REVITALISASI PERGURUAN
TINGGI DALAM
MEMBANGUN ILMU DAN
PERADABAN
Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed[1]
1.Penduluan
Peradaban sudah
mulai dirintis oleh para tokoh, pemikir dan akademisi di dalamnya, terlepas
apakah berhasil atau gagal hasilnya, paling tidak kita sebagai generasi baru
sebagai generasi tajdid hendaknya mampu mengambil ilmu, pelajaran dan
pengalaman serta melanjutkan peradaban ke arah yag lebih baik.
Sebagaigama
seorang filosofi mengatakan :
“Al Muhafazotu
a’la qodiimis sholeh wal akhzu bil jadidi aslah”
Kurang
lebih pengertiannya adalah Mempertahankan / menjaga yang lama yang
tentunya masih baik
dan mengambil hal-hal yang baru untuk memperbaikinya.
Islam merupakan
agama yang telah terbukti mampu maju berkembang dan menjadi peradaban
yang bermartabat, kaya dengan konsep dan sistem kehidupan yang rapi,
teratur setelah beberapa tahun lamanya,
masing-masing peradaban di
dunia perlu direvitalisasi kembali,
untuk kemudian ditemukan sisi perbedaan dan persamaan agar dapat ditentukan
bentuk kerjasama dan batas-batas toleransi yang dapat dan harus dipegang walaupun dibutuhkan dialog dalam
bahasa peradaban, bukan hanya dalam bahasa agama sebab pandangan masyarakat Barat terhadap Islam dan umat Islam
dengan "fundamentalisme, terrorisme, ekslusifisme" dsb. Akibat
pandangan ini umat Islam bersikap responsif dan reaktif
sehingga cenderung hanyut ke dalam bahasa-bahasa peperangan psikis (psy-war)
yang tidak produktif bagi dialog peradaban.
Secara internal
pembangunan peradaban Islam merupakan jawaban konprehensif bagi
berbagai persoalan yang menggelayuti kehidupan umat Islam dewasa ini. Oleh
karena itu diperlukan merevitalisasi
kembali dan perlu pembahasan yaitu dengan merujuk konsep-konsep dasarnya di
atas, mana peradaban Islam
pernah dibangun dan akan kita bangun kembali.
Bagaimana dengan Perguruan Tinggi ?, Perguruan
tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, baik di masa lalu maupun kini. Perguruan
tinggi diharapkan sebagai benteng peradaban yang menjaga, sekaligus mengembangkan budaya
tajid ilmu dan peradaban. Di Perguruan Tinggi umum ada dalam Tridharma
atau tiga unsur yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian
pada masyarakat, sedangkan di perguruan tinggi Muhammadiyah ada tambahan lagi
yaitu Keislaman dan Kemummadiyahan yang disebut dengan Catur Darma Perguruan
Tinggi.
Perguruan tinggi
mempunyai peran paling strategis dan menentukan dalam pembangunan bangsa dan
peradaban. Tentu, tanpa mengecilkan nilai pendidikan di bawahnya, namun, kejayaan pendidikan di level bawah
itu masih bergantung pada
keberhasilan pendidikan tinggi, mayoritas
tenaga akademik, pengurus, penulis buku teks, pembuat kurikulum, bahan-bahan pelajaran formal, dan nonformal
bagi semua pendidikan di level bawah adalah produk perguruan tinggi, begitu juga mayoritas pimpinan,
karyawan, serta para ahli profesional di daerah dan pusat juga bagian dari
hasil pendidikan perguruan tinggi.
Menurut Ibn Khaldun, wujud suatu peradaban
merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu 1) kemampuan manusia
untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi 2) kemampuan berorganisasi
dalam bentuk kekuatan politik dan militer dan 3) kesanggupan berjuang untuk
hidup.[2] Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen
asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika
bangsa itu telah mencapai tingkat kemampuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan
oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di
dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya.
Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana
ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini
pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih
mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari
pandangan hidup. Untuk menjelaskan bagaimana pemikiran dalam peradaban Islam
merupakan faktor terpenting bagi tumbuh berkembangnya peradaban Islam, kita
rujuk tradisi intelektual Islam.
II. Tajdid Ilmu dan Peradaban
Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk
menyesusaikan paham keagamaan Islam dengan Perkembangan baru yang ditimbulkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, dalam bahasa Arab gerakan pembaharuan
Islam disebut tajdid, secara harfiah bermakna pembaharuan dan
pelakunya disebut mujaddid.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula
bermakna mengubah keadaan ummat Islam agar mengikuti ajaran yang terdapat dalam
al-Qur’an dan As-sunnah, hal ini perlu dilakukan sebab terjadi kesenjangan
antara yang dikehendaki al-Qur’an dengana kenyataan yang terjadi masyarakat,
maka pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan
hidup ummat agar sejalan dengan petunjuk al-Qur’an dan As-Sunnah[3].
Saat ini kita berusaha memahami akan pentingnya penegakan 'adab' di tengah masyarakat muslim, istilah ta'dib untuk suatu proses
pendidikan, tujuannya
membentuk manusia yang beradab, atau manusia yang baik (a good man).
Dengan itu, tujuan pendidikan
diharapkan mampu mencetak manusia yang baradab.
Salah
satunya adalah Universitas Muhammadiyah Metro sebagai lembaga pendidikan
tinggi, sudah sepatutnya mulai melakukan pengkajian serius terhadap tajdid
ilmu dan ta'dib, serta
mengaplikasikannya dalam pendidikan. Dengan itu, diharapkan dari kampus akan
lahir ilmuwan yang baik, beradab kepada Allah, kepada Nabi Muhammad SAW,
pewaris Nabi yang saleh. mereka juga beradab kepada masyarakatnya, beradab juga
kepada guru, orangtua, dan lingkungan serta beradab kepada ilmu, dengan memahami
makna dan tujuan ilmu serta maratibul ilmi dalam Islam, sehingga dapat menerapkan konsep ta'dib yaitu
cita-cita untuk membangun peradaban Islam di Indonesia, yang dalam istilah
Muhammadiyah adalah mewujudkan masyarakat Islam yang diharapakan oleh
Rasulullah, akan dapat tercapai di bumi Indonesia.
III. Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai andil besar,
sekaligus berperan dari zaman ke zaman dalam membangun peradaban umat, mungkin
kita bisa mengambil benang merah bagaimana pergulatan dan komitmen Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam yang 'berkemajuan'. Kalau peradaban itu dipahami sebagai
keadaan budaya dari suatu kelompok sosial yang menggambarkan tingkat pencapaian
tertentu dalam berbagai bidang, maka salah satu tingkat pencapaian yang
menonjol dan terukur dari Muhammadiyah adalah, bidang pendidikan dalam arti
luas.
Menurut
sepengetahuan penulis bahwa hasil studi bahwa keberhasilan Muhammadiyah yang
luar biasa terletak dalam kegiatan pendidikan, baik kalangan orangtua maupun
pemuda. Sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk beberapa yang bahkan memakai
bahasa Belanda sebagai pengantar, mengajarkan silabus dan kurikulum modern yang
memasukan pendidikan umum dan pendidikan gaya Barat, maupun pengajaran agama
yang berdasarkan pelajaran Bahasa Arab dan tafsir Al-Qur'an.
Sedangkan kegiatan dakwah secara teratur
yang membawakan syiar Islam
yang sudah merambah ke daerah
pedesaan. Organisasi pemuda dan wanita, klinik dan rumah wakaf serta
sekolah baru, semuanya menunjukkann sejauhmana Muhammadiyah telah berhasil
mengambil alih metode-metode Barat,
khususnya, metode misi Kristen di Indonesia.
Kehadiran Muhammadiyah sejak 1912 sebagai gerakan
Islam dalam membangun peradaban umat, melalui model pendidikan dan pengajaranya
itulah 'Sang Pencerah sekaligus Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, memulai
dakwahnya untuk mewujudkan Islam yang lebih
cemerlang dan lebih merangkum seluruh kehidupan nyata, model ini terus
berlangsung, tumbuh dan berkembang dalam gerak melintasi zaman. Institusi
atau pranata-pranata Muhammadiyah dalam berperan membangun peradaban umat, baik
pengorganisasian maupun pengalamannya secara simbolik nampak jelas dan menyatu
sebagai bagian tidak
terpisahkan dari peradaban umat dan bangsa Indonesia.
Sekarang ini
Muhammadiyah dalam 'gerak melintasi zaman dakwah dan tajdid (pembaharuan)
utama' telah memasuki abad kedua (1330-1434 H atau 1912-2013 M). Keberadaan
dan peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), baik universitas, institut
maupun sekolah tinggi, akademi, politeknik dan diploma yang jumlahnya mencapai
lebih dari 151. Ini tersebar dari Aceh sampai Jayapura.
Sungguh merupakan kekuatan tersendiri untuk
memainkan peran dalam membangun peradaban umat, melalui perguruan tinggi
diharapkan akan semakin besar lapisan umat yang mampu melaksanakan pekerjaan
berbasis profesionalisme, dan lahirnya generasi umat yang memiliki kesadaran
memperadabkan umat.
IV. Alasan Pembaharuan (tajdid) ilmu dan peradaban
Ada sebagian alasan pokok mengapa konsep
pembaharuan (tajdid) ilmu dan peradaban di Indonesia, dengan harapan :
1.
Dapat
membangun dan memanfaatkan sains teknologi yang selamat dan menyelamatkan. ''Kalau
akal saja diasah, orang pantau sekalipun, dengan melupakan hal-hal rohaniah,
makan makin banyak kemajuan yang dibuat hanya berjaya memajukan dunia. Tapi,
tidak mampu selamatkan dunia. Kadang, dengan hasil sains itulah dia merusak
dunia. Di sini kita baru paham hasil
kemajuan yang selamat menyelamatkan mesti digabungkan antara ilmu wahyu dan
akal, barulah selamat menyelamatkan.
Namun, kalau hanya wahyu semata-mata, ia hanya mempertajam rohani saja. Dia
mundur dunia, maju akhirat.
Kehidupan di dunia susah, tapi mendapat
akhirat, dalam pengertian
lain adalah konsep dan praktik pendidikan dirasakan terlalu sempit,
artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam
menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu
pemikiran kembali konsep pendidikan yang betul-betul didasarkan pada asumsi
dasar tentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat baldatun toyyibatun wa ro robbun ghofur, ini
sesuai dengan misi Universitas Muhammadiyah Metro yaitu menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan meningkatkan iman dan
taqwa berkepribadian profesionalitas Utama berdasarkan nilai ke-islam-an dengan
memperhatikan situasi dan kondisi nasional dan internasional[4].
2.
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi
tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala
bidang. Maka, untuk menghadapi dan menuju masyarakat Islami diperlukan konsep pendidikan serta
peran sertanya secara mendasar dalam memberdayakan umat Islam.Kemunduran umat
Islam sebagian besar dikarenakan tertinggalnya dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dalam sejarah
peradaban Islam, kemajuan ilmu pengetahuan berbanding lurus dengan perhatian
dan pengamalan perintah membaca dan menulis.
Dengan kata lain, semakin intens dan luas pembacaan umat
Islam, semakin tinggi peradaban Islam, begitu sebaliknya. Perintah tentang dua
aktivitas ini telah terkandung dalam Wahyu yang pertama kali turun, yaitu Surat
Al-‘Alaq[5] Membaca, jika yang dimaksud adalah
kata Iqra’ dari Surat Al-‘Alaq tersebut, tidak hanya menunjuk pada
kegiatan mengeja ‘huruf, kata atau kalimat’ sebagaimana umum dipahami dan
dilakukan oleh masyarakat Muslim belakangan ini. Namun ia merupakan kata
sekaligus sebuah kosep penting yang memiliki makna luas dan mendasar, menjadi
kunci kelahiran dan perkembangan tradisi keilmuan dalam Islam. Dan karena
persinggungan peradaban Islam dengan peradaban lain telah terjadi sejak masa Rasulullah, maka perintah Iqra’ tetap
signifikan hingga hari ini khususnya dalam merespon masuknya framework kajian
orientalis dalam studi ilmu-ilmu keislaman. Masih dalam Surat Al-‘Alaq, bagian yang berbunyi “’Allama bi
Al-Qalam” memiliki dua maksud: pertama, Al-Qalam bermakna tulisan,
yang dengan itu dapat diketahui perkara-perkara yang sebelumnya belum
diketahui. Jadi di situ Al-Qalam yang kemudian berfungsi
mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Kedua, bermakna bahwa Allah swt
mengajarkan kepada manusia bahwa pena dapat digunakan sebagai alat untuk
menulis. Dalam
hubungannya dengan ilmu, Hamka menjelaskan bahwa pena memang beku dan kaku,
tidak hidup. Akan tetapi apa yang dituliskan dengan pena itu adalah berbagai
hal yang dapat dipahami oleh manusia[6].Oleh sebab itu, dalam tulisan ini kata Iqra’ kadang
penulis maksudkan untuk makna ‘membaca’ saja, tetapi kadang juga bermakna
‘membaca dan menulis’ sekaligus, sesuai konteksnya.
Di dalam al-Qur'an
ini terkandung konsep-konsep seminal yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan
dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang
datang kemudian. Konsep 'ilm yang dalam al-Qur'an bersifat umum,
misalnya dipahami dan ditafsirkan para ulama sehingga memiliki berbagai
definisi.[7]
Cikal bakal konsep Ilmu pengetahuan dalam Islam adalah konsep-konsep kunci
dalam wahyu yang ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi
dalam bentuk peradaban yang kokoh. Jadi Islam adalah suatu peradaban yang lahir
dan tumbuh berdasarkan teks wahyu yang didukung oleh tradisi intelektual[8].
V. Masalah dan Solusi Dalam Tajdid Ilmu dan Membangun Peradaban
Ada beberapa masalah bagi ummat Islam dalam
tajdid ilmu dan membangun Peradaban di
Indonesia antara lain :
1. Pendidikan di Indonesia masih
didekati masalah secara
nativistik maksudnya
suatu orientasi yang bertumpu kepada
bangsa sendiri, bahwa baik dan benar hanya datang dari bangsa sendiri, solusinya pendidikan seharusnya
menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan universal dan pengembangan SDM (personality development) seperti
masyarakat madani, civil atau
peradaban sehingga akan timbul penghargaan terhadap sesama manusia, egalitarianism, toleran, dan non
diskriminatif.
2. Kurangnya kesadaran yang penuh
dalam hal etos penelitian
dibandingkan orang Malaysia dan orang Amerika dan Barat, maka solusinya ada lembaga penelitian yang
konsen untuk membimbing dan melatih dan wahana untuk melakukan penelitian,
dari itu, etos penelitian sangat terkait dengan tekanan kuat pada aspek
pengembangan kampus dan pribadi.
3. Masalah Kebebasan, mungkin kita “kagum” dan sekaligus “kecewa” atas apa yang
dikatakan Kishore Mahbubani dari
Amerika yang mengatakan “Can Asia Think?” Kesimpulannya adalah bahwa
orang Asia tidak berpikir. Mengapa? Jawabannya sederhana : “Orang-orang Asia itu tidak berani
berbeda. Mereka lebih menekankan kerukunan dan keharmonisan. Karena tidak
terbiasa dengan perbedaan, maka ketika muncul perbedaan sedikit saja sudah
menimbulkan stigma yang luar biasa dan ditanggapi dengan permusuhan dan reaksi
yang sangat keras. Ketidaksaggupan untuk berbeda inilah kemudian melahirkan
berbagai tindak kekerasan. Ia
berpendapat bahwa ketidakmampuan orang Asia berpikir bukan soal gen atau
ras tetapi karena soal budaya” . Hal
tersebut ternyata tidak salah, jika
kita melihat acara debat calon
presiden Indonesia. Acara yang dinanti banyak audiens tersebut ternyata
bukanlah menawarkan debat yang mengeluarkan pandangan yang berbeda untuk
memecahkan persoalan bangsa, sebaliknya justru seakan-akan memiliki keseragaman
berpikir dalam menawarkan sebuah solusi. Hal ini sebab pendidikan kita di Indonesia ini cenderung
mengarahkan pada pemikiran yang sama tanpa mau menawarkan perbedaan cara
pandang, solusinya adanya
lembaga lembaga diskusi, atau yang menaugi para pemikir seperti bagaimana
menghadang gerakan JIL atau sekuler yang merusak aqidah ummat Islam.
4. Permasalahan penting lainnya adalah
pendidikan terkait dengan soal penghargaan terhadap peran dan posisi
guru dan dosen. Masyarakat
yang maju selalu menempatkan guru dan
dosen dalam posisi yang sangat terhormat. Rendah dan minimnya
ilmu yang dimiliki orang-orang Islam atau kemiskinan intelektual, membawa
konsekuensi rendahnya kemampuan umat Islam memberi respon pada tantangan zaman
secara kreatif dan bermanfaat, yang mengalami perubahan dan perkembangan yang
sangat cepat. Apabila umat Islam memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh
dan benar, serta menyadari bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan referensi
tertinggi umat Islam, kesalahpahaman tentang Islam tidak perlu terjadi.
Al-Qur’an dalam salah satu ayatnya menyatakan, bahwa agama Islam memiliki
gagasan yang revolusioner, seperti terungkap dalam surat ar-Ra’du ayat 11,
“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri.” Keyakinan diri dan kemampuan menghadapi
masa depan sangat tergantung pada bagaimana cara berpikir. Jika Islam
mengajarkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka, maka interpretasi yang paling
sesuai dengan perubahan nasib sangat tergantung pada perubahan cara berpikir.
Sebab cara berpikir merupakan salah satu hal yang paling substantive dalam diri
manusia.
5. Ketidakmampuan dalam menguasai bahasa
Inggris. Bukan bermaksud “membunuh” eksistensi bahasa
Indonesia, akan tetapi untuk saat ini bahasa Inggris sangat instrumental untuk
meningkatkan mutu pendidikan, sebab 90% buku terbit setiap hari dalam bahasa
Inggris solusinya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris seperti kurikulum
yang digunakan menggunakan bahasa Inggris atau mengikuti pelatihan atau kursus
bahasa Inggris[9].
6. Adapun menurut Mehdi,
Soltanzadeh, “Factor Affecting a Siciety’s Life Span, According to Ibn
Khaldun bahwa jatuhnya suatu
peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun ada 10 jatuhnya suatu peradaban dalam
pandangan Ibn Khaldun ada 10, yaitu:
1) Rusaknya moralitas penguasa, maka di antara solusinya mencari pemimpin dan
penguasa yang memiliki keimanan yang teruji dari semua ujian dan godaan.
2) Penindasan penguasa dan ketidak adilan, jika ini terlanjur ada maka di antara
solusinya berusaha untuk menasehati dan musyawarah.
3) Despotisme atau kezaliman, di antara
solusinya kita doakan dan membimbingnya.
4) orientasi kemewahan masyarakat, di antara
solusi agar diajak berhemat.
5) Egoisme, di antara solusi diajak memiliki sikap
sosial.
6)
Opportunisme, di antara solusi diajak untuk bersatu dan bersama untuk
kepentingan bersama.
7) Penarikan pajak secara berlebihan, di antara
solusi dibuat aturan dan sistem.
8) Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi
rakyat, di antara solusinya dibuat
batasan anatara hak dan kewajiban.
9)
Rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama, di antara solusi dibentuk lembaga keagamaan dan kegiaatan
rohani.
10) Penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat,
di antara solusinya diberi pandangan mana hak dan batil. [10]
VI.
Syarat dalam Tajdid Ilmu dan Membangun Peradaban
Ada sebagian Syarat dalam Tajdid Ilmu dan Membangun Peradaban Islam di antaranya :
1. Memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban
Islam dimasa lalu, mengenai cara-cara bagaimana kejayaan peradaban Islam itu
dicapai dan bagaimana kejatuhannya itu terjadi dan mengenal sejarah para
ilmuwan yang berhasil sebagai tolak ukur kita dalam kemajuan dan perkembangan
zaman.
2. Memahami kondisi ummat Islam masa kini dan
mengidentifikasi masalah atau problematika yang sedang dihadapi ummat Islam
masa kini. Maksudnya untuk mencari solusi yang berupa langkah-langkah
strategis dan juga praktis.
3. Memahami kembali konsep-konsep
kunci dalam Islam. Pada saat yang sama kita perlu memahami Islam dengan
menggali konsep baru dalam berbagai bidang sehingga dapat membentuk bangunan
baru peradaban Islam dan penambahan
kaderisisasi intektual dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu
menghadapi tantangan zaman. Artinya dengan konsep-konsep Islam kita dapat
bersikap kritis ataupun apresiatif terhadap konsep-konsep yang datang dari luar
Islam.
VI. Penutup
Menjadi bangsa yang maju
peradabannya dan tradisi keilmuan harus direvitalisasi kembali, tidak bisa tidak, memang harus dimulai dari
pendidikan berkualitas yang bisa diakses oleh semua kelompok masyarakat,
Pendidikan yang berkualitas baik secara filosofis-teoritis maupun
teknis-praktis akan meningkatkan kualitas yang utuh bagi pendidikan nasional
kita. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi
juga masyarakat dan kita semua, kita harus bersatu-padu dalam memajukanperadaban dan mencerdaskan anak bangsa menuju
Indonesia, baldatun, toyyibatun wa robbun Ghofur.
Peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun oleh ilmu pengetahuan
Islam yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam. Maka dari itu, pembangunan
kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam.
Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal itu
tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf
kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan
manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk memberi respon seseorang
terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu pengetahuan. Lebih
penting dari ilmu dan pemikiran yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat,
adalah intelektual. Ia berfungsi sebagai individu yang bertanggung jawab
terhadap ide dan pemikiran tersebut. Bahkan perubahan di masyarakat ditentukan
oleh ide dan pemikiran para intelektual. Ini bukan sekedar teori tapi telah
merupakan fakta yang terdapat dalam sejarah kebudayaan Barat dan Islam.
Jika substansi peradaban Islam
adalah pandangan hidupnya, maka membangun kembali peradaban Islam adalah
memperkuat pandangan hidup Islam. Hal ini dilakukan dengan menggali
konsep-konsep penting khazanah ilmu pengetahuan Islam dan menyebarkannya agar
dimiliki oleh kaum terpelajarnya yang secara sosial berperan sebagai agen
perubahan dan yang secara individual akan menjadi decision maker
Begitu sentralnya kedudukan
ilmu dalam pembangunan sebuah peradaban, maka menurut saya, umat Islam yang
sedang membangun sebuah peradaban harus menguasahakan secara maksimal alih ilmu
pengetahuan dari bangsa yang menguasainya meskipun mereka bukan Muslim.
Demikian pula pencarian ilmu itu tidak terbatas pada ilmu agama Islam saja,
tetapi juga termasuk ilmu-ilmu umum yang bermanfaat, sebab kedua ilmu itu sama
cepatnya mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia. Dengan pendidikan
agama yang tepat dan benar, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi
yang positif bagi kemajuan dan kesejahteraan negeri ini. Sehingga dengan
demikian, makna agama sebagai rahmatan lil’alamin bisa mencapai maknanya
di seluruh alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta : PT Grafindo Persada) 2011, h.34
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 10, h. 8. 060; baca juga ‘Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir,
Hamid Fahmy Zarkasyi Tragedi
Adopsi Peradaban Barat, Makalah Majalah ISLAMIA, Jakarta, tanggal 31 Juli
2004.
Ibn KhaldËn, 'Abd al-RaÍmÉn Ibn MuÍammad,
The Muqaddimah: an Introduction to history, Penerjemah Franz Rosenthal,
3 jilid, editor N.J. Dawood.
Muhamad ‘Ali al-Sabuni, Safwah
al-Tafasir, Juz 3, 1999
Nurcholish Majid, Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan
di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1997
www....Misi Universitas
Muhammadiyah Metro Lampung.
PERSOANAL DATA
Nama : Dr. M.
Ihsan Dacholfany, M.Ed
Sex : Male
Place / Date of Birth : Palembang, July, 29th, 1975
Adress : Jl. Ahmad
Yani No. 162, Rt, Rw : Kota Metro Lampung.
Religion : Moslem
Hp : 0812-130-22488, ......
Email : mihsandacholfany@yahoo.com
Formal Education :
o
Doctoral
of Manajement of Education, UNINUS Bandung
o
Master
of Islamic Education, National Malaysia
o
Islamic
Economic at University of Indonesia and
Islamic Education, IPRIJA Jakarta
o
Senior
High School , Islamic College Darussalam
Gontor , Ponorogo, East Java and
Madrasatul Qur”an Jombang and Baitul
Arqom Jember.
o
Junior
High School, Bina Warga Palembang
o
Elementry,
SDN 108-186 Palembang
Working Experince :
·
Teacher Islamic
College Darussalam Gontor , Ponorogo, East
·
Teacher Islamic
College Husnayain Jakarta
·
Teacher
at STM Giri Kencana, SMK Tunas Islam, SMA Perguruan Nasional, SMA Al-Ma’ruf.
·
Lecurer
at Tunas Islam, AMIK Yapri, IPRIJA, Ibnu Chaldun, Bani Saleh, Panca Sakti,
Ganesha, Al-Ghrobaa, YAPPAN, Binamadani, Lan Taburoo, UM
Metro, STAIN Jurai Siwo.
Publication :
}
“Analisis
Pemikiran Syed Ali Ashraf Tentang Masalah Pendidikan” (ISSN: 1693-247X, Vol. 3, No. 1, Juli-Agust 2005,
IPRIJA Jakarta.
}
“Sistem
dan Pendidikan Menurut Menurut Ibnu
Sina”
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 01, 2010 M, Bani Saleh Bekasi.
}
“Manajemen
Mutu Pendidikan dan Kepemimpinan Pendidikan”
ISSN: 1979-9004, Jan-Maret 2010, PPs UNINUS BANDUNG
}
“Pendekatan
Mempelajari Agama”
ISSN: 0853-6295, , No. 01, Jan-Juli 2010, Al-Ghurobaa.
Jakarta
}
“Manajemen
Mutu Pembelajaran di lembaga Pendidikan Islam”
ISSN: 1693-0693X, Jul-Des 2010,P3MP
STAIN JuraiSiwo lampung
}
“Tinjauan
awal Analisis SWOT Pada Sekolah Kejuruan”
ISSN: 0853-6295, Vol. 14, Juli-Des 2010, Al-Ghurobaa, Jakarta
}
“Pendidikan
karakter di Pondok Pesantren”
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 02, 2011 M, Bani Saleh Bekasi
}
“Konsep
Masyarakat Madani Dalam islam “
ISSN:1693-0693X, Jan-Jun 2012, P3MP,STAIN
JuraiSiwo lampung
}
“Guru
Bijak: Memahami Psikologi Perkembangan dan BelajarAnak”
ISSN: 2087 –7854, Feb 2012 BUMISILAMPARI, L Linggau
Sumsel
}
“Faktor
Kegagalan dan Kunci Sukses dalam Pendidikan”
ISSN:1411-6154, Okt 2012 Koordinat (KopertaisWil I DKI Jakarta)
}
“Pengambilan
Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi di Bidang Pendidikan”
ISSN: 1693-9360, Jul-Des 2013, STIT Agus
Salim Metro, lampung
}
Research :
v “Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan kualitas
Pembelajaran di madrasah Ibtidaiyah (MI) di kota Metro lampung”
((PAR)
-Kol-mad-ng-52-0251 2011 : Dir
Pend.Tinggi Islam
Kemenag RI.April /d Nov 2011.
v “Ekspektasi Masyarakat Terhadap Keberadaan
Program Studi Agama Islam dan Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN)” Direktorat
Pend.Tinggi Islam Kemenag RI Des s/d Maret 2011
v
Penyusunan Panduan Kurikulum SKI MA Jender
(Direktorat Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des 2010
v
Pemberdayaan Komunitas Marjinal (PKM).
(Edukasi bagi Kaum Ibu Marginal Tentang No. PKM/14/2013 (Direktorat
Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des
2013
v
Organization Experience :
§ Chief
Section ( OPPM - Library) Darussalam Gontor, East java
§ Presiden of Campus IPRIJA Jakarta
§ Secretary PII UKM Malaysia
§ Dean Campus IPRIJA Jakarta
§ Naib
Chief at Bani Saleh Campus, Bekasi
§ Naib
Chief Binamadani Campus, Tangerang
§ Member PII, IMM, HMI.KAMMI.
[1] Dosen Universitas Muhammadiyah Metro dan
STAIN jurai Siwo
[2] Ibn KhaldËn, 'Abd al-RaÍmÉn
Ibn MuÍammad, The Muqaddimah: an Introduction to history, Penerjemah
Franz Rosenthal, editor N.J. Dawood. (London, Routledge & Kegan Paul,
1978), hal. 54-57.
[3] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta : PT Grafindo Persada) 2011, h.34
[4] www......Misi Universitas
Muhammadiyah Metro
[5]Muhamad ‘Ali al-Sabuni, Safwah
al-Tafasir, Juz 3, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), p. 554; Hamka, Tafsir
al-Azhar, Jil. 10, (Singapura: Pustaka Nasional, 1999), p. 8059-8060; dan
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 28, (Mesir: Mustafa Bab
al-Halabi, t.th.), h. 198.
[7] Rosenthal, Knowledge the Triumphant, Leiden,
E.J.Brill mencatat lebih dari seratus definisi 'ilm dalam tradisi intelektual Islam, 1970, h. 52-69.
[8] Hamid Fahmy
Zarkasyi Tragedi
Adopsi Peradaban Barat, Makalah Majalah ISLAMIA, Jakarta, tanggal 31 Juli 2004.
[9]
Nurcholish Madjid, Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di
Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1997
[10] Mehdi, Soltanzadeh, “Factor
Affecting a Siciety’s Life Span, According to Ibn Khaldun”, a paper disampaikan
pada International Conference:Ibn Khaldun’s Legacy and Its Contemporary
Significance, 20th-22th November, 2006, ITAC-IIUM, Kuala Lumpur,
hal.3-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar