Kamis, 11 Februari 2016

REVITALISASI PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBANGUN ILMU DAN PERADABAN Oleh : Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed




REVITALISASI PERGURUAN TINGGI DALAM
MEMBANGUN ILMU DAN PERADABAN
Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed[1]

1.Penduluan
Peradaban sudah mulai dirintis oleh para tokoh, pemikir dan akademisi di dalamnya, terlepas apakah berhasil atau gagal hasilnya, paling tidak kita sebagai generasi baru sebagai generasi tajdid hendaknya mampu mengambil ilmu, pelajaran dan pengalaman serta melanjutkan peradaban ke arah yag lebih baik.
Sebagaigama seorang filosofi mengatakan :
“Al Muhafazotu a’la qodiimis sholeh wal akhzu bil jadidi aslah”
Kurang lebih pengertiannya adalah Mempertahankan / menjaga yang lama yang tentunya   masih  baik  dan mengambil hal-hal yang baru untuk memperbaikinya.
Islam merupakan  agama yang telah terbukti mampu maju berkembang dan menjadi peradaban yang bermartabat, kaya dengan konsep dan sistem kehidupan yang rapi, teratur  setelah beberapa tahun lamanya, masing-masing peradaban di dunia perlu direvitalisasi kembali, untuk kemudian ditemukan sisi perbedaan dan persamaan agar dapat ditentukan bentuk kerjasama dan batas-batas toleransi yang dapat dan harus dipegang walaupun dibutuhkan dialog dalam bahasa peradaban, bukan hanya dalam bahasa agama sebab pandangan  masyarakat Barat terhadap Islam dan umat Islam dengan "fundamentalisme, terrorisme, ekslusifisme" dsb. Akibat pandangan  ini umat Islam bersikap responsif dan reaktif sehingga cenderung hanyut ke dalam bahasa-bahasa peperangan psikis (psy-war) yang tidak produktif bagi dialog peradaban.
Secara internal pembangunan peradaban Islam merupakan jawaban konprehensif  bagi berbagai persoalan yang menggelayuti kehidupan umat Islam dewasa ini. Oleh karena itu diperlukan merevitalisasi kembali dan perlu pembahasan  yaitu dengan merujuk konsep-konsep dasarnya di atas, mana peradaban Islam pernah dibangun dan akan kita bangun kembali.
Bagaimana dengan Perguruan Tinggi ?, Perguruan tinggi mempunyai peranan  yang sangat penting dan strategis, baik di masa lalu maupun kini. Perguruan tinggi  diharapkan sebagai benteng peradaban  yang menjaga, sekaligus mengembangkan budaya tajid ilmu dan peradaban. Di  Perguruan Tinggi umum ada dalam Tridharma atau tiga unsur yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat, sedangkan di perguruan tinggi Muhammadiyah ada tambahan lagi yaitu Keislaman dan Kemummadiyahan yang disebut dengan Catur Darma Perguruan Tinggi.
Perguruan tinggi mempunyai peran paling strategis dan menentukan dalam pembangunan bangsa dan peradaban. Tentu, tanpa mengecilkan nilai pendidikan di bawahnya, namun, kejayaan pendidikan di level bawah itu masih bergantung pada keberhasilan pendidikan tinggi, mayoritas tenaga akademik, pengurus, penulis buku teks, pembuat kurikulum, bahan-bahan pelajaran formal, dan nonformal bagi semua pendidikan di level bawah adalah produk perguruan tinggi, begitu juga mayoritas pimpinan, karyawan, serta para ahli profesional di daerah dan pusat juga bagian dari hasil pendidikan perguruan tinggi.
Menurut Ibn Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu 1) kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi 2) kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer dan 3) kesanggupan berjuang untuk hidup.[2] Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemampuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf  kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup. Untuk menjelaskan bagaimana pemikiran dalam peradaban Islam merupakan faktor terpenting bagi tumbuh berkembangnya peradaban Islam, kita rujuk tradisi intelektual Islam.
II. Tajdid Ilmu dan Peradaban
Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesusaikan paham keagamaan Islam dengan Perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, dalam bahasa Arab gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah bermakna pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula bermakna mengubah keadaan ummat Islam agar mengikuti ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an dan As-sunnah, hal ini perlu dilakukan sebab terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengana kenyataan yang terjadi masyarakat, maka pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup ummat agar sejalan dengan petunjuk al-Qur’an dan As-Sunnah[3].
Saat ini kita berusaha memahami akan  pentingnya penegakan 'adab' di tengah masyarakat muslim, istilah ta'dib untuk suatu proses pendidikan, tujuannya  membentuk manusia yang beradab, atau manusia yang baik (a good man). Dengan itu, tujuan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang baradab.
 Salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Metro sebagai lembaga pendidikan tinggi, sudah sepatutnya mulai melakukan pengkajian serius terhadap tajdid ilmu dan  ta'dib, serta mengaplikasikannya dalam pendidikan. Dengan itu, diharapkan dari kampus akan lahir ilmuwan yang baik, beradab kepada Allah, kepada Nabi Muhammad SAW, pewaris Nabi yang saleh. mereka juga beradab kepada masyarakatnya, beradab juga kepada guru, orangtua, dan lingkungan serta beradab kepada ilmu, dengan memahami makna dan tujuan ilmu serta maratibul ilmi dalam Islam,  sehingga dapat  menerapkan konsep ta'dib yaitu cita-cita untuk membangun peradaban Islam di Indonesia, yang dalam istilah Muhammadiyah adalah mewujudkan masyarakat Islam yang diharapakan oleh Rasulullah, akan dapat tercapai di bumi Indonesia.
III. Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai andil besar, sekaligus berperan dari zaman ke zaman dalam membangun peradaban umat, mungkin kita bisa mengambil benang merah bagaimana pergulatan dan komitmen Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang 'berkemajuan'. Kalau peradaban itu dipahami sebagai keadaan budaya dari suatu kelompok sosial yang menggambarkan tingkat pencapaian tertentu dalam berbagai bidang, maka salah satu tingkat pencapaian yang menonjol dan terukur dari Muhammadiyah adalah, bidang pendidikan dalam arti luas.
 Menurut sepengetahuan penulis bahwa hasil studi bahwa keberhasilan Muhammadiyah yang luar biasa terletak dalam kegiatan pendidikan, baik kalangan orangtua maupun pemuda. Sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk beberapa yang bahkan memakai bahasa Belanda sebagai pengantar, mengajarkan silabus dan kurikulum modern yang memasukan pendidikan umum dan pendidikan gaya Barat, maupun pengajaran agama yang berdasarkan pelajaran Bahasa Arab dan tafsir Al-Qur'an.
Sedangkan kegiatan dakwah secara teratur yang membawakan syiar Islam yang sudah merambah ke daerah pedesaan. Organisasi pemuda dan wanita, klinik dan rumah wakaf  serta sekolah baru, semuanya menunjukkann sejauhmana Muhammadiyah telah berhasil mengambil alih metode-metode Barat, khususnya, metode misi Kristen di Indonesia.
Kehadiran Muhammadiyah sejak 1912 sebagai gerakan Islam dalam membangun peradaban umat, melalui model pendidikan dan pengajaranya itulah 'Sang Pencerah sekaligus Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, memulai dakwahnya untuk mewujudkan Islam yang lebih  cemerlang dan lebih merangkum seluruh kehidupan nyata, model ini terus berlangsung, tumbuh dan berkembang dalam gerak melintasi zaman. Institusi atau pranata-pranata Muhammadiyah dalam berperan membangun peradaban umat, baik pengorganisasian maupun pengalamannya secara simbolik nampak jelas dan menyatu sebagai bagian tidak terpisahkan dari peradaban umat dan bangsa Indonesia.
Sekarang ini  Muhammadiyah dalam 'gerak melintasi zaman dakwah dan tajdid (pembaharuan) utama' telah memasuki abad kedua (1330-1434 H atau 1912-2013 M). Keberadaan dan peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), baik universitas, institut maupun sekolah tinggi, akademi, politeknik dan diploma yang jumlahnya mencapai lebih dari 151. Ini tersebar dari Aceh sampai Jayapura.
Sungguh merupakan kekuatan tersendiri untuk memainkan peran dalam membangun peradaban umat, melalui perguruan tinggi diharapkan akan semakin besar lapisan umat yang mampu melaksanakan pekerjaan berbasis profesionalisme, dan lahirnya generasi umat yang memiliki kesadaran memperadabkan umat.
IV. Alasan Pembaharuan (tajdid) ilmu dan peradaban
Ada sebagian alasan pokok mengapa konsep pembaharuan (tajdid) ilmu dan peradaban di Indonesia, dengan harapan :
1.      Dapat membangun dan memanfaatkan sains teknologi yang selamat dan menyelamatkan. ''Kalau akal saja diasah, orang pantau sekalipun, dengan melupakan hal-hal rohaniah, makan makin banyak kemajuan yang dibuat hanya berjaya memajukan dunia. Tapi, tidak mampu selamatkan dunia. Kadang, dengan hasil sains itulah dia merusak dunia. Di sini kita baru paham hasil kemajuan yang selamat menyelamatkan mesti digabungkan antara ilmu wahyu dan akal, barulah selamat menyelamatkan. Namun, kalau hanya wahyu semata-mata, ia hanya mempertajam rohani saja. Dia mundur dunia, maju akhirat. Kehidupan di dunia susah, tapi mendapat  akhirat, dalam pengertian lain adalah konsep dan praktik pendidikan dirasakan terlalu sempit, artinya terlalu menekankan pada kepentingan akhirat, sedangkan ajaran Islam menekankan pada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Maka perlu pemikiran kembali konsep pendidikan yang betul-betul didasarkan pada asumsi dasar tentang manusia yang akan diproses menuju masyarakat  baldatun toyyibatun wa ro robbun ghofur, ini sesuai dengan misi Universitas Muhammadiyah Metro yaitu menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan meningkatkan iman dan taqwa berkepribadian profesionalitas Utama berdasarkan nilai ke-islam-an dengan memperhatikan situasi dan kondisi nasional dan internasional[4].

2.      Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang. Maka, untuk menghadapi dan menuju masyarakat Islami diperlukan konsep pendidikan serta peran sertanya secara mendasar dalam memberdayakan umat Islam.Kemunduran umat Islam sebagian besar dikarenakan tertinggalnya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam sejarah peradaban Islam, kemajuan ilmu pengetahuan berbanding lurus dengan perhatian dan pengamalan perintah membaca dan menulis.

Dengan kata lain, semakin intens dan luas pembacaan umat Islam, semakin tinggi peradaban Islam, begitu sebaliknya. Perintah tentang dua aktivitas ini telah terkandung dalam Wahyu yang pertama kali turun, yaitu Surat Al-‘Alaq[5] Membaca, jika yang dimaksud adalah kata Iqra’ dari Surat Al-‘Alaq tersebut, tidak hanya menunjuk pada kegiatan mengeja ‘huruf, kata atau kalimat’ sebagaimana umum dipahami dan dilakukan oleh masyarakat Muslim belakangan ini. Namun ia merupakan kata sekaligus sebuah kosep penting yang memiliki makna luas dan mendasar, menjadi kunci kelahiran dan perkembangan tradisi keilmuan dalam Islam. Dan karena persinggungan peradaban Islam dengan peradaban lain telah terjadi sejak masa Rasulullah, maka perintah Iqra’ tetap signifikan hingga hari ini khususnya dalam merespon masuknya framework kajian orientalis dalam studi ilmu-ilmu keislaman. Masih dalam Surat Al-‘Alaq, bagian yang berbunyi “’Allama bi Al-Qalam” memiliki dua maksud: pertama, Al-Qalam bermakna tulisan, yang dengan itu dapat diketahui perkara-perkara yang sebelumnya belum diketahui. Jadi di situ Al-Qalam yang kemudian berfungsi mewujudkannya dalam bentuk tulisan. Kedua, bermakna bahwa Allah swt mengajarkan kepada manusia bahwa pena dapat digunakan sebagai alat untuk menulis. Dalam hubungannya dengan ilmu, Hamka menjelaskan bahwa pena memang beku dan kaku, tidak hidup. Akan tetapi apa yang dituliskan dengan pena itu adalah berbagai hal yang dapat dipahami oleh manusia[6].Oleh sebab  itu, dalam tulisan ini kata Iqra’ kadang penulis maksudkan untuk makna ‘membaca’ saja, tetapi kadang juga bermakna ‘membaca dan menulis’ sekaligus, sesuai konteksnya.
Di dalam al-Qur'an ini terkandung konsep-konsep seminal yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang kemudian. Konsep 'ilm yang dalam al-Qur'an bersifat umum, misalnya dipahami dan ditafsirkan para ulama sehingga memiliki berbagai definisi.[7] Cikal bakal konsep Ilmu pengetahuan dalam Islam adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu yang ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Jadi Islam adalah suatu peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan teks wahyu yang didukung oleh tradisi intelektual[8].
V.  Masalah dan Solusi Dalam Tajdid Ilmu  dan Membangun Peradaban
Ada beberapa masalah bagi ummat Islam dalam tajdid ilmu dan  membangun Peradaban di Indonesia antara lain :
1.      Pendidikan di Indonesia masih didekati masalah secara nativistik maksudnya suatu orientasi yang  bertumpu kepada bangsa sendiri, bahwa baik dan benar hanya datang dari bangsa sendiri, solusinya pendidikan seharusnya menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan universal dan pengembangan SDM (personality development) seperti masyarakat madani, civil atau peradaban sehingga akan timbul  penghargaan terhadap sesama manusia, egalitarianism, toleran, dan non diskriminatif.
2.      Kurangnya kesadaran yang penuh dalam hal etos penelitian dibandingkan orang Malaysia dan orang Amerika dan Barat, maka solusinya ada lembaga penelitian yang konsen untuk membimbing dan melatih dan wahana untuk melakukan penelitian, dari itu, etos penelitian sangat terkait dengan tekanan kuat pada aspek pengembangan kampus dan pribadi.
3.      Masalah Kebebasan, mungkin kita  “kagum” dan sekaligus “kecewa” atas apa yang dikatakan Kishore Mahbubani dari Amerika yang mengatakanCan Asia Think?” Kesimpulannya adalah bahwa orang Asia tidak berpikir. Mengapa? Jawabannya sederhana : “Orang-orang Asia itu tidak berani berbeda. Mereka lebih menekankan kerukunan dan keharmonisan. Karena tidak terbiasa dengan perbedaan, maka ketika muncul perbedaan sedikit saja sudah menimbulkan stigma yang luar biasa dan ditanggapi dengan permusuhan dan reaksi yang sangat keras. Ketidaksaggupan untuk berbeda inilah kemudian melahirkan berbagai tindak kekerasan. Ia berpendapat bahwa ketidakmampuan orang Asia berpikir bukan soal gen atau ras tetapi karena soal budaya” . Hal tersebut ternyata tidak salah, jika kita melihat  acara debat calon presiden Indonesia. Acara yang dinanti banyak audiens tersebut ternyata bukanlah menawarkan debat yang mengeluarkan pandangan yang berbeda untuk memecahkan persoalan bangsa, sebaliknya justru seakan-akan memiliki keseragaman berpikir dalam menawarkan sebuah solusi. Hal ini sebab  pendidikan kita di Indonesia ini cenderung mengarahkan pada pemikiran yang sama tanpa mau menawarkan perbedaan cara pandang, solusinya adanya lembaga lembaga diskusi, atau yang menaugi para pemikir seperti bagaimana menghadang gerakan JIL atau sekuler yang merusak aqidah ummat Islam.
4.      Permasalahan penting lainnya adalah pendidikan terkait dengan soal penghargaan terhadap peran dan posisi guru dan dosen. Masyarakat yang maju selalu menempatkan guru dan dosen dalam posisi yang sangat terhormat. Rendah dan minimnya ilmu yang dimiliki orang-orang Islam atau kemiskinan intelektual, membawa konsekuensi rendahnya kemampuan umat Islam memberi respon pada tantangan zaman secara kreatif dan bermanfaat, yang mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat cepat. Apabila umat Islam memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar, serta menyadari bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan referensi tertinggi umat Islam, kesalahpahaman tentang Islam tidak perlu terjadi. Al-Qur’an dalam salah satu ayatnya menyatakan, bahwa agama Islam memiliki gagasan yang revolusioner, seperti terungkap dalam surat ar-Ra’du ayat 11, “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Keyakinan diri dan kemampuan menghadapi masa depan sangat tergantung pada bagaimana cara berpikir. Jika Islam mengajarkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka, maka interpretasi yang paling sesuai dengan perubahan nasib sangat tergantung pada perubahan cara berpikir. Sebab cara berpikir merupakan salah satu hal yang paling substantive dalam diri manusia.
5.      Ketidakmampuan dalam menguasai bahasa Inggris. Bukan  bermaksud “membunuh” eksistensi bahasa Indonesia, akan tetapi untuk saat ini bahasa Inggris sangat instrumental untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebab 90% buku terbit setiap hari dalam bahasa Inggris solusinya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris seperti kurikulum yang digunakan menggunakan bahasa Inggris atau mengikuti pelatihan atau kursus bahasa Inggris[9].
6.      Adapun menurut Mehdi, Soltanzadeh, “Factor Affecting a Siciety’s Life Span, According to Ibn Khaldun bahwa jatuhnya suatu peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun ada 10 jatuhnya suatu peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun ada 10, yaitu:
 1)  Rusaknya moralitas penguasa,  maka di antara solusinya mencari pemimpin dan penguasa yang memiliki keimanan yang teruji dari semua ujian dan godaan.
2) Penindasan penguasa dan ketidak adilan,  jika ini terlanjur ada maka di antara solusinya berusaha untuk menasehati dan musyawarah.
3) Despotisme atau kezaliman, di antara solusinya kita doakan dan membimbingnya.
4) orientasi kemewahan masyarakat, di antara solusi agar diajak berhemat.
5) Egoisme, di antara solusi diajak memiliki sikap sosial.
 6) Opportunisme, di antara solusi diajak untuk bersatu dan bersama untuk kepentingan bersama.
7) Penarikan pajak secara berlebihan, di antara solusi dibuat aturan dan sistem.
8) Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat, di antara  solusinya dibuat batasan anatara hak dan kewajiban.
 9) Rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama, di antara solusi  dibentuk lembaga keagamaan dan kegiaatan rohani.
10) Penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat, di antara solusinya diberi pandangan mana hak dan batil. [10]

VI.          Syarat dalam  Tajdid Ilmu  dan Membangun Peradaban
     Ada sebagian Syarat dalam  Tajdid Ilmu  dan Membangun Peradaban Islam di antaranya :  
1.       Memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban Islam dimasa lalu, mengenai cara-cara bagaimana kejayaan peradaban Islam itu dicapai dan bagaimana kejatuhannya itu terjadi dan mengenal sejarah para ilmuwan yang berhasil sebagai tolak ukur kita dalam kemajuan dan perkembangan zaman.
2.      Memahami kondisi ummat Islam masa kini dan mengidentifikasi masalah atau problematika yang sedang dihadapi ummat Islam masa kini. Maksudnya untuk mencari solusi yang berupa langkah-langkah strategis dan juga praktis.
3.      Memahami kembali konsep-konsep kunci dalam Islam. Pada saat yang sama kita perlu memahami Islam dengan menggali konsep baru dalam berbagai bidang sehingga dapat membentuk bangunan baru peradaban Islam dan penambahan kaderisisasi intektual dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menghadapi tantangan zaman. Artinya dengan konsep-konsep Islam kita dapat bersikap kritis ataupun apresiatif terhadap konsep-konsep yang datang dari luar Islam.
VI. Penutup
Menjadi bangsa yang maju peradabannya dan tradisi keilmuan harus direvitalisasi kembali,  tidak bisa tidak, memang harus dimulai dari pendidikan berkualitas yang bisa diakses oleh semua kelompok masyarakat, Pendidikan yang berkualitas baik secara filosofis-teoritis maupun teknis-praktis akan meningkatkan kualitas yang utuh bagi pendidikan nasional kita. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan kita semua, kita harus bersatu-padu dalam memajukanperadaban  dan mencerdaskan anak bangsa menuju Indonesia, baldatun, toyyibatun wa robbun Ghofur.
Peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun oleh ilmu pengetahuan Islam yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam. Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal itu tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk memberi respon seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu pengetahuan. Lebih penting dari ilmu dan pemikiran yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat, adalah intelektual. Ia berfungsi sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap ide dan pemikiran tersebut. Bahkan perubahan di masyarakat ditentukan oleh ide dan pemikiran para intelektual. Ini bukan sekedar teori tapi telah merupakan fakta yang terdapat dalam sejarah kebudayaan Barat dan Islam.
Jika substansi peradaban Islam adalah pandangan hidupnya, maka membangun kembali peradaban Islam adalah memperkuat pandangan hidup Islam. Hal ini dilakukan dengan menggali konsep-konsep penting khazanah ilmu pengetahuan Islam dan menyebarkannya agar dimiliki oleh kaum terpelajarnya yang secara sosial berperan sebagai agen perubahan dan yang secara individual akan menjadi decision maker
Begitu sentralnya kedudukan ilmu dalam pembangunan sebuah peradaban, maka menurut saya, umat Islam yang sedang membangun sebuah peradaban harus menguasahakan secara maksimal alih ilmu pengetahuan dari bangsa yang menguasainya meskipun mereka bukan Muslim. Demikian pula pencarian ilmu itu tidak terbatas pada ilmu agama Islam saja, tetapi juga termasuk ilmu-ilmu umum yang bermanfaat, sebab kedua ilmu itu sama cepatnya mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia. Dengan pendidikan agama yang tepat dan benar, dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan dan kesejahteraan negeri ini. Sehingga dengan demikian, makna agama sebagai rahmatan lil’alamin bisa mencapai maknanya di seluruh alam.


                                  DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT Grafindo Persada) 2011, h.34
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 10, h. 8. 060; baca juga ‘Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir,

 Hamid Fahmy Zarkasyi Tragedi Adopsi Peradaban Barat, Makalah Majalah ISLAMIA, Jakarta, tanggal 31 Juli 2004.

Ibn KhaldËn, 'Abd al-RaÍmÉn Ibn MuÍammad, The Muqaddimah: an Introduction to history, Penerjemah Franz Rosenthal, 3 jilid, editor N.J. Dawood.

Muhamad ‘Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir, Juz 3, 1999

Nurcholish Majid, Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1997
www....Misi Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.





























PERSOANAL DATA

Nama                           :   Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed
Sex                              :   Male
Place / Date of Birth   :   Palembang, July, 29th, 1975
Adress                         :   Jl. Ahmad  Yani No. 162, Rt,   Rw :    Kota Metro Lampung.
Religion                       :   Moslem
Hp                               :   0812-130-22488, ......
Email                           :   mihsandacholfany@yahoo.com

Formal Education       :          
o   Doctoral of  Manajement of Education, UNINUS Bandung  
o            Master of Islamic Education, National Malaysia
o      Islamic Economic at University of Indonesia and  Islamic Education,  IPRIJA Jakarta
o      Senior High School , Islamic  College Darussalam Gontor , Ponorogo, East Java  and Madrasatul Qur”an  Jombang and Baitul Arqom Jember.
o      Junior High School, Bina Warga Palembang
o      Elementry, SDN 108-186  Palembang

Working  Experince    :     
·         Teacher  Islamic  College Darussalam Gontor , Ponorogo, East
·         Teacher  Islamic  College Husnayain  Jakarta
·         Teacher at STM Giri Kencana, SMK Tunas Islam, SMA Perguruan Nasional, SMA Al-Ma’ruf.
·         Lecurer at Tunas Islam, AMIK Yapri, IPRIJA, Ibnu Chaldun, Bani Saleh, Panca Sakti, Ganesha, Al-Ghrobaa, YAPPAN, Binamadani, Lan Taburoo, UM Metro, STAIN Jurai Siwo.

Publication                    :   
}  “Analisis Pemikiran Syed Ali Ashraf Tentang Masalah Pendidikan” (ISSN: 1693-247X, Vol. 3, No. 1, Juli-Agust 2005, IPRIJA Jakarta.

}  Sistem dan Pendidikan Menurut Menurut Ibnu Sina
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 01, 2010 M, Bani Saleh Bekasi.

}  “Manajemen Mutu Pendidikan dan Kepemimpinan Pendidikan”
ISSN: 1979-9004, Jan-Maret  2010, PPs UNINUS BANDUNG

}  “Pendekatan Mempelajari Agama
ISSN: 0853-6295, , No. 01, Jan-Juli 2010, Al-Ghurobaa. Jakarta

}  “Manajemen Mutu Pembelajaran di lembaga Pendidikan Islam”
ISSN: 1693-0693X, Jul-Des 2010,P3MP  STAIN JuraiSiwo lampung

}  Tinjauan awal Analisis SWOT Pada Sekolah Kejuruan
ISSN: 0853-6295, Vol. 14,  Juli-Des 2010, Al-Ghurobaa, Jakarta

}  “Pendidikan karakter di Pondok Pesantren
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 02, 2011 M, Bani Saleh Bekasi

}  “Konsep Masyarakat Madani Dalam islam “
ISSN:1693-0693X, Jan-Jun 2012, P3MP,STAIN JuraiSiwo lampung


}  Guru Bijak: Memahami Psikologi Perkembangan dan BelajarAnak
                                            ISSN: 2087 –7854, Feb 2012 BUMISILAMPARI, L Linggau Sumsel

}  Faktor Kegagalan dan Kunci Sukses dalam Pendidikan”
                     ISSN:1411-6154, Okt 2012  Koordinat (KopertaisWil I DKI Jakarta)

}  “Pengambilan Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi di Bidang Pendidikan”
ISSN: 1693-9360, Jul-Des 2013, STIT Agus Salim Metro,  lampung

}   

Research        :
v  Lesson Study  sebagai Upaya Peningkatan kualitas Pembelajaran di madrasah Ibtidaiyah (MI) di kota Metro lampung
  ((PAR) -Kol-mad-ng-52-0251 2011 : Dir Pend.Tinggi Islam
   Kemenag RI.April /d Nov 2011.

v  Ekspektasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Program Studi Agama Islam dan Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)” Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI Des s/d Maret 2011

v  Penyusunan Panduan Kurikulum  SKI MA Jender
(Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des  2010

v  Pemberdayaan Komunitas Marjinal (PKM).
(Edukasi bagi Kaum Ibu Marginal Tentang No. PKM/14/2013 (Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des  2013

v   


Organization  Experience :
§   Chief  Section ( OPPM  - Library)  Darussalam Gontor,  East java
§   Presiden of Campus IPRIJA Jakarta
§   Secretary PII  UKM Malaysia
§   Dean Campus IPRIJA  Jakarta
§   Naib  Chief at Bani Saleh Campus, Bekasi
§   Naib  Chief Binamadani Campus, Tangerang
§   Member PII, IMM, HMI.KAMMI.












[1] Dosen Universitas Muhammadiyah Metro dan STAIN jurai Siwo
[2] Ibn KhaldËn, 'Abd al-RaÍmÉn Ibn MuÍammad, The Muqaddimah: an Introduction to history, Penerjemah Franz Rosenthal, editor N.J. Dawood. (London, Routledge & Kegan Paul, 1978), hal. 54-57.
[3] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT Grafindo Persada) 2011, h.34
[4] www......Misi Universitas Muhammadiyah Metro
[5]Muhamad ‘Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir, Juz 3, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), p. 554; Hamka, Tafsir al-Azhar, Jil. 10, (Singapura: Pustaka Nasional, 1999), p. 8059-8060; dan Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 28, (Mesir: Mustafa Bab al-Halabi, t.th.), h. 198.
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 8. 060; baca juga ‘Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir, Juz 3, h. 554.  
[7] Rosenthal, Knowledge the Triumphant, Leiden, E.J.Brill mencatat lebih dari seratus definisi 'ilm dalam tradisi intelektual Islam, 1970, h. 52-69.
[8] Hamid Fahmy Zarkasyi Tragedi Adopsi Peradaban Barat, Makalah Majalah ISLAMIA, Jakarta, tanggal 31 Juli 2004.

[9] Nurcholish Madjid, Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1997
[10] Mehdi, Soltanzadeh, “Factor Affecting a Siciety’s Life Span, According to Ibn Khaldun”, a paper disampaikan pada International Conference:Ibn Khaldun’s Legacy and Its Contemporary Significance, 20th-22th November, 2006, ITAC-IIUM, Kuala Lumpur, hal.3-7  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar