TANTANGAN DAN HARAPAN PENDIDIKAN
TINGGI YANG BERDAYA SAING DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN
M.
Ihsan Dacholfany [1]
ABSTRACT
The enactment of
ASEAN economic community in 2015 and Asia Pacific free market makes every
country including Indonesia have to prepare itself to welcome the upcoming
guest. Thus, Indonesia and its people should be able to compete in ASEAN
region. Supported by a large population and abundant natural resources, so one
of the big challenges of national education in Indonesia is to impart the
collective awareness as a nation which needs to struggle hard to achieve the
goals and progress and catch up with other countries in many aspects. One of
the important aspects which need to be soon prepared by this nation is the
qualified, professional, and competent Human Resources. The Increased ability
of qualified human resources can be done through various ways such as in the
field of education namely improving the quality of the education sector,
lowering the education costs, adding the infrastructure, giving the educational
scholarships to get educational opportunities, enhancing skills, technology, and
mental entrepreneurship earlier, and building the personal character such as honesty,
trustworthy and responsibility which in
the future are expected to be able to increase the competitiveness of Indonesia
in ASEAN free trade area and support other ASEAN countries, the improvement and
increase of the quality of education is expected to make Indonesia more
competitive in world trade competition.
Keywords: challenge,
hope, higher education, ASEAN free market
ABSTRAK
Diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 2015
dan pasar bebas Asia Pasifik, membuat setiap negara harus menyiapkan diri untuk
menyongsongnya, tidak terkecuali Indonesia. Maka seharusnya masyarakat dan
bangsa Indonesia mampu untuk bersaing di kawasan ASEAN. Dengan didukung jumlah
penduduk yang besar dan kekayaan alam yang melimpah, maka salah satu tantangan
besar dunia pendidikan nasional di Indonesia adalah menanamkan kesadaran
kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai cita-cita dan
kemajuan serta mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain dalam banyak
aspek. Salah satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini
adalah Sumber Data Manusia yang berkualitas, Profesional dan kompeten.
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan
melalui berbagai macam cara di anataranya dibidang pendidikan, antara lain;
memperbaiki kualitas sektor pendidikan, biaya pendidikan yang murah, penambahan
sarana prasarana, pemberian beasiswa pendidikan untuk kesempatan mendapatkan
pendidikan, peningkatkan skill dan tekhnologi dan disertai dengan
pembekalan mental kewirausahaan secara dini serta mendidik pribadi karakter
jujur, amanah dan tanggung jawab diharapkan kelak, akan mampu meningkatkan daya saing negara
Indonesia di kawasan perdagangan bebas ASEAN dan negara pendukung anggota ASEAN
lainnya, maka perbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan diharapkan dapat
membuat Indonesia lebih kompetitif dalam persaingan perdagangan dunia.
Kata
Kunci : tantangan, harapan, Pendidikan tinggi, Pasar bebas Asean
Kategori Tema : B
Pendidikan
Tipe Makalah : Case
Studi Paper
1. PENDAHULUAN
Kesadaran tentang urgennya sistem pendidikan nasional
Indonesia yang kuat dan bermutu dalam rangka
menopang kemajuan bangsa maka
Indonesia harus segera fokus untuk melawan tantangan dalam
merealisasikan dan mempercepat peningkatan mutu pendidikan agar tidak semakin
tertinggal dari negara lain dengan cara mempercepat perbaikan sistem
pendidikannya dan sumber daya manusia yang berkemajuan. Oleh sebab itu,
Indonesia harus segera memberi perhatian serius untuk meciptakan pendidikan di
semua jenjang agar memiliki harapan sehingga memiliki kualitas dan dapat
diarahkan untuk mendukung kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan setiap generasi
berbeda tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagaiman Ali bin Abi Thalib
mengingatkan kita agar : Allimu
auladakum ghoiro ma ullimtum fainnahum khuliqo
lizamanin ghoiro zamanikum.
AEC (Asean Economic Community) atau
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 merupakan bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang
direncanakan akan tercapai pada tahun 2015 dan seharusnya Negara Asean termasuk
Indonesia sudah siap menghadapi Pasar Bebas Asean ini. Dan pemberlakuan
AFTA tinggal beberapa bulan lagi, dengan pemberlakuan AFTA ini maka
negara-negara Asean akan memiliki pasar tunggal yang dinamis dan memiliki daya
saing. Kondisi ini bisa menjadi tantangan dan ancaman, juga bisa menjadi
peluang emas[2] dan
Pada akhir tahun 2015 akan menjadi suatu batas tenggat waktu bagi Indonesia
untuk memasuki Asean Economic Community (AEC). Masyarakat ekonomi
ASEAN akan membuka batas-batas aturan mengenai pajak, tarif dan bea untuk
barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Dan hadirnya Asean Economic
Community (AEC) akan berpengaruh tidak hanya pada sektor perdagangan bebas
untuk berbagai produk barang tetapi juga akan berpengaruh terhadap sektor
tenaga kerja, selain itu dengan Asean Economic Community (AEC), berbagai negara di ASEAN akan dengan bebas
bersaing untuk mengisi sektor tenaga kerja di seluruh negara ASEAN.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang disepakati oleh 10 negara
ASEAN itu dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang
makmur dan berdaya saing tinggi. Sebuah kesepakatan yang nantinya diharapkan
mampu meningkatkan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan
menurunnya angka kemiskinan dan memudarnya perbedaan sosial.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 telah berada di depan mata
tentunya menjadi tantangan dan harapan serta menjadi perhatian semua pihak,
bukan hanya pemerintah Indonesia. Semua pemangku kepentingan baik pusat maupun
daerah menjadi penting untuk menyiapkan langkah-langkah, termasuk perguruan
tinggi perlu melakukan penguatan segala aspek pendidikan.
Bagi negara yang memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi
pendidikan dan kompetensi yang tinggi, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 ini akan menjadi peluang untuk melakukan
ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya. Bagaimana dengan Indonesia,
apakah sebenarnya Pendidikan Tinggi Indonesia sudah mempunyai kesiapan untuk
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, ini merupakan tantangan dan
harapan yang lebih maju dan mundur, apa yang yang harus dilakukan ?
Lembaga pendidikan tinggi Indonesia, khususnya perguruan
tinggi swasta, diharapkan mampu
menghasilkan lulusan berdaya saing di kancah Internasional, setidaknya untuk
kawasan ASEAN. Ini diperlukan untuk menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 maka Potensi potensi anak bangsa Indonesia yang
datang dari berbagai lulusan Perguruan Tinggi baik Negeri dan Swasta seyogyanya
menjadi sebuah kekuatan besar yang akan menjadi asset dan investasi utama
negara Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 maka
Pendidikan Tinggi tentunya harus mampu menghasilkan lulusan yang siap untuk
sukses di dunia kerja dan mampu membawa perubahan dalam dunia ini dengan
kekuatan riset aplikatif yang dibutuhkan masyarakat dan industri.
Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah
bangsa adalah suatu keniscayaan. Melalui pendidikan bermutu dapat dilahirkan
sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu row
input proses pembangunan bangsa. Tanpa pendidikan yang bermutu tidak
mungkin tujuan pembangunan sebuah bangsa dapat terwujud dengan baik. Pendidikan
bermutu dan pembangunan berkualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam konteks bangsa Indonesia, landasan
yuridis Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menyatakan bahwa “….kemudian
dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, yang
melindungi segenap bangsa Indonesia, dan
seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa…”. Merujuk kepada petikan pembukaan UUD 1945 tersebut, jelas bahwa salah
satu tujuan pembangunan nasional adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Strategi operasional untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui
upaya pembangunan sektor pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
pilar strategis yang tidak bisa tergantikan oleh sektor manapun dan sudah
menjadi komitmen nasional sejak negara ini berdiri, sehingga isu pendidikan
selalu menarik untuk dikaji dan dikembangkan. Menurut Barizi mengungkapkan bahwa
di era globalisasi ini, pendidikan masih dianggap sebagai kekuatan utama dalam
komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) [3].
Maka dari itu, dalam
makalah ini penulis akan meneliti dan mengkaji bagaimana permasalahan dan
persiapan Bangsa Indonesia dalammenghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang akan diberlakukan
dalam waktu dekat, tidak ada kata lain kecuali kita semua seluruh stakeholder mulai dari pusat hingga
daerah harus berusaha dan bekerja keras.
II.Permasalahan
1. Apa
tantangan bagi perguruan tinggi dalam
menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 ?
2. Apa
harapan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 ?
3. Peran
pemerintah dan perguruan tinggi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 ?
III. Metodologi dan
Kajian Teoritik
Metode Penelitian makalah ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu metode deskriptif analitik dengan variasi studi
kasus.Metode deskriptif analitik merupakan metode penelitian yang menekankan
kepada usaha untuk memperoleh informasi mengenai status atau gejala pada saat
penelitian, memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh
menerangkan hubungan, serta menarik makna dari suatu masalah yang diinginkan.
Sukmadinata mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang paling mendasar dan ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia[4].
Metode atau cara yang digunakan dalam menjawab pertanyaan
kajian ini adalah study literacy.
Maka makalah ini dapat digolongkan kedalam jenis makalah teoritis atau teoritical paper. Study literacy atau studi pustaka merupakan cara mencari informasi
dengan meninjau beberapa literatur/literacy
yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian/kajian
Adapun studi kasus (case study) merupakan
metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus.
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu
"kesatuan sistem". Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan,
peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan
tertentu. Studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal yakni
hasil pengumpulan dan analisa kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas
pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa ataupun satu kelompok manusia dan
kelompok objek lain-lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai satu
kesatuan. Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan
pada objek yang terbatas. Maka persoalan pemilihan sampel yang menggunakan
pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian
kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi
kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Oleh karena metode yang
digunakannya metode deskriptif dengan variasi metode studi kasus, maka dalam
penelitian ini tidak menggunakan hipotesis yang dirumuskan di awal untuk diuji
kebenarannya, hal ini sesuai dengan yang dungkapkan oleh Arikunto bahwa pada
umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Kalaupun
dalam perjalannnya terdapat hipotesis, ia mencuat sebagai bagian dari upaya
untuk membangun dan mengembangkan teori berdasarkan data lapangan (grounded
theory)[5].
Pendekatan kualitatif interaktif sengaja dipilih
karena penulis menganggap bahwa karakteristiknya sangat cocok dengan masalah
yang menjadi fokus penelitian.
Terdapat beberapa
karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut :
a.
Latar alamiah; secara ontologis suatu objek harus
dilihat dalam konteksnya yang alamiah, dan pemisahan anasir-anasirnya akan
mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu.
b.
Manusia sebagai instrumen; Peneliti
menggunakan dirinya sebagai pengumpul data utama. Benda-benda lain sebagai manusia
tidak dapat menjadi instrumen karena
tidak akan mampu
memahami dan meyesuaikan diri
dengan realitas yang sesungguhnya.
c.
Pemanfaatan pengetahuan non-proporsionak Peneliti
naturalistis melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat dan pengetahuan
lain yang tak terbahaskan (tacit
knowledge) selain pengetahuan proporsional (propostional knowledge) karena pengetahuan jenis pertama
itu banyak dipergunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden.
d.
Metode-metode kualitatif, Peneliti
kualitatif memilih metode-metode kualitatif karena metode-metode inilah yang
lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.
e.
Sampel purposif; Pemilihan sampel secara purposif
atau teoretis disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data
yang dicari demi mendapatkan realitas yang berbagai-bagai.
f.
Analiais data secara induktif, Metode induktif
dipilih ketimbang metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti
mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai dilapangan, membuat inteaksi
antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak, dan mudah dilakukan,
serta memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi.
g.
Teori dilandaskan pada data di lapangan; Para peneliti
naturalistis mencari teori yang muncul dari data. Mereka tidak berangkat dari
teori apriori karena teori ini
tidak akan mampu menjelaskan berbagai temuan (realitas dan nilai) yang akan
dihadapi di lapangan.
h.
Desain penelitian mencuat secara alamiah; Para peneliti
memilih desain penelitian muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan
dibangun di awal penelitian. Desain yang muncul merupakan akibat dari fungsi
interaksi antara peneliti dan responden.
i.
Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; Para peneliti
naturalistik ingin melakukan negosiasi dengan responden untuk memahami makna
dan interpretasi mereka ihwal data yang memang di peroleh dari mereka.
j.
Cara pelaporan kasus; Gaya pelaporan
ini lebih cocok ketimbang cara pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian
kuantitatif, sebab pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan terhadap deskripsi
realitas di lapangan yang dihadapi para peneliti.
k.
Interpretasi idiograflk; Data yang
terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiograflk, yaitu
secara kasus, khusus, dan kontekstual. tidak secara nomotetis, yakni
berdasarkan hukum-hukum generalisasi.
l.
Aplikasi tentatif; Peneliti kualitatif kurang
berminat (ragu-ragu) untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya
karena realitas yang dihadapinya bermacam-macam.
m.
Batas penelitian ditentukan fokus; Ranah teritorial
penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang
mencuat ke permukaan. Fokus demikian memungkinkan interaksi lebih mantap antara
peneliti dan responden pada konteks tertentu.
n.
Keterpercayaan dengan kriteria khusus; Istilah-istilah
seperti internal validity, external
validity, reliability dan objectivity
kedengaran asing bagi para peneliti naturalistik, karena memang
bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. Keempat istilah tersebut
dalam panelitian naturalistik diganti dengan credibility, transfer ability,
dependability, dan conjirmability."[6]
AEC (Asean Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Asean 2015
merupakan bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada
tahun 2015. Sebagai acuan oleh seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan
komitmen AEC, telah disepakati AEC Blueprint yang ditandatangani para pemimpin
ASEAN pada bulan November 2007 di Singapura.
Dengan pemberlakuan Asean
Free Trade Area (AFTA) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 maka
negara-negara Asean akan memiliki pasar tunggal yang dinamis dan memiliki daya
saing. Kondisi ini bisa menjadi ancaman, juga bisa menjadi peluang emas bagi bangsa
Indonesia. Terlepas dari siap atau tidak, Indonesia akan segera menghadapi era
persaingan bebas pada 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), begitu zaman
menyebutnya. Sebuah era dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan terbuka
untuk segenap penduduk negara-negara yang melingkupinya. Dari itu, MEA atau
disebut juga dengan ASEAN Economic
Community (AEC), menjadi sebuah agenda penting yang tidak hanya menuntut
perhatian, tapi sekaligus kesadaran semua pihak untuk segera menyiapkan diri
dari gempuran kebebasan berekonomi. Beberapa sektor bidang pekerjaan yang akan
banyak di incar oleh tenaga kerja asing disesuaikan dengan jenis industri yang
akan berkembang dan mempunyai prospek yang bagus dalam perdagangan bebas antar
negara ASEAN tersebut. Bidang pekerjaan yang akan banyak menyerap tenaga kerja
di antaranya meliputi: Sektor Informasi dan Tekhnology, Parwisata (Travel,
Perhotelan), Kesehatan, Industri dan Manufaktur, Transportasi (Darat, Laut dan
Udara), Pertanian, Kosultan, Pendidikan, khususnya Training Center, Kelautan,
Properti dan Sektor Pangan dan sektor bisnis lainnya.
IV. Pembahasan
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), Bangsa
Indonesia harus optimis dan justru harus dijadikan momentum dan peluang
emas untuk membangkitkan dan memajukan berbagai sektor pembangunan
infrastruktur, memajukan ekonomi, keamanan, pendidikan dan sosial budaya, dalam
menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Indonesia harus mampu bersaing
dengan negara lainnya dengan harapan agar mampu memanfaatkan peluang terutama
dengan menyiapkan lulusan yang siap mengisi pasar kerja di kawasan ASEAN. Maka
Perguruan Tinggi perlu melakukan revitalisasi diri dan seharusnya mampu berdiri di garda depan dan harus terus memacu
diri untuk pengembangan pendidikan di tanah air yang tentunya diharapkan
memiliki perguruan tingginya yang berkualitas dan berdaya saing dalam
menyungsong Pasar Bebas Asean.
1.
Tantangan bagi perguruan tinggi dalam
menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015?
a. Tantangan
utama bagi bangsa Indonesia adalah terbatasnya akses pendidikan tinggi.
b.
Adanya kemudahan untuk bekerja ke negara sesama
anggota ASEAN dan adanya kemudahan dalam pengurusan visa kerja.
c. Kurangnya penguasaan bahasa
Inggris sebagai bahasa komunikasi
d. Sumber
daya manusia (SDM) yang belum mumpuni.
e. Tingginya
tuntutan persaingan sumber daya manusia.
2.
Solusi bagi perguruan tinggi dalam menghadapi pasar bebas
ASEAN (AFTA) 2015 atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 ?
a. Permasalahan
utama bagi bangsa Indonesia adalah dengan
rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia disebabkan kepada
terbatasnya akses pendidikan tinggi dan
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, maka solusi memberikan jaminan
pendidikan dan sangatlah wajar jika ada ide Jaminan Pendidikan Nasional
(Jamdiknas), yang menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan
penyelenggaraan jaminan pendidikan gratis dan berkualitas hingga sarjana (S1)
kepada seluruh anak Indonesia.[7]
dan argumen tersebut bahwa jika alokasi anggaran pendidikan nasional yang
mencapai Rp 371 trilyun ditambah APBD dan alih subsidi BBM maka alokasi
anggaran tersebut dianggap cukup untuk menyelenggarakan Jamdiknas[8]
.
b. Dengan
adanya kemudahan untuk bekerja ke negara sesama anggota ASEAN Ini merupakan
tantangan bagi Indonesia khususnya perguruan tinggi yang belum mapan sebab akan terjadi persaingan
tenaga kerja, maka perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya manusia atau
alumni yang memiliki keilmuan, kompeten,
profesional dan memiliki skill yang handal sesuai dengan
kebutuhan.
c. Bahasa,
alumni pendidikan tinggi belum mampu
secara maksimal dalam penguasaan bahasa Internasional atau
Asean yaitu bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam menghadapi
Pasar bebas Asean walaupun sudah
diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi bahkan ada
kursusnya, namun minat dan kemampuan generasi masih kurang untuk berusaha
menguasai bahasa Inggris hal ini bukan bermaksud “membunuh”
eksistensi bahasa Indonesia, akan tetapi pada saat ini bahasa Inggris sangat instrumental untuk
meningkatkan mutu pendidikan[9],
maka Pendidikan Tinggi dituntut agar mahasiswa dan alumninya memililki
kemampuan berbahasa dengan memberikan pelayanan berupa sarana prasarana,
aturan, materi ajar yang memadai khususnya dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dan diakui oleh Negara Asean.
d. Pendidikan
Tinggi harus mempersiapkan Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni sebagai
tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang tinggi,
sebenarnya Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ini akan menjadi peluang untuk melakukan
ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya, maka peran Sumber daya manusia (SDM)
sangat menentukan dalam menghasilkan produk yang berkualitas. SDM menjadi satu sektor jasa yang menjadi
objek dalam pasar tunggal ASEAN. Tenaga kerja ahli dan terampil akan memperoleh
akses bebas mencari dan memasuki lapangan kerja dalam kawasan negara-negara
ASEAN. Oleh Sebab itu, perlu upaya yang sistematis dilakukan oleh pendidikan
tinggi untuk meningkatkan kualitas SDM baik dalam bentuk hard skill maupun soft skill[10]
3. Peran
Pemerintah dan Perguruan Tinggi
1.
Peran Pemerintah Indonesia melalui
Perguruan Tinggi hendaknya mempersiapkan segala hal dalam menghadapi pasar bebas
ASEAN 2015 atau Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) 2015 antara lain :
a.
Indonesia harus segera bangkit dan
berkemas untuk menyongsong era kebebasan MEA. Peningkatan kualitas harus segera
ditingkatkan di berbagai lini, baik jasa maupun prosuksi dengan menyiapkan
produk dan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi dengan memiliki
kompetensi tersertifikasi
dan professional.
b.
Indonesia tidak boleh hanya terpaku pada
kekayaan alam yang dimilikinya. Karena di pasar bebas, inovasi dan
produktivitas lebih menuntut untuk dikembangkan daripada hanya sekadar
membanggakan kekayaan alam tapi tidak mengolahnya dengan bijaksana maka perlu
manajer yang professional dan mempunyai
tata kelola yang baik dan benar.
c.
Menambah
dan memanfaatkan Laboratorium dengan maksimal, seiring dengan berkembangnya
teknologi pengujian, laboratorium juga dituntut untuk memberikan jaminan mutu
pengujian kepada customer, di samping metodenya harus tervalidasi,
terakreditasi ISO 17025:2005, menggunakan teknologi terkini dan laboratorium
juga dituntut untuk mengikuti uji profisiensi secara berkala agar kompetensi
laboratorium dapat terjaga mutunya untuk itulah perlunya peran pemerintah dan
perguruan tinggi. Dengan demikian keselarasan dalam melangkah untuk memberikan
sistem jaminan mutu, antara pihak laboratorium dan pelaku industri harus saling
mendukung. Laboratorium harus dapat memberikan nilai pengujian yang benar dan
dapat diterima atau diakui oleh pasar internasional dan pelaku industri dapat
mengontrol mutu produknya dengan melihat hasil dari nilai pengujian.
d.
Pemerintah
dan Perguruan Tinggi diharapkan mampu membuat produk baru dan mempertahankan Produk Indonesia yang
ada agar
dikemas dengan cara yang berbeda. Ini menjadi penting dilakukan agar
batik, tas etnik Aceh, ataupun kekhasan lain yang dipunya Indonesia dapat
dipertahankan.
e.
Pemerintah
bekerjasama dalam usaha peningkatan ilmu pengetahuan, skill dan teknologi sehingga dapat
melahirkan tenaga kerja yang handal dalam
menghadapi perdagangan bebas tersebut, disertai dengan pembekalan mental
kewirausahaan secara dini. Di mana persaingan akan semakin ketat dan tinggi.
Perusahaan akan mencari karyawan atau tenaga kerja yang benar benar bukan hanya
berpengalaman, namun juga akan mencari tenaga kerja yang mempunyai kemampuan
yang lengkap selain dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan
pekerjaannya.
f.
Perguruan Tinggi diharapkan dapat bekerjasama dengan Pemerintah dalam meningkatkan sistim pelayanan yang akan
memberikan informasi tentang perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara secara
berkala dan juga menyediakan sistim online dan terintegrasi yang dapat mempermudah segala hal yang berkaitan dengan
dunia usaha, pekerjaan, bisnis dan lain lainnya. Sistim online dan terintegrasi
ini yang belum maksimal di miliki oleh negara Indonesia agar informasi yang
berhubungan dengan bisnis di negara tersebut tersedia secara lengkap dan bisa
di akses secara global baik oleh penduduk lokal dan para pengusaha serta
investor yang akan membuka bisnis di negara tersebut[11].
g.
Pemerintah diharapkan agar mempersiapkan pelaku usaha yang tangguh
mengglobal baik kuantitas maupun kualitasnya dengan kurikulum Perguruan yang
bermanfaat dan merubah struktur pendidikan ke arah yang
lebih profesional
berikut akses pendukung lainnya, seperti infrastruktur dasar maupun
infrastruktur strategis serta membentuk prilaku pasar yang berkearifan lokal.
h.
Pemerintah
memberikan kesempatan kepada Pendidikan Tinggi untuk mengolah pendidikan atau program studi yang sangat
berorientasi pada dunia kerja. Pembelajaran yang dikembangkan dari setiap
program dan jenjang harus juga terintegrasi dengan dunia kerja yang berkaitan sehingga
perguruan Tinggi dapat mengembangkan kolaborasi dengan banyak industri dengan
banyak model.
i.
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan
Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta secara bertahap meningkatkan program
beasiswa dalam pengiriman mahasiswa ke luar negeri dengan memiliki target capaian penambahan jumlah
magister dan doktor secara nasional mampun Internasional.
Adapun
Menurut Adhe Nuansa Wibisono[12]
Hal mendasar yang harus diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia ke depan dalam
menyambut pasar bebas ASEAN 2015 adalah mengubah orientasi pendidikan dan
pembangunan sumber daya manusia. Beberapa langkah yang dirasa perlu dilakukan
Indonesia adalah Pemerintah dalam waktu 5 tahun ke depan harus memberikan
perhatian terhadap peningkatan kualifikasi pendidikan tenaga kerjanya yang
sebagian besar terdiri dari lulusan sekolah dasar agar minimal dapat menjadi
lulusan sekolah menengah. Ini mendesak dilakukan agar pekerja Indonesia dapat
bertahan menghadapi pasar bebas ASEAN ke depannya dan Pemerintah diharapkan
dapat memberantas gejala korupsi sistemik yang terjadi khususnya dalam sektor
pendidikan. Anggaran pendidikan yang berjumlah sebesar Rp 371 trilyun, jika
tidak tergerus oleh bancakan para koruptor tentu akan menjadi modal utama
pemerintah dalam menjalankan program-program pendidikan serta diharapkan Indonesia
secara bertahap melakukan reformasi kebijakan pendidikan yang kemudian dapat
mendukung ide penyelenggaraan pendidikan gratis hingga tingkat perguruan
tinggi. Penataan ulang pos anggaran secara efektif dan efisien seperti yang
dilakukan Finlandia diharapkan dapat mewujudkan ide tersebut.
Sedangkan
A. Malik Fajar mengatakan bahwa dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
perguruan tinggi haruslah dimulai dengan cara membangun kepercayaan / image /
citra baik dosen maupun karyawannya kepada masyarakat, adanya tata kelola
institusi yang disiplin, tranfaran
dan accountable serta pemimpin yang
profesional [13].
Selain
di atas, menurut penulis Tidak kalah pentingnya adalah diharapkan Pemerintah melalui
Perguruan Tinggi berusaha menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
karakter jujur, bertanggung jawab, tidak bermental korupsi, siap
barsaing baik dalam skala nasional maupun internasional, karena keberhasilan pembangunan bangsa
Indonesia akan bertitik tolak dari pribadi karakter yang bersih, jujur, dan bertanggung jawab.
V. Penutup
Berbagai
informasi pasar bebas ASEAN 2015 sudah banyak diberitakan di berbagai media,
namun secara khusus informasi bagaimana mempersiapkan dan merencanakan dalam
menghadapi perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara tersebut tidak banyak
didapatkan oleh masyarakat, pihak swasta dan pihak pihak yang memerlukan
informasi lengkap mengenai bagaimana mempersiapkan pasar bebas ASEAN 2015 atau
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015? dengan perencanaan perencanaan yang
matang, terutama bagaimana mengatasi masalah dan menangkap peluang besarnya
market dalam pasar bebas Asean tersebut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dalam
menyambut atau menyongsong pasar bebas ASEAN 2015. Indonesia harus optimis dan bisa dijadikan momentum dan
peluang emas untuk membangkitkan dan memajukan berbagai sektor khususnya pendidikan maka Perguruan tinggi mempunyai
peran paling strategis dalam menentukan pembangunan dan kemajuan bangsa dengan
segera mengaktifkan sinergi dalam satu kesatuan, visi, misi dan tujuan bersama
dalam menghadapi persaingan menyonsong Pasar Bebas Asean.
e. Pendidikan Tinggi seharusnya sadar bahwa tuntutan persaingan sumber daya manusia maka
langkah yang dilakukan adalah bukan
sekedar sosialisasi, namun lebih diharapkan untuk memetakan persoalan yang
menyebabkan rendahnya daya saing dan langkah antisipatif mengatasinya sehingga
SDM dari perguruan tinggi betul-betul dapat memenuhi kebutuhan bagi negara ASEAN
B.
Saran
Saran yang diberikan berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan adalah sebagai berikut:
1.
Peran pemerintah diharapakn dapat membantu
dana, sarana prasarana dan memberikan beasiswa kepada perguruan tinggi untuk mendukung kuantitas dan kualitas
pendidikan. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong serta mempermudah
supaya kemitraan di antara institusi pendidikan di dalam negeri dan luar negeri
bisa terjalin dengan baik guna mendukung kemajuan sistem pendidikan Indonesia.
2.
Pemerintah diharapkan
sebagai fasilitator dalam kerjasama antar Lembaga Pendidikan Tinggi seperti studi banding sehingga mampu
menularkan dan mentransfer pengalaman pengelolaannya yang lebih rendah status
akreditasinya misalnya sehingga bisa
saling membantu dalam hal manajemen maupun sumber daya manusianya seperti
kekurangan dosen, terbatasnya sarana prasarana, kualitas dosen, rendahnya
publikasi ilmiah, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhe
Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan
Reformasi Pendidikan Indonesia, peneliti
ASEAN di The Habibie Center Republika,
28 April 2014
Barizi A, 2009, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Nana Syaodih, 2008, Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Rosda
Antara
News, 30 April 2014
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com, Wibowo dan Asmaul Husna,
Komunitas Demokrasi Aceh Utara (KDAU), 2014
M. Ihsan
Dacholfany, 2013, Prosiding : Seminar Nasional, Peran Perguruan Tinggi dalam Tajdid Ilmu dan Peradaban : Revitalisasi
Perguruang Tinggi Dalam membangun Ilmu dan Peradaban, Universitas Muhammadiyah
metro
PERSOANAL DATA
Nama : Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed
Sex : Male
Place / Date of Birth : Palembang, July, 29th, 1975
Adress : Jl. Ahmad
Yani No. 162, Rt, Rw : Kota Metro Lampung.
Religion : Moslem
Hp : 0812-130-22488, ......
Email : mihsandacholfany@yahoo.com
Formal Education :
o
Doctoral
of Manajement of Education, UNINUS
Bandung
o
Master
of Islamic Education, National Malaysia
o
Islamic
Economic at University of Indonesia and
Islamic Education, IPRIJA Jakarta
o
Senior
High School , Islamic College Darussalam
Gontor , Ponorogo, East Java and
Madrasatul Qur”an Jombang and Baitul
Arqom Jember.
o
Junior
High School, Bina Warga Palembang
o
Elementry,
SDN 108-186 Palembang
Working Experince :
·
Teacher Islamic
College Darussalam Gontor , Ponorogo, East
·
Teacher Islamic
College Husnayain Jakarta
·
Teacher
at STM Giri Kencana, SMK Tunas Islam, SMA Perguruan Nasional, SMA Al-Ma’ruf.
·
Lecurer
at Tunas Islam, AMIK Yapri, IPRIJA, Ibnu Chaldun, Bani Saleh, Panca Sakti,
Ganesha, Al-Ghrobaa, YAPPAN, Binamadani, Lan Taburoo, Universitiy
Muhammadiyah Metro, STAIN Jurai
Siwo.
Publication :
} “Analisis Pemikiran Syed Ali Ashraf Tentang Masalah
Pendidikan” (ISSN:
1693-247X, Vol. 3, No. 1,
Juli-Agust 2005, IPRIJA
Jakarta.
} “Sistem
dan Pendidikan Menurut Menurut Ibnu Sina”
ISSN:
2086-7875, Vol. 1, No. 01, 2010 M, Bani Saleh Bekasi.
} “Manajemen Mutu Pendidikan dan Kepemimpinan Pendidikan”
ISSN: 1979-9004, Jan-Maret 2010, PPs UNINUS BANDUNG
} “Pendekatan Mempelajari Agama”
ISSN: 0853-6295, , No. 01, Jan-Juli 2010, Al-Ghurobaa. Jakarta
} “Manajemen Mutu Pembelajaran di lembaga Pendidikan Islam”
ISSN: 1693-0693X, Jul-Des 2010,P3MP STAIN JuraiSiwo lampung
} “Tinjauan awal Analisis SWOT Pada Sekolah Kejuruan”
ISSN: 0853-6295, Vol. 14,
Juli-Des 2010,
Al-Ghurobaa, Jakarta
} “Pendidikan karakter di Pondok Pesantren”
ISSN: 2086-7875, Vol. 1, No. 02, 2011 M, Bani Saleh Bekasi
} “Konsep Masyarakat Madani Dalam islam “
ISSN:1693-0693X, Jan-Jun 2012, P3MP,STAIN JuraiSiwo lampung
} “Guru
Bijak: Memahami Psikologi Perkembangan dan BelajarAnak”
ISSN: 2087 –7854, Feb 2012 BUMISILAMPARI, L Linggau Sumsel
} “Faktor Kegagalan dan Kunci Sukses dalam Pendidikan”
ISSN:1411-6154, Okt 2012 Koordinat
(KopertaisWil I DKI Jakarta)
} “Pengambilan Keputusan Dalam Rangka Menciptakan Inovasi
di Bidang Pendidikan”
ISSN: 1693-9360, Jul-Des 2013, STIT Agus Salim Metro,
lampung
Research :
v “Lesson Study
sebagai Upaya Peningkatan kualitas Pembelajaran di madrasah Ibtidaiyah
(MI) di kota Metro lampung”
((PAR) -Kol-mad-ng-52-0251 2011
: Dir Pend.Tinggi Islam
Kemenag RI.April /d Nov 2011.
v “Ekspektasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Program Studi
Agama Islam dan Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN)” Direktorat Pend.Tinggi Islam
Kemenag RI Des s/d Maret 2011
v Penyusunan Panduan Kurikulum SKI MA Jender
(Direktorat
Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des
2010
v Pemberdayaan Komunitas
Marjinal (PKM).
(Edukasi
bagi Kaum Ibu Marginal Tentang No. PKM/14/2013 (Direktorat
Pend.Tinggi Islam Kemenag RI.'Juni – Des
2013
Organization Experience :
§ Chief Section (
OPPM - Library) Darussalam Gontor, East java
§ Presiden of Campus IPRIJA Jakarta
§ Secretary PII UKM
Malaysia
§ Dean Campus IPRIJA
Jakarta
§ Naib Chief at Bani
Saleh Campus, Bekasi
§ Naib Chief
Binamadani Campus, Tangerang
§ Member PII, IMM, HMI.KAMMI.
[2] Dedi
Wahyudi, Seminar: Menyongsong Asean Economic Community, Universitas Bengkulu,
15 Maret 2014.
[5] Ibid,
h.68
[6] Ibid,
h.73
[7] Adhe Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan Reformasi Pendidikan Indonesia, peneliti
ASEAN di The Habibie Center Republika, 28 April 2014
[8] Antara News, 30 April 2014
[9] M. Ihsan
Dacholfany, 2013, Prosiding : Seminar Nasional, Peran Perguruan Tinggi dalam Tajdid Ilmu dan Peradaban : Revitalisasi
Perguruang Tinggi Dalam membangun Ilmu dan Peradaban, h.57.
[10] www.serambinewstv.com
| www.menatapaceh.com, Wibowo dan Asmaul Husna, Komunitas Demokrasi
Aceh Utara (KDAU), 2014
[12] Adhe Nuansa Wibisono, Dilema AEC 2015 dan Reformasi Pendidikan
Indonesia, peneliti ASEAN di The Habibie Center Republika, 28
April 2014
[13] Acara Silaturahmi Perguruan
Tinggi Muhammadiyah, Kampus Muhammdiyah Prensewu Lampung, 6 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar