Kamis, 11 Februari 2016

TANTANGAN DAN HARAPAN PENDIDIKAN TINGGI YANG BERDAYA SAING DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN M. Ihsan Dacholfany



TANTANGAN DAN HARAPAN PENDIDIKAN TINGGI YANG BERDAYA SAING DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN
M. Ihsan Dacholfany [1]

ABSTRACT

The enactment of ASEAN economic community in 2015 and Asia Pacific free market makes every country including Indonesia have to prepare itself to welcome the upcoming guest. Thus, Indonesia and its people should be able to compete in ASEAN region. Supported by a large population and abundant natural resources, so one of the big challenges of national education in Indonesia is to impart the collective awareness as a nation which needs to struggle hard to achieve the goals and progress and catch up with other countries in many aspects. One of the important aspects which need to be soon prepared by this nation is the qualified, professional, and competent Human Resources. The Increased ability of qualified human resources can be done through various ways such as in the field of education namely improving the quality of the education sector, lowering the education costs, adding the infrastructure, giving the educational scholarships to get educational opportunities, enhancing skills, technology, and mental entrepreneurship earlier, and building the  personal character such as honesty, trustworthy and responsibility which  in the future are expected to be able to increase the competitiveness of Indonesia in ASEAN free trade area and support other ASEAN countries, the improvement and increase of the quality of education is expected to make Indonesia more competitive in world trade competition.

Keywords: challenge, hope, higher education, ASEAN free market





ABSTRAK
Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 2015 dan pasar bebas Asia Pasifik, membuat setiap negara harus menyiapkan diri untuk menyongsongnya, tidak terkecuali Indonesia. Maka seharusnya masyarakat dan bangsa Indonesia mampu untuk bersaing di kawasan ASEAN. Dengan didukung jumlah penduduk yang besar dan kekayaan alam yang melimpah, maka salah satu tantangan besar dunia pendidikan nasional di Indonesia adalah menanamkan kesadaran kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai cita-cita dan kemajuan serta mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain dalam banyak aspek. Salah satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah Sumber Data Manusia yang berkualitas, Profesional dan kompeten. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui berbagai macam cara di anataranya dibidang pendidikan, antara lain; memperbaiki kualitas sektor pendidikan, biaya pendidikan yang murah, penambahan sarana prasarana, pemberian beasiswa pendidikan untuk kesempatan mendapatkan pendidikan,  peningkatkan skill dan tekhnologi dan disertai dengan pembekalan mental kewirausahaan secara dini serta mendidik pribadi karakter jujur, amanah dan tanggung jawab diharapkan kelak,  akan mampu meningkatkan daya saing negara Indonesia di kawasan perdagangan bebas ASEAN dan negara pendukung anggota ASEAN lainnya,  maka perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan  diharapkan dapat membuat Indonesia lebih kompetitif dalam persaingan perdagangan dunia.
Kata Kunci : tantangan, harapan, Pendidikan tinggi, Pasar bebas Asean
Kategori Tema : B Pendidikan
Tipe Makalah : Case Studi Paper




1. PENDAHULUAN
Kesadaran tentang urgennya sistem pendidikan nasional Indonesia yang kuat dan bermutu dalam rangka  menopang kemajuan bangsa maka  Indonesia harus segera fokus untuk melawan tantangan dalam merealisasikan dan mempercepat peningkatan mutu pendidikan agar tidak semakin tertinggal dari negara lain dengan cara mempercepat perbaikan sistem pendidikannya dan sumber daya manusia yang berkemajuan. Oleh sebab itu, Indonesia harus segera memberi perhatian serius untuk meciptakan pendidikan di semua jenjang agar memiliki harapan sehingga memiliki kualitas dan dapat diarahkan untuk mendukung kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan setiap generasi berbeda tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagaiman Ali bin Abi Thalib mengingatkan kita agar : Allimu auladakum ghoiro ma ullimtum fainnahum khuliqo lizamanin ghoiro zamanikum.
AEC (Asean Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Asean 2015 merupakan bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015 dan seharusnya Negara Asean termasuk Indonesia sudah siap menghadapi Pasar Bebas Asean ini. Dan pemberlakuan AFTA tinggal beberapa bulan lagi, dengan pemberlakuan AFTA ini maka negara-negara Asean akan memiliki pasar tunggal yang dinamis dan memiliki daya saing. Kondisi ini bisa menjadi tantangan dan ancaman, juga bisa menjadi peluang emas[2] dan Pada akhir tahun 2015 akan menjadi suatu batas tenggat waktu bagi Indonesia untuk memasuki Asean Economic Community (AEC). Masyarakat ekonomi ASEAN akan membuka batas-batas aturan mengenai pajak, tarif dan bea untuk barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Dan hadirnya Asean Economic Community (AEC) akan berpengaruh tidak hanya pada sektor perdagangan bebas untuk berbagai produk barang tetapi juga akan berpengaruh terhadap sektor tenaga kerja, selain itu dengan Asean Economic Community (AEC),  berbagai negara di ASEAN akan dengan bebas bersaing untuk mengisi sektor tenaga kerja di seluruh negara ASEAN.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang disepakati oleh 10 negara ASEAN itu dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang makmur dan berdaya saing tinggi. Sebuah kesepakatan yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan menurunnya angka kemiskinan dan memudarnya perbedaan sosial.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 telah berada di depan mata tentunya menjadi tantangan dan harapan serta menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya pemerintah Indonesia. Semua pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah menjadi penting untuk menyiapkan langkah-langkah, termasuk perguruan tinggi perlu melakukan penguatan segala aspek pendidikan.
Bagi negara yang memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang tinggi, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015  ini akan menjadi peluang untuk melakukan ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya. Bagaimana dengan Indonesia, apakah sebenarnya Pendidikan Tinggi Indonesia sudah mempunyai kesiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, ini merupakan tantangan dan harapan yang lebih maju dan mundur, apa yang yang harus dilakukan  ?
Lembaga pendidikan tinggi Indonesia, khususnya perguruan tinggi swasta, diharapkan  mampu menghasilkan lulusan berdaya saing di kancah Internasional, setidaknya untuk kawasan ASEAN. Ini diperlukan untuk menghadapi pasar  bebas ASEAN 2015 maka  Potensi potensi anak bangsa Indonesia yang datang dari berbagai lulusan Perguruan Tinggi baik Negeri dan Swasta seyogyanya menjadi sebuah kekuatan besar yang akan menjadi asset dan investasi utama negara Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 maka Pendidikan Tinggi tentunya harus mampu menghasilkan lulusan yang siap untuk sukses di dunia kerja dan mampu membawa perubahan dalam dunia ini dengan kekuatan riset aplikatif yang dibutuhkan masyarakat dan industri.
Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa adalah suatu keniscayaan. Melalui pendidikan bermutu dapat dilahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu row input proses pembangunan bangsa. Tanpa pendidikan yang bermutu tidak mungkin tujuan pembangunan sebuah bangsa dapat terwujud dengan baik. Pendidikan bermutu dan pembangunan berkualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam konteks bangsa Indonesia,  landasan yuridis Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menyatakan bahwa “….kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Merujuk kepada petikan pembukaan UUD 1945 tersebut, jelas bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi operasional untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui upaya pembangunan sektor pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pilar strategis yang tidak bisa tergantikan oleh sektor manapun dan sudah menjadi komitmen nasional sejak negara ini berdiri, sehingga isu pendidikan selalu menarik untuk dikaji dan dikembangkan. Menurut Barizi mengungkapkan bahwa di era globalisasi ini, pendidikan masih dianggap sebagai kekuatan utama dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) [3].
Maka dari itu, dalam makalah ini penulis akan meneliti dan mengkaji bagaimana permasalahan dan persiapan Bangsa Indonesia dalammenghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang akan diberlakukan dalam waktu dekat, tidak ada kata lain kecuali kita semua seluruh stakeholder mulai dari pusat hingga daerah harus berusaha dan bekerja keras.

II.Permasalahan
1.      Apa tantangan  bagi perguruan tinggi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 ?
2.      Apa harapan  dalam menghadapi pasar  bebas ASEAN 2015 ?
3.      Peran  pemerintah dan  perguruan tinggi dalam menghadapi pasar  bebas ASEAN 2015 ?

III. Metodologi dan Kajian Teoritik
Metode Penelitian makalah ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode deskriptif analitik dengan variasi studi kasus.Metode deskriptif analitik merupakan metode penelitian yang menekankan kepada usaha untuk memperoleh informasi mengenai status atau gejala pada saat penelitian, memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh menerangkan hubungan, serta menarik makna dari suatu masalah yang diinginkan. Sukmadinata mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling mendasar dan ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia[4].
Metode atau cara yang digunakan dalam menjawab pertanyaan kajian ini adalah study literacy. Maka makalah ini dapat digolongkan kedalam jenis makalah teoritis atau teoritical paper. Study literacy atau studi pustaka merupakan cara mencari informasi dengan meninjau beberapa literatur/literacy yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian/kajian
Adapun studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu "kesatuan sistem". Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal yakni hasil pengumpulan dan analisa kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain-lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai satu kesatuan. Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan pada objek yang terbatas. Maka persoalan pemilihan sampel yang menggunakan pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Oleh karena metode yang digunakannya metode deskriptif dengan variasi metode studi kasus, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan hipotesis yang dirumuskan di awal untuk diuji kebenarannya, hal ini sesuai dengan yang dungkapkan oleh Arikunto bahwa pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Kalaupun dalam perjalannnya terdapat hipotesis, ia mencuat sebagai bagian dari upaya untuk membangun dan mengembangkan teori berdasarkan data lapangan (grounded theory)[5].
Pendekatan kualitatif interaktif sengaja dipilih karena penulis menganggap bahwa karakteristiknya sangat cocok dengan masalah yang menjadi fokus penelitian.
Terdapat beberapa karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut :
a.         Latar alamiah; secara ontologis suatu objek harus dilihat dalam konteksnya yang alamiah, dan pemisahan anasir-anasirnya akan mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu.
b.         Manusia sebagai instrumen; Peneliti menggunakan dirinya sebagai pengumpul data utama. Benda-benda lain sebagai manusia tidak dapat menjadi   instrumen   karena   tidak   akan   mampu   memahami   dan meyesuaikan diri dengan realitas yang sesungguhnya.
c.         Pemanfaatan pengetahuan non-proporsionak Peneliti naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat dan pengetahuan lain yang tak terbahaskan (tacit knowledge) selain pengetahuan proporsional (propostional knowledge) karena pengetahuan jenis pertama itu banyak dipergunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden.
d.        Metode-metode kualitatif, Peneliti kualitatif memilih metode-metode kualitatif karena metode-metode inilah yang lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.
e.         Sampel purposif; Pemilihan sampel secara purposif atau teoretis disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi mendapatkan realitas yang berbagai-bagai.
f.          Analiais data secara induktif, Metode induktif dipilih ketimbang metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai dilapangan, membuat inteaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak, dan mudah dilakukan, serta memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi.
g.         Teori dilandaskan pada data di lapangan; Para peneliti naturalistis mencari teori yang muncul dari data. Mereka tidak berangkat dari teori apriori karena teori ini tidak akan mampu menjelaskan berbagai temuan (realitas dan nilai) yang akan dihadapi di lapangan.
h.         Desain penelitian mencuat secara alamiah; Para peneliti memilih desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun di awal penelitian. Desain yang muncul merupakan akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden.
i.           Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; Para peneliti naturalistik ingin melakukan negosiasi dengan responden untuk memahami makna dan interpretasi mereka ihwal data yang memang di peroleh dari mereka.
j.           Cara pelaporan kasus; Gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang cara pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian kuantitatif, sebab pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan terhadap deskripsi realitas di lapangan yang dihadapi para peneliti.
k.         Interpretasi idiograflk; Data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiograflk, yaitu secara kasus, khusus, dan kontekstual. tidak secara nomotetis, yakni berdasarkan hukum-hukum generalisasi.
l.           Aplikasi tentatif; Peneliti kualitatif kurang berminat (ragu-ragu) untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya karena realitas yang dihadapinya bermacam-macam.
m.       Batas penelitian ditentukan fokus; Ranah teritorial penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang mencuat ke permukaan. Fokus demikian memungkinkan interaksi lebih mantap antara peneliti dan responden pada konteks tertentu.
n.         Keterpercayaan dengan kriteria khusus; Istilah-istilah seperti internal validity, external validity, reliability dan objectivity kedengaran asing bagi para peneliti naturalistik, karena memang bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. Keempat istilah tersebut dalam panelitian naturalistik diganti dengan credibility, transfer ability, dependability, dan conjirmability."[6]

AEC (Asean Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Asean 2015 merupakan bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Sebagai acuan oleh seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen AEC, telah disepakati AEC Blueprint yang ditandatangani para pemimpin ASEAN pada bulan November 2007 di Singapura.
Dengan pemberlakuan Asean Free Trade Area (AFTA) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 maka negara-negara Asean akan memiliki pasar tunggal yang dinamis dan memiliki daya saing. Kondisi ini bisa menjadi ancaman, juga bisa menjadi peluang emas bagi bangsa Indonesia. Terlepas dari siap atau tidak, Indonesia akan segera menghadapi era persaingan bebas pada 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), begitu zaman menyebutnya. Sebuah era dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan terbuka untuk segenap penduduk negara-negara yang melingkupinya. Dari itu, MEA atau disebut juga dengan ASEAN Economic Community (AEC), menjadi sebuah agenda penting yang tidak hanya menuntut perhatian, tapi sekaligus kesadaran semua pihak untuk segera menyiapkan diri dari gempuran kebebasan berekonomi. Beberapa sektor bidang pekerjaan yang akan banyak di incar oleh tenaga kerja asing disesuaikan dengan jenis industri yang akan berkembang dan mempunyai prospek yang bagus dalam perdagangan bebas antar negara ASEAN tersebut. Bidang pekerjaan yang akan banyak menyerap tenaga kerja di antaranya meliputi: Sektor Informasi dan Tekhnology, Parwisata (Travel, Perhotelan), Kesehatan, Industri dan Manufaktur, Transportasi (Darat, Laut dan Udara), Pertanian, Kosultan, Pendidikan, khususnya Training Center,  Kelautan,  Properti dan Sektor Pangan dan sektor bisnis lainnya.

IV. Pembahasan
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Bangsa Indonesia  harus optimis dan  justru harus dijadikan momentum dan peluang emas untuk membangkitkan dan memajukan berbagai sektor pembangunan infrastruktur, memajukan ekonomi, keamanan, pendidikan dan sosial budaya,  dalam menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Indonesia harus mampu bersaing dengan negara lainnya dengan harapan agar mampu memanfaatkan peluang terutama dengan menyiapkan lulusan yang siap mengisi pasar kerja di kawasan ASEAN. Maka Perguruan Tinggi perlu melakukan revitalisasi diri dan seharusnya mampu  berdiri di garda depan dan harus terus memacu diri untuk pengembangan pendidikan di tanah air yang tentunya diharapkan memiliki perguruan tingginya yang berkualitas dan berdaya saing dalam menyungsong Pasar Bebas Asean.

1.      Tantangan bagi perguruan tinggi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015?
a.       Tantangan utama bagi bangsa Indonesia adalah terbatasnya akses pendidikan tinggi.
b.      Adanya kemudahan untuk bekerja ke negara sesama anggota ASEAN dan adanya kemudahan dalam pengurusan visa kerja.
c.       Kurangnya penguasaan  bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi
d.      Sumber daya manusia (SDM) yang belum mumpuni.
e.       Tingginya tuntutan persaingan sumber daya manusia.
2.      Solusi bagi  perguruan tinggi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN (AFTA) 2015 atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 ?
a.       Permasalahan utama bagi bangsa Indonesia adalah dengan  rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia disebabkan kepada terbatasnya akses pendidikan tinggi dan  mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, maka solusi memberikan jaminan pendidikan dan sangatlah wajar jika ada ide Jaminan Pendidikan Nasional (Jamdiknas), yang menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan penyelenggaraan jaminan pendidikan gratis dan berkualitas hingga sarjana (S1) kepada seluruh anak Indonesia.[7] dan argumen tersebut bahwa jika alokasi anggaran pendidikan nasional yang mencapai Rp 371 trilyun ditambah APBD dan alih subsidi BBM maka alokasi anggaran tersebut dianggap cukup untuk menyelenggarakan Jamdiknas[8] .
b.      Dengan adanya kemudahan untuk bekerja ke negara sesama anggota ASEAN Ini merupakan tantangan bagi Indonesia khususnya perguruan tinggi yang  belum mapan sebab akan terjadi persaingan tenaga kerja, maka perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya manusia atau alumni  yang memiliki keilmuan, kompeten, profesional  dan memiliki skill yang handal sesuai dengan kebutuhan.
c.       Bahasa, alumni pendidikan tinggi  belum mampu secara maksimal dalam penguasaan bahasa Internasional atau Asean yaitu bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam menghadapi Pasar bebas Asean  walaupun sudah diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi bahkan ada kursusnya, namun minat dan kemampuan generasi masih kurang untuk berusaha menguasai bahasa Inggris hal ini   bukan  bermaksud “membunuh” eksistensi bahasa Indonesia, akan tetapi pada saat ini bahasa Inggris sangat instrumental untuk meningkatkan mutu pendidikan[9], maka Pendidikan Tinggi dituntut agar mahasiswa dan alumninya memililki kemampuan berbahasa dengan memberikan pelayanan berupa sarana prasarana, aturan, materi ajar yang memadai khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dan diakui oleh Negara Asean.
d.      Pendidikan Tinggi harus mempersiapkan Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni sebagai tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang tinggi, sebenarnya Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),  ini akan menjadi peluang untuk melakukan ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya, maka peran Sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan dalam menghasilkan produk yang berkualitas.  SDM menjadi satu sektor jasa yang menjadi objek dalam pasar tunggal ASEAN. Tenaga kerja ahli dan terampil akan memperoleh akses bebas mencari dan memasuki lapangan kerja dalam kawasan negara-negara ASEAN. Oleh Sebab itu, perlu upaya yang sistematis dilakukan oleh pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas SDM baik dalam bentuk hard skill maupun soft skill[10]
3.      Peran Pemerintah dan Perguruan Tinggi
1.      Peran Pemerintah Indonesia melalui Perguruan Tinggi hendaknya mempersiapkan segala hal dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015  atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 antara  lain :
a.         Indonesia harus segera bangkit dan berkemas untuk menyongsong era kebebasan MEA. Peningkatan kualitas harus segera ditingkatkan di berbagai lini, baik jasa maupun prosuksi dengan menyiapkan produk dan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi dengan memiliki kompetensi tersertifikasi dan professional.
b.         Indonesia tidak boleh hanya terpaku pada kekayaan alam yang dimilikinya. Karena di pasar bebas, inovasi dan produktivitas lebih menuntut untuk dikembangkan daripada hanya sekadar membanggakan kekayaan alam tapi tidak mengolahnya dengan bijaksana maka perlu manajer yang professional  dan mempunyai tata kelola yang baik dan benar.
c.         Menambah dan memanfaatkan Laboratorium dengan maksimal, seiring dengan berkembangnya teknologi pengujian, laboratorium juga dituntut untuk memberikan jaminan mutu pengujian kepada customer, di samping metodenya harus tervalidasi, terakreditasi ISO 17025:2005, menggunakan teknologi terkini dan laboratorium juga dituntut untuk mengikuti uji profisiensi secara berkala agar kompetensi laboratorium dapat terjaga mutunya untuk itulah perlunya peran pemerintah dan perguruan tinggi. Dengan demikian keselarasan dalam melangkah untuk memberikan sistem jaminan mutu, antara pihak laboratorium dan pelaku industri harus saling mendukung. Laboratorium harus dapat memberikan nilai pengujian yang benar dan dapat diterima atau diakui oleh pasar internasional dan pelaku industri dapat mengontrol mutu produknya dengan melihat hasil dari nilai pengujian.
d.        Pemerintah dan Perguruan Tinggi diharapkan mampu membuat produk baru  dan mempertahankan Produk Indonesia yang ada  agar  dikemas dengan cara yang berbeda. Ini menjadi penting dilakukan agar batik, tas etnik Aceh, ataupun kekhasan lain yang dipunya Indonesia dapat dipertahankan.
e.         Pemerintah bekerjasama dalam usaha peningkatan ilmu pengetahuan, skill dan teknologi sehingga dapat melahirkan  tenaga kerja yang handal dalam menghadapi perdagangan bebas tersebut, disertai dengan pembekalan mental kewirausahaan secara dini. Di mana persaingan akan semakin ketat dan tinggi. Perusahaan akan mencari karyawan atau tenaga kerja yang benar benar bukan hanya berpengalaman, namun juga akan mencari tenaga kerja yang mempunyai kemampuan yang lengkap selain dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya.
f.          Perguruan Tinggi  diharapkan dapat  bekerjasama dengan Pemerintah dalam  meningkatkan sistim pelayanan yang akan memberikan informasi tentang perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara secara berkala dan juga menyediakan sistim online dan terintegrasi yang dapat  mempermudah segala hal yang berkaitan dengan dunia usaha, pekerjaan, bisnis dan lain lainnya. Sistim online dan terintegrasi ini yang belum maksimal di miliki oleh negara Indonesia agar informasi yang berhubungan dengan bisnis di negara tersebut tersedia secara lengkap dan bisa di akses secara global baik oleh penduduk lokal dan para pengusaha serta investor yang akan membuka bisnis di negara tersebut[11].
g.         Pemerintah diharapkan agar mempersiapkan pelaku usaha yang tangguh mengglobal baik kuantitas maupun kualitasnya dengan kurikulum Perguruan yang bermanfaat dan merubah struktur pendidikan ke arah yang lebih profesional berikut akses pendukung lainnya, seperti infrastruktur dasar maupun infrastruktur strategis serta membentuk prilaku pasar yang berkearifan lokal.
h.         Pemerintah memberikan kesempatan kepada Pendidikan Tinggi untuk mengolah  pendidikan atau program studi yang sangat berorientasi pada dunia kerja. Pembelajaran yang dikembangkan dari setiap program dan jenjang harus juga terintegrasi dengan dunia kerja yang berkaitan sehingga perguruan Tinggi dapat mengembangkan kolaborasi dengan banyak industri dengan banyak model.
i.           Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta secara bertahap meningkatkan program beasiswa dalam pengiriman mahasiswa ke luar negeri dengan  memiliki target capaian penambahan jumlah magister dan doktor secara nasional mampun Internasional.

Adapun Menurut Adhe Nuansa Wibisono[12] Hal mendasar yang harus diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia ke depan dalam menyambut pasar bebas ASEAN 2015 adalah mengubah orientasi pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia. Beberapa langkah yang dirasa perlu dilakukan Indonesia adalah Pemerintah dalam waktu 5 tahun ke depan harus memberikan perhatian terhadap peningkatan kualifikasi pendidikan tenaga kerjanya yang sebagian besar terdiri dari lulusan sekolah dasar agar minimal dapat menjadi lulusan sekolah menengah. Ini mendesak dilakukan agar pekerja Indonesia dapat bertahan menghadapi pasar bebas ASEAN ke depannya dan Pemerintah diharapkan dapat memberantas gejala korupsi sistemik yang terjadi khususnya dalam sektor pendidikan. Anggaran pendidikan yang berjumlah sebesar Rp 371 trilyun, jika tidak tergerus oleh bancakan para koruptor tentu akan menjadi modal utama pemerintah dalam menjalankan program-program pendidikan serta diharapkan Indonesia secara bertahap melakukan reformasi kebijakan pendidikan yang kemudian dapat mendukung ide penyelenggaraan pendidikan gratis hingga tingkat perguruan tinggi. Penataan ulang pos anggaran secara efektif dan efisien seperti yang dilakukan Finlandia diharapkan dapat mewujudkan ide tersebut.
Sedangkan A. Malik Fajar mengatakan bahwa dalam meningkatkan kualitas pendidikan di perguruan tinggi haruslah dimulai dengan cara membangun kepercayaan / image / citra baik dosen maupun karyawannya kepada masyarakat, adanya tata kelola institusi yang disiplin, tranfaran dan accountable serta pemimpin yang profesional [13].
Selain di atas, menurut penulis Tidak kalah pentingnya adalah diharapkan Pemerintah melalui Perguruan Tinggi berusaha menciptakan sumber daya manusia  yang memiliki  karakter jujur, bertanggung jawab, tidak bermental korupsi, siap barsaing baik dalam skala nasional maupun internasional, karena keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia akan bertitik tolak dari pribadi karakter  yang bersih, jujur, dan bertanggung jawab.
 V. Penutup
Berbagai informasi pasar bebas ASEAN 2015 sudah banyak diberitakan di berbagai media, namun secara khusus informasi bagaimana mempersiapkan dan merencanakan dalam menghadapi perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara tersebut tidak banyak didapatkan oleh masyarakat, pihak swasta dan pihak pihak yang memerlukan informasi lengkap mengenai bagaimana mempersiapkan pasar bebas ASEAN 2015 atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015? dengan perencanaan perencanaan yang matang, terutama bagaimana mengatasi masalah dan menangkap peluang besarnya market dalam pasar bebas Asean tersebut.

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka disimpulkan sebagai berikut:
1.      Dalam menyambut atau menyongsong pasar bebas ASEAN 2015. Indonesia  harus optimis dan bisa dijadikan momentum dan peluang emas untuk membangkitkan dan memajukan berbagai sektor khususnya  pendidikan maka Perguruan tinggi mempunyai peran paling strategis dalam menentukan pembangunan dan kemajuan bangsa dengan segera mengaktifkan sinergi dalam satu kesatuan, visi, misi dan tujuan bersama dalam menghadapi persaingan menyonsong Pasar Bebas Asean.
e.        Pendidikan Tinggi seharusnya sadar bahwa  tuntutan persaingan sumber daya manusia maka langkah yang dilakukan adalah  bukan sekedar sosialisasi, namun lebih diharapkan untuk memetakan persoalan yang menyebabkan rendahnya daya saing dan langkah antisipatif mengatasinya sehingga SDM dari perguruan tinggi betul-betul dapat memenuhi kebutuhan bagi negara ASEAN
B.     Saran
Saran yang diberikan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut:
1.      Peran pemerintah diharapakn dapat  membantu dana, sarana prasarana dan memberikan beasiswa kepada perguruan tinggi  untuk mendukung kuantitas dan kualitas pendidikan. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong serta mempermudah supaya kemitraan di antara institusi pendidikan di dalam negeri dan luar negeri bisa terjalin dengan baik guna mendukung kemajuan sistem pendidikan Indonesia.
2.      Pemerintah diharapkan sebagai fasilitator dalam kerjasama antar Lembaga Pendidikan Tinggi  seperti studi banding sehingga mampu menularkan dan mentransfer pengalaman pengelolaannya yang lebih rendah status akreditasinya misalnya sehingga  bisa saling membantu dalam hal manajemen maupun sumber daya manusianya seperti kekurangan dosen,  terbatasnya sarana prasarana, kualitas dosen, rendahnya publikasi ilmiah, dan sebagainya.


















DAFTAR PUSTAKA


Adhe Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan Reformasi Pendidikan Indonesia,  peneliti  

       ASEAN di The Habibie Center Republika, 28 April 2014

 

Barizi A, 2009, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Nana Syaodih,  2008, Metode Penelitian Pendidikan.  Bandung: Rosda 
Antara News, 30 April 2014
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com, Wibowo dan Asmaul Husna,  Komunitas Demokrasi Aceh Utara (KDAU), 2014
M. Ihsan Dacholfany, 2013, Prosiding : Seminar Nasional, Peran Perguruan Tinggi dalam Tajdid Ilmu dan Peradaban : Revitalisasi Perguruang Tinggi Dalam membangun Ilmu dan Peradaban, Universitas Muhammadiyah metro













PERSOANAL DATA
Nama                           :   Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed
Sex                              :   Male
Place / Date of Birth   :   Palembang, July, 29th, 1975
Adress                         :   Jl. Ahmad  Yani No. 162, Rt,   Rw :    Kota Metro Lampung.
Religion                       :   Moslem
Hp                               :   0812-130-22488, ......
Email                           :   mihsandacholfany@yahoo.com

Formal Education       :          
o   Doctoral of  Manajement of Education, UNINUS Bandung  
o            Master of Islamic Education, National Malaysia
o      Islamic Economic at University of Indonesia and  Islamic Education,  IPRIJA Jakarta
o      Senior High School , Islamic  College Darussalam Gontor , Ponorogo, East Java  and Madrasatul Qur”an  Jombang and Baitul Arqom Jember.
o      Junior High School, Bina Warga Palembang
o      Elementry, SDN 108-186  Palembang

Working  Experince    :    
·         Teacher  Islamic  College Darussalam Gontor , Ponorogo, East
·         Teacher  Islamic  College Husnayain  Jakarta
·         Teacher at STM Giri Kencana, SMK Tunas Islam, SMA Perguruan Nasional, SMA Al-Ma’ruf.
·         Lecurer at Tunas Islam, AMIK Yapri, IPRIJA, Ibnu Chaldun, Bani Saleh, Panca Sakti, Ganesha, Al-Ghrobaa, YAPPAN, Binamadani, Lan Taburoo, Universitiy Muhammadiyah  Metro, STAIN Jurai Siwo.

Publication                    :   
}  “Analisis Pemikiran Syed Ali Ashraf Tentang Masalah Pendidikan” (ISSN: 1693-247X, Vol. 3, No. 1, Juli-Agust 2005, IPRIJA Jakarta.
}  Sistem dan Pendidikan Menurut Menurut Ibnu Sina
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 01, 2010 M, Bani Saleh Bekasi.
}  “Manajemen Mutu Pendidikan dan Kepemimpinan Pendidikan”
ISSN: 1979-9004, Jan-Maret  2010, PPs UNINUS BANDUNG
}  “Pendekatan Mempelajari Agama
ISSN: 0853-6295, , No. 01, Jan-Juli 2010, Al-Ghurobaa. Jakarta
}  “Manajemen Mutu Pembelajaran di lembaga Pendidikan Islam”
ISSN: 1693-0693X, Jul-Des 2010,P3MP  STAIN JuraiSiwo lampung
}  Tinjauan awal Analisis SWOT Pada Sekolah Kejuruan
ISSN: 0853-6295, Vol. 14,  Juli-Des 2010, Al-Ghurobaa, Jakarta
}  “Pendidikan karakter di Pondok Pesantren
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 02, 2011 M, Bani Saleh Bekasi
}  “Konsep Masyarakat Madani Dalam islam “
ISSN:1693-0693X, Jan-Jun 2012, P3MP,STAIN JuraiSiwo lampung
}  Guru Bijak: Memahami Psikologi Perkembangan dan BelajarAnak
                                            ISSN: 2087 –7854, Feb 2012 BUMISILAMPARI, L Linggau Sumsel
}  Faktor Kegagalan dan Kunci Sukses dalam Pendidikan”
                     ISSN:1411-6154, Okt 2012  Koordinat (KopertaisWil I DKI Jakarta)
}  “Pengambilan Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi di Bidang Pendidikan”
ISSN: 1693-9360, Jul-Des 2013, STIT Agus Salim Metro,  lampung



Research        :
v  Lesson Study  sebagai Upaya Peningkatan kualitas Pembelajaran di madrasah Ibtidaiyah (MI) di kota Metro lampung
  ((PAR) -Kol-mad-ng-52-0251 2011 : Dir Pend.Tinggi Islam
   Kemenag RI.April /d Nov 2011.
v  Ekspektasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Program Studi Agama Islam dan Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)” Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI Des s/d Maret 2011
v  Penyusunan Panduan Kurikulum  SKI MA Jender
(Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des  2010
v  Pemberdayaan Komunitas Marjinal (PKM).
(Edukasi bagi Kaum Ibu Marginal Tentang No. PKM/14/2013 (Direktorat  Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des  2013

Organization  Experience :
§   Chief  Section ( OPPM  - Library)  Darussalam Gontor,  East java
§   Presiden of Campus IPRIJA Jakarta
§   Secretary PII  UKM Malaysia
§   Dean Campus IPRIJA  Jakarta
§   Naib  Chief at Bani Saleh Campus, Bekasi
§   Naib  Chief Binamadani Campus, Tangerang
§   Member PII, IMM, HMI.KAMMI.







[1] Alumni Universitas Kebangsaan Malaysia, Pascasarjana UM Metro Jl.Ki hajar Dewantara 166 Metro
[2] Dedi Wahyudi, Seminar: Menyongsong Asean Economic Community, Universitas Bengkulu, 15 Maret 2014.
[3] Barizi A, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009, h.129
[4] Nana Syaodih,  Metode Penelitian Pendidikan.  Bandung: Rosda,  2008, h.72
[5] Ibid, h.68
[6] Ibid, h.73

[7] Adhe Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan Reformasi Pendidikan Indonesia,  peneliti ASEAN di The Habibie Center Republika, 28 April 2014

[8] Antara News, 30 April 2014
[9] M. Ihsan Dacholfany, 2013, Prosiding : Seminar Nasional, Peran Perguruan Tinggi dalam Tajdid Ilmu dan Peradaban : Revitalisasi Perguruang Tinggi Dalam membangun Ilmu dan Peradaban, h.57.
[10] www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com, Wibowo dan Asmaul Husna,  Komunitas  Demokrasi Aceh Utara (KDAU), 2014

[12] Adhe Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan Reformasi Pendidikan Indonesia,  peneliti    ASEAN di The Habibie Center Republika, 28 April 2014

[13] Acara Silaturahmi Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Kampus Muhammdiyah Prensewu Lampung,  6 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar