belajar mengenai AIK 1.

Salah satu mahasiswa non muslim menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman dan tidak terbebani dengan kewajiban menempuh mata kuliah AIK yang notabene berbeda dari agama yang ia yakini. Pendapat dari informan awal tentu tidak dapat mewakili pendapat pendapat serta argumen dari mahasiswa non muslim lainnya tentang keberadaan mata kuliah AIK 1 yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa di lingkungan Universitas Muhammadiyah Metro. Berdasarkan uraian di atas maka tulisan ini  mengemas lebih mendalam tentang Persepsi Mahasiswa Non Muslim UM Metro Terhadap Program Pembelajaran AIK Ala Mondok

 

Rumusan Penelitian                  

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan:

1.    Bagaimana persepsi Mahasiswa Non Muslim Terhadap Perkuliahan Al Islam dan Kemuhammadiyahan ala mondok ?

2.    Bagaimanan persepsi Mahasiswa Non Muslim terhadap Ajaran Agama  Islam sesudah mengikuti Perkuliahan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)?

 

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini termasuk kategori penelitian kualitatif denganjenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun materi dalam penelitian ini adalah membahas persepsi mahasiswa non muslim terhadap perkuliahan AIK 1 ala Mondok yang wajib diambil oleh semua mahasiswa yang berkuliah di UM Metro. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa non muslim dan Perkuliahan AIK 1. Persespsi di sini adalah bagaimana pandangan positif atau negative mahasiswa non muslim setelah melalui  proses pembelajaran mata kuliah AIK 1  sedangkan mata kuliah AIK di sini adalah mata kuliah yang memuat materi tentang keislaman. Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan tahap-tahap analisis data sebagai berikut: Classifying, Coding, Editing, Interpreting.

 

Pembahasan

Persepsi

Persepsi  berasal dari bahasa Latin , perceptio, percipio yang artinya  tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah “Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Eysenck dalam (Asrori, 2009) persepsi adalah proses belajar dan pengalaman. Hasil proses belajar dan interaksi seseorang akan memberikan pengalaman bagi dirinya untuk dapat membandingkan keadaan yang dihadapi.

Slameto (2015)  mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya pesan dan informasi ke dalam otak manusia, sedangkan menurut Abdurahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab (2004:88) persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indra seseorang (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk sadar akan dirinya sendiri.

Berdasarkan beberapa perspektif mengenai persepsi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya persepsi bukan sekedar proses pengindraan saja, tetapi ada unsur interpretasi di dalamnya. Persepsi juga merupakan sebuah proses pengamatan individu terhadap segala sesuatu yang ada di dalam lingkungannya. Persepsi individu muncul karena adanya aktivitas mengindra, menginterpretasikan dan memberi penilaian terhadap objek-objek fisik maupun social yang ada di lingkungannya.

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a)    Persepsi visual yaitu persepsi yang didapatkan dari penglihatan.,

b)   Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga,

c)    Persepsi perabaan yaitu persepsi yang didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

d)   Persepsi penciuman adalah persespsi yang didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.,

e)    Persepsi pengecapan

Persepsi  dalam Islam adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam bahasa Al-Qur’an, beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan. Dalam firman Allah  artinya  dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.    (Q.S. Al-Mukminun ayat 12-24)

Proses persepsi dilalui dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu indera, yang tidak langsung berfungsi setelah dia lahir, tetapi akan berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya (Najati, 2001). Di dalam Al-Qur‟an terdapat terdapat beberapa ayat yang maknanya berkaitan dengan panca indera yang dimiliki manusia, antara lain dalam QS. An-Nahl ayat 78 yaitu : Artinya : dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, persepsi mengandung pengertian yang sangat luas menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, namun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

 

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Bimo Walgito (1991,54) mengemukakan tiga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi yaitu:

a.    Stimulus yang kuat, stimulus yang melampaui lambang stimulus kejelasan akan banyak pengaruh terhadap persepsi.

b.    Fisiologis dan psikologis, jika system fisiologisnya terganggu hal ini akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, segi psikologis yang menyangkut pengalaman, perasaan kemampuan berfikir dan sebagainya juga akan berpengaruh pada seseorang dalam mempersepsi

c.    Faktor lingkungan, situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan mempengaruhi persepsi.

 

Proses Terjadinya Persepsi

Tahap awal dari proses persepsi adalah sensasi. Sensasi merupakan kesadaran akan adanya suatu rangsang. Semua rangsang masuk ke dalam diri seseorang melalui panca indera, yang kemudian diteruskan ke otak yang menjadikan sadar akan adanya rangsang tersebut, rangsang yang sekedar masuk dalam diri seseorang tetapi hanya menyadarinya tanpa mengerti atau memahami rangsang tersebut disebut sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman atau pengertian tentang rangsang itu disebut persepsi (Mif Baihaqi, 2005, 63).

Proses terjadinya persepsi yaitu objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus  mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat inderamerupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya beradaptasi dengan satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapat respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan (Bimo Walgito, 1991, 71).

Bagi kebanyakan orang sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun, informasi yang dating dari organ-organ indera perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti dan proses ini dinamakan persepsi. Menurut Pareek proses persepsi terbagi menjadi 5, sebagai berikut:

1)        Proses menerima rangsangan, menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera.

2)        Proses menyeleksi rangsangan, setelah diterima rangsangan atau data diseleksi tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3)        Proses pengorganisasian, rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam bentuk pengelompokkan

4)        Proses penafsiran, setelah rangsangan atau data diterima, si penerima lalu menafsirkan data itu. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Pada dasarnya persepsi memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa proses persepsi merupakan komponen pengamatan yang di dalam proses itu melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus. Adapun indikator persepsi yang diukur ada tiga:

1.        Seleksi (Selection)

       Seleksi adalah tindakan memperhatikan rangsangan tertentu dalam lingkungan. Hal ini merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, pada saat pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyan.

2.        Organisasi (Organization)

       Setelah menyeleksi informasi di lingkungan, kita mengorganisasikannya dengan merangkainya sehingga menjadi bermakna

3.        Interpretasi (Interpretation)

       Interpretasi adalah proses subjektif dari menjelaskan persepsi ke dalam cara yang dimengerti. Dalam hal ini bias berupa tindakan atau reaksi yang muncul dari mahasiswa non muslim berupa tindakan-tindakan yang menunjang kearah tercapainya kemampuan untuk menginterpretasi terkait pembelajaran AIK ala mondok. Seperti penambah pengetahuan tentang Islam, tata cara kehidupan dan ibadah dalam Islam apabila  mahasiswa non muslim  tersebut mempunyai persepsi positif, akan tetapi jika jika mahasiswa mempunyai persepsi negative terhadap pembelajaran AIK muncul berupa tindakan acuh, tidak perduli terhadap mata kuliah AIK.

 

 

 

Mahasiswa Non Muslim

Mahasiswa secara harfiah adalah adalah seseorang yang belajar baik di sekolah tinggi, institute, universitas, akademi maupun di perguruan tinggi. Definisi mahasiswa sendiri adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi setelah menamatkan Sekolah Menengah  Atas (SMA). Menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2019 ) mahasiswa adalah seseorang yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Di dalam dunia pendidikan, status mahasiswa adalah status tertinggi seorang murid di dunia pendidikan, dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang belajar di bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan tertentu.

Dalam konteks Al-Qur’an istilah non muslim mengacu pada apa yang disebut kafir. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengakui keimanannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. (Darwis Muhdina, 2015), Kata kafir secara etimologis memiliki arti menutup diri, melepas diri, menghapus atau menyembunyikan kebaikan yang telah diterimanya dan dari segi akidah, kafir berarti orang-orang yang kehilangan imannya. Sementara secara terminologis, pengertian kafir adalah orang yang ingkar terhadap kebenaran Islam, sedangkan istilah kafir dalam Al-Qur’an merujuk pada suatu perbuatan yang berhubungan secara langsung dengan Allah, namun semua hubungan tersebut bersifat negatif, seperti mengingkari nikmatnya, lari dari tanggung jawab, penolakan atau pembangkangan terhadap hokum Allah dan meninggalkan amal saleh yang diperintahkan oleh Allah. Secara keseluruhan dari 525 kali kata kafir dalam berbagai derivasinya, arti yang paling dominan adalah pendustaan atau pengingkaran terhadap Allah dan Rasul-Nya, khususnya kepada Nabi Muhammad beserta ajaran yang dibawanya.

Istilah kafir dengan non muslim dalam arti yang luas adalah sama, yakni orang yang tidak menganut agama Islam, tentu saja maksudnya tidak hanya mengarah pada satu agama saja, tetapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an menyebut kelompok non muslim ini secara umum sebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yahudi, orang-orang shaabi’in, orang-orang nasrani, orang-orang majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan diantara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu” (QS. Al-Hajj:17).

Berdasarkan uraian di atas yang di maksud mahasiswa non muslim meliputi  seluruh mahasiswa di luar agama Islam yang aktif dan  sedang menempuh mata kuliah AIK 1 pada semester awal. Sedangkan Persepsi dalam penelitian ini merupakan penilaian subyektif dari masing-masing  mahasiswa non muslim terhadap model pembelajaran AIK 1, terhadap metode dan pelaksanaan AIK 1 ala mondok.

 

 

 

Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ala Mondok

Al Islam dan kemuhammadiyahan (AIK) pada perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) mempunyai kedudukan sebagai pembelajaran formal yang ditetapkan sebagai mata kuliah sebagaimana mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi di Indonesia yang bersifat wajib bagi pemeluk agama Islam.  Perbedaannya terletak pada total jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) pada PAI dan AIK, jika PAI  berjumlah 2 SKS yang diberikan pada satu semester, umumnya di semester 1, sedangkan AIK berjumlah minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS. Mata kuliah AIK merupakan mata kuliah yang wajib di tempuh oleh seluruh mahasiswa di PTM.

Masing-masing Perguruan Tinggi Muhammadiyah dapat berbeda dalam jumlah jam pembelajaran dan total jumlah SKS AIK. Selain itu, pedoman AIK di PTM menetapkan tahapan pembahasan AIK menjadi empat; AIK I (berisi kemanusiaan dan keimanan), AIK II (Ibadah, akhlaq dan muamalah), AIK III (Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan Ilmu Pengetahuan). Adapun tujuan pembelajaran AIK adalah bertujuan membentuk sarjana muslim yang mengenal diri dan Tuhan, misi, tujuan dan manfaat hidupnya sebagaimana dituntunkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. AIK II bertujuan (Majlis Dikti PP Muhammadiyah, 2013) membentuk sarjana muslim  yang taat dan benar dalam beribadah, unggul dalam bermuamalah dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. AIK III bertujuan membentuk sarjana muslim sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah yang mampu ber-amar ma’ruf nahi ‘an munkar  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. AIK IV bertujuan membentuk sarjana muslim yang berjiwa dan berperilaku cendekia (ulul albab).

Visi pelaksanaan AIK 1 UM Metro di Pondok At-Tanwir sebagai pondok tempat mahasiswa UM Metro belajar AIK 1 adalah terwujudnya kader Muhammadiyah yang beriman, bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan berakhlak mulia. Sedangkan misinya 1) Melaksanakan kegiatan Pendidikan Tinggi Muhammadiyah yang memadukan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan ilmu pengetahuan dan teknologi secara selaras, serasi dan seimbang; 2) Mengajarkan dan mengamalkan ajaran agama Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah; 3) Menciptakan, mengembangkan, dan menyebarkan  ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; 4) Melaksanakan pembinaan Kemuhammadiyahan secara terpadu, terencana, dan terlaksana dengan baik (Sujino, 2018).  Selaras dengan tujuan AIK 1 terintegrasi dengan pondok.

          Tujuan pendidikan AIK 1 UM Metro terumuskan menjadi tiga:

1.    Berkembangnya potensi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berakhlak mulia, cerdas, beerilmu, cakap, kreatif dan mandiri senhingga terwujud masyaarakat Islam yang sebenar-benarnya;

2.    Terwujudnya kemampuan penciptaan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara, dan umat manusia;

3.    Terbinanya Keislaman dan Kemuhammadiyahan yang mencerdaskan dan mencerahkan bagi seluruh civitas akademik dan kehidupan yang lebih luas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran AIK ala mondok adalah pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PTM yang wajib diikuti seluruh mahasiswa muslim dan non muslim dan dilaksanakan di pondok pesantren pimpinan Daerah Metro At Tanwir. Menariknya belajar ala mondok di Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir ini, mahasiswa muslim tidak hanya dituntut untuk mengetahui apa saja mengenai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, namun jauh lebih dalam, mereka akan dibimbing untuk mempraktekkannya secara langsung apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, mereka juga akan dibimbing untuk melaksanakan ibadah harian yang bertujuan untuk menguatkan iman mereka selaku umat muslim seperti sholat sunnah Dhuha, sholat sunnah Tahajjud, sholat sunnah Al-Fajr, sholat sunnah Syuruq, dan ibadah-ibadah lainnya. Sementara bagi mahasiswa non muslim perkuliahan ini diwajibkan karena ini AIK adalah mata kuliah wajib yang harus di ikuti oleh semua mahasiswa tetapi yang perlu dipahami  AIK bagi non muslim wajib dalam konteks akademik dan bukan dalam hal keyakinan.

 

Hasil Penelitian

Penelitian ini di mulai dengan mendata jumlah seluruh mahasiswa non muslim dari tiap Fakultas yang ada di UM Metro terkecuali Fakultas Agama Islam, kemudian melaksanakan wawancara pada dua mahasiswa sebagai survey awal penjajagan persepsi, melakukan wawancara dengan wakil Rektor IV bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan dan kerjasama, dan wawancara dengan mudir pondok At-Tanwir tempat dimana mahasiswa melaksanakan pembelajaran AIK 1. Belajar AIK ala mondok ini pertama kali telah dilaksanakan pada Kamis, 1 Maret 2018, hingga tahun 2019 telah 3 periode dilaksanakan. Berdasarkan  informasi yang dikutip dari direktur Pondok Pesantren (Pontren) AT-Tanwir Muhammadiyah Kota Metro, (Sujino,2019) bahwa untuk menghadapi perkuliahan AIK 1 ini pihaknya sudah mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai dari konsep perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi diakhir perkuliahan.

Berdasarkan informasi dari wakil Rektor IV bidang AIK dan Kerjasama (M. Ihsan Dacholfany, 2019) bahwa pelaksanaan perkuliahan AIK 1 ala pondok ini memiliki beberapa tujuan yaitu mahasiswa akan diasah kecerdasan intelektual, emosional, spritual dan Adversity Quotient atau kecerdasan mengatasi kesulitan menjadi peluang meraih kesuksesan, dan Kecerdasan Kretifitas ”dan “Mudah-mudahan dengan lima kecerdasan itu kita menjadi orang-orang baik dan tergolong orang yang sukses.” Selanjutnya melakukan penelitian mengumpulkan informasi dengan wawancara mendalam dengan beberapa mahasiswa non muslim.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

 

Persepsi Mahasiswa non muslim terhadap program perkuliahan AIK ala Mondok di Pondok At-Tanwir

Jumlah mahasiswa non muslim pada Tahun Ajaran 2019/2020 dari semua fakultas yang ada di UM Metro seluruhnya berjumlah 24 mahasiswa. Penerapan program perkuliahan AIK 1 ala pondok berdasarkan berdasarkan wawancara kepada seluruh mahasiswa non muslim, hampir seluruh mahasiswa non muslim menyatakan setuju dengan dilaksanakannya program perkuliahan AIK ala mondok, beberapa mahasiswa menyatakan kurang setuju karena mereka sedikit kurang nyaman dengan iklim dan rutinitas ala pondok yang tidak biasa mereka lakukan, namun menurut penuturan dari mereka yang setuju, perkuliahan AIK ala mondok baik secara langsung maupun tak langsung membawa manfaat bagi aplikasi ilmu,  mengajarkan toleransi bagi mereka, belajar hidup berdampingan dengan mahasiswa muslim, mengenal kebiasaan hidup mahasiswa muslim, memahami waktu dan cara peribadatan mahasiswa muslim. Mendapatkan pengalaman yang luar biasa seperti ini tentunya tidak dirasakan oleh mahasiswa non muslim di kampus selain Muhammadiyah dan menurut mereka pelaksanaan di pondok tidak menjadi beban bagi mereka, dan mereka merasa nyaman karena perlakuan pendamping (mushrif/musyrifah) tidak membedakan mereka dalam hal perlakuan dan kesempatan untuk aktif dalam perkuliahan dengan mahasiswa muslim dan fasilitas yang diterima mereka pun sama.

Kebanyakan Mahasiswa non muslim menyatakan bahwa dirinya merasa nyaman dan tidak terbebani dengan kewajiban menempuh mata kuliah AIK yang notabene berbeda dari agama yang ia yakini, bahkan, pernyataan tersebut didukung dengan argumen mahasiswa non muslim dari fakultas teknik selaku penganut agama hindu bahwa “adalah sangat wajar jika UM Metro sebagai kampus Islam mewajibkan mahasiswanya yang non muslim menempuh mata kuliah keislaman karena mata kuliah ini tentu akan memberikan manfaat meskipun hanya berupa pengetahuan tentang Islam”. Pernyataan dari mahasiswa lain bahwa “belajar AIK 1 ala mondok sistem pembelajarannya tidak membosankan, seperti belajar sambil bermain karena dosen pengajarnya bervariasi, terkadang bertemu dosen yang tegas, terkadang dosennya humoris. Sering juga ada game dan pemberian reward bagi mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa non muslim yang aktif atau mampu menjawab pertanyaan ataupun hanya sekedar meriview materi yang sudah dibahas bersama, sehingga tidak ada kesenjangan bagi kami mahasiswa non muslim” penilaian positif lain dari mahasiswa non muslim adalah mereka secara tidak langsung belajar bahwasanya waktu-waktu ibadah dalam Islam itu mengajarkan untuk manusia berdisiplin, mengalahkan malas dan harus memenuhi panggilan Tuhan untuk beribadah ketika adzan sudah berkumandang.

Kode etik yang perlu di garis bawahi yaitu kampus juga melarang dosen maupun mahasiswa mengajak mahasiswa non muslim untuk masuk Islam, karena jika hal itu terjadi tentunya harus berdasarkan pada pemahaman mereka tentang Islam, kemauan dan kerelaan hati mahasiswa yang bersangkutan, tapi setidaknya setelah mengikuti perkuliahan AIK, Mahasiswa non muslim, penganut Protestan, misalnya, tetap menjadi umat protestan yang baik. Jadi mereka memahami sepenuhnya bahwa mengikuti AIK ala mondok  wajib bagi seluruh mahasiswa tak terkecuali, mereka bersama harus bisa mengaji substansi AIK 1,  tahu ilmu agama Islam meski dalam konteks akademik saja.

 

Gambar Mahasiswa Saat Perkuliahan AIK di Pondok

http://attanwirmetro.or.id/wp-content/uploads/2018/04/IMG_20180423_062703.jpg

 

 

 

Pondok Pesantren Muhammadiyah at-Tanwir Metro – PONDOK PESANTREN ...

 

 

 

 

 

 

Gambar Dosen saat mengajar AIK di pondok

 

Persepsi Mahasiswa non muslim tentang Ajaran Islam Setelah Mengikuti  perkuliahan AIK ala Mondok di Pondok At-Tanwir

Keberadaan UM Metro tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik, melainkan juga institusi kepanjangan tangan dakwah Muhammadiyah, sesuai dengan ciri yang melekat pada perguruan tinggi  Muhammadiyah adalah keikutsertaannya dalam lembaga dakwah, karena itu upaya untuk   melahirkan, memperbanyak dan meningkatkan kualitas kader-kader Muhammadiyah. Sesuai dengan hal itu, upaya maksimal untuk melahirkan kader-kader Muhammadiyah melalui proses pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah harus diupayakan melalui berbagai usaha termasuk melalui pendidikan dan pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ala mondok.

Perkuliahan  AIK memegang peranan yang sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa, walaupun UM Metro lebih khusus AIK sudah jelas bahwasanya lembaga yang bernafaskan Islam, akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa muslim saja, mahasiswa non muslim juga berhak untuk menjadi akademisi yang mulia dan berkarakter.

Belajar ala mondok di Pesantren Muhammadiyah At-Tanwir ini, mahasiswa muslim tidak hanya dituntut untuk mengetahui apa saja mengenai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, namun jauh lebih dalam, mereka akan dibimbing untuk mempraktekkannya secara langsung apa yang telah mereka pelajari, sementara bagi mahasiswa non muslim perkuliahan ini diwajibkan karena ini AIK adalah mata kuliah wajib yang harus di ikuti oleh semua mahasiswa UM Metro,  tetapi yang perlu dipahami  AIK bagi non muslim wajib dalam konteks akademik saja dan bukan dalam hal keyakinan.

Substansi dari perkuliahan AIK 1 (manusia dan ketuhanan) yakni membahas tentang Islam sebagai way of life, membahas tentang hakikat manusia dan keberadaan manusia di dunia, tauhid (mengesakan Allah), aqidah (Rububbiyah, uluhiyah, asma’ wa sifat), iman dan pengaruhnya bagi manusia, syiriq (menyekutukan Allah) dan bahayanya bagi manusia. Pembahasan tersebut merupakan dasar yang sangat penting untuk dipelajari secara mendalam oleh seluruh mahasiswa tak terkecuali bagi penganut agama lain agar setiap pribadi dapat mengambil pelajaran.

Pernyataan dari beberapa mahasiswa non muslim setelah pelaksanaan AIK 1 ala mondok mereka menyatakan bahwa semua hal dipelajari dalam Islam secara rigit, mereka pun faham bahwasanya hakikat manusia diciptakan Tuhan ke dunia fana ini adalah untuk beribadah dan sebagai khalifah, memberi manfaat bagi orang lain, bermuamalah secara baik. Hal  ini menjadi motivasi bagi mereka. Ada pernyataan lain dari mahasiswa non muslim prodi manajemen bahwa “pola hidup Islam dasarnya bersih dan sehat  karena secara visual saja yang terlihat  mahasiswa muslim berwudhu 5 kali sehari, melakukan gerakan ibadah sama seperti sedang olahraga” da nada pula yang menyatakan “ pembahasan tentang tauhid dan syiriq, ketika pembahasannya disandingkan,  ini benar-benar memberikan pelajaran bahwa tauhid adalah mengesakan Allah dan haram hukumnya melakukan syirik (menyekutukan, menduakan Allah), larangan menyembah berhala, bersekutu dengan syeitan, ke dukun, menyembah berhala/ batu, benar-benar membuat kami berfikir, tuturnya”

Dengan demikian setelah melaksanakan perkuliahan AIK ala mondok, persepsi mahasiswa mahasiswa non muslim terhadap ajaran Islam kian positif, merekapun memahami bahwa di dalam ajaran Islam segala sesuatu dipelajari dari hal yang terkecil sampai yang besar, bahkan do’a-do’a harian dalam setiap aktivitas dari mulai muslim bangun tidur hingga akan tidur kembalipun ada tuntunannya, ibadah ada yang wajib dan sunnah pun pada akhirnya dipahami oleh mereka mahasiswa non muslim. Perkuliahan AIK 1 ala mondok membawa kesan mendalam bagi mahasiswa non muslim, karena menurut mereka ini pengalaman yang luar biasa yang mungkin tidak akan pernah mereka rasakan ketika mereka tidak kuliah di Universitas muhammadiyah Metro Lampung.

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1.        Persepsi mahasiswa non muslim Universitas Muhammadiyah Metro terhadap program perkuliahan AIK ala mondok, sebagian besar menyatakan setuju dan beberapa mahasiswa menyatakan kurang setuju karena mereka sedikit kurang nyaman dengan iklim dan rutinitas ala pondok yang tidak biasa mereka lakukan, namun menurut Mahasiswa yang setuju  perkuliahan AIK ala mondok baik secara langsung maupun tidak langsung membawa manfaat bagi aplikasi ilmu,  mengajarkan toleransi bagi mereka, belajar hidup berdampingan dengan mahasiswa muslim, mengenal kebiasaan hidup mahasiswa muslim, memahami waktu dan cara peribadatan mahasiswa muslim. Mendapatkan pengalaman yang luar biasa seperti ini tentunya tidak dirasakan oleh mahasiswa non muslim di kampus selain Muhammadiyah.

2.        Persepsi mahasiswa non muslim Universitas Muhammadiyah Metro terhadap ajaran Islam setelah mereke melaksanakan perkuliahan AIK ala mondok kian positif, merekamemahami bahwa di dalam ajaran Islam segala sesuatu dipelajari secara rigit, mulai dari hal yang terkecil sampai yang besar, bahkan do’a-do’a harian dalam setiap aktivitas dari mulaii muslim bangun tidur hingga akan tidur kembalipun ada tuntunannya, ibadah ada yang wajib dan sunnah pun pada akhirnya dipahami oleh mereka mahasiswa non muslim dan Perkuliahan AIK 1 ala mondok membawa kesan mendalam bagi mahasiswa non muslim, karena menurut mereka ini pengalaman yang luar biasa yang mungkin tidak akan pernah mereka rasakan ketika mereka tidak kuliah di universitas Muhammadiyah Metro.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Augustin Falah Pawaka, Konstruksi Skala Sikap terhadap Pembelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) bagi Mahasiswa  di Universitas Muhammadiyah, The 10th University Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

 

Abdul Rachman Shaleh, Muhbib Abdul Wawab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.

 

Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2009.

 

Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yogyakarta: Andi Offset, 1991.

 

Darwis Muhdina, Orang-Orang Non Muslim Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al-Jurnal Adyaan, Volume I, Nomor 2, Desember 2015

 

Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,Bandung: CV Diponegoro, 2010.

 

Faridi, Persepsi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Al Islam Dan Kemuhammadiyahan (Aik) : Internalisasi Nilai-Nilai Aik  Bagi Mahasiswa, Jurnal PROGRESIVA UMM Vol. 4, No.1, Agustus 2010.

 

KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, Available at:http//kbbi.web.id/pusat. (di akses 14 Januari 2020).

 

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

 

M. Ihsan Dacholfany (Wakil Rektor bidang AIK dan Kerjasama), Wawancara Pembelajaran AIK 1, 4 Nopember 2019.

 

Mif Baihaqi, dkk, Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan),Bandung: Refika Aditama, 2005.

 

Mir’atun Nisa’, Ekspektasi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan, Prosiding Seminar Nasional Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, ISBN: 978-602-361-188-1.

 

Muhammad Utsman Najati, Konsep Psikologi Islam, Jakarta:Cendekia, 2001.

 

Muhammad Syahrul Kahar, Daeng Pabalik, Profil Pendidikan Karakter Mahasiswa Non Muslim dalam  Implementasi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Jurnal Al-hayat , Volume 02, Nomor 01, Juni 2018: 79-89.

 

Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam,Yogyakarta:LPPI, 2000.

 

Noor Amirudin, Peran Pendidikan Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Perilaku Keberagamaan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik, Didaktika, Vol. 23,  Nomor 1, September 2016.

 

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta, 2015

 

Sujino, Standar Pengelolaan Pelaksanaan Perkuliahan Mata Kuliah AIK I , Metro: Ponpes At tanwir, 2018

 

Sujino, Wawancara Mudir Ponpes At-Tanwir, 2019.

 

Syamsul Arifin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Sesuai KKNI disampaikan dalam Workshop Kurikulum Pendidikan Tinggi Direktorat BELMAWA-DIKTI, 2018.

 

Tim Pedoman AIK Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Pedoman Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, (Majlis Dikti PP Muhammadiyah: Yogyakarta, 2013.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar